Anisa Mutiara Priyadi/PIS
Istilah Sailendrawangsa di jumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan tahun 700 Saka (778 M). Kemudian istilah itu muncul pula di dalam prasasti dari desa Kelurak tahun 704 Saka (782 M) di dalam prasasti Abhayagiriwihara dari bukti Ratu Baka tahun 14 Saka (792 M), dan di dalam prasasti Kayumwungan tahun 46 Saka (824 M). Yang amat menarik perhatian ialah bahwa istilah Sailendrawangsa itu muncul pula di luar Jawa, yaitu di dalam prasasti Ligor B, Nalanda dan Leyden plates.
Prasasti-prasasti tersebut semuanya menggunakan bahasa sansekerta, dan tiga diantaranya kecuali prasasti Kayumwungun menggunakan huruf siddham, bukan huruf Pallawa atau huruf Jawa-Kuna. Kenyataan ini ditambah dengan kenyataan bahwa ada beberapa nama wangsa di India dan daratan Asia Tenggara yang sama artinya dengan Sailendra, yaitu raja gunung, menimbulkan beberapa teori tentang asal usul wangsa Sailendra di Jawa. Mengenai asal usul keluarga Sailendra banyak dipersoalkan oleh beberapa sarjana. Berbagai pendapat telah dikemukakan oleh sejarawan dan arkeologis dari berbagai negara. Ada yang mengatakan bahwa keluarga Sailendra berasal dari Sumatra, dari India, dan dari Funan.
Teori India
Majumdar beranggapan bahwa keluarga Sailendra di Nusantara, baik di Sriwijaya (Sumatera) maupun di Jawa berasal dari Kalingga (India Selatan). Pendapat yang sama dikemukakan juga oleh Nilakanta Sastri dan Moens. Moens menganggap bahwa keluarga Sailendra berasal dari India yang menetap di Palembang sebelum kedatangan Dapunta Hyang. Pada tahun 683 Masehi, keluarga ini melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hyang dengan bala tentaranya.
Teori Funan
George Cœdès lebih condong kepada anggapan bahwa Sailendra yang ada di Nusantara itu berasal dari Funan (Kamboja). Karena terjadi kerusuhan yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan Funan, kemudian keluarga kerajaan ini menyingkir ke Jawa, dan muncul sebagai penguasa di Medang pada pertengahan abad ke-8 Masehi dengan menggunakan nama keluarga Sailendra. Namun teori ini tidak terbukti kuat karena beberapa prasasti dan catatan sejarah menyatakan bahwa sebelum bermukim di Jawa, keluarga Sailendra telah bermukim turun-temurun di Sumatera.
Teori Nusantara
Teori Nusantara mengajukan kepulauan Nusantara; terutama pulau Sumatera atau Jawa; sebagai tanah air wangsa ini. Teori ini mengajukan bahwa wangsa Sailendra mungkin berasal dari Sumatera yang kemudian berpindah dan berkuasa di Jawa, atau mungkin wangsa asli dari pulau Jawa tetapi mendapatkan pengaruh kuat dari Sriwijaya.
Teori Nusantara juga dikemukakan oleh Poerbatjaraka. Pendapat bahwa wangsa Sailendra itu berasal dari luar Indonesia (India dan Kamboja) ditentang oleh R.Ng. Poerbatjaraka. Ia merasa amat tersinggung membaca teori-teori tersebut, seolah-olah bangsa Indonesia ini sejak dahulu kala hanya mampu untuk diperintah oleh bangsa asing. Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunan-keturunannya itu ialah raja-raja dari keluarga Sailendra, asli Nusantara yang menganut agama Siwa. Tetapi sejak Panamkaran berpindah agama menjadi penganut Buddha Mahayana, raja-raja di Mataram menjadi penganut agama Buddha Mahayana juga.
Pendapatnya itu didasarkan atas Carita Parahiyangan yang menyebutkan bahwa R. Sanjaya menyuruh anaknya R. Panaraban atau R. Tamperan untuk berpindah agama karena agama yang dianutnya ditakuti oleh semua orang. Pendapat dari Poerbatjaraka yang didasarkan atas Carita Parahiyangan kemudian diperkuat dengan sebuah temuan prasasti di wilayah Kabupaten Batang. Di dalam prasasti yang dikenal dengan nama prasasti Sojomerto itu disebutkan nama Dapunta Seilendra, nama ayahnya (Santanu), nama ibunya (Bhadrawati), dan nama istrinya (Sampula).
Di dalam prasasti Sojomerto itu dijumpai nama Dapunta Selendra yang jelas merupakan ejaan Indonesia dari kata Sansekerta Sailendra. Maka sesuai dengan asal-usul nama-nama wangsa yang lain itu dapatlah di sini disimpulkan bahwa Sailendrawangsa itu berpangkal kepada Dapunta Selendra. Kenyataan bahwa ia menggunakan bahasa Melayu Kuna di dalam prasastinya menunjukkan bahwa ia orang Indonesia asli.
DAFTAR PUSTKA :
Djoened, Marwati.1992.Sejarah Nasional Indonesia II.Jakarta : Balai Pustaka.
No comments:
Post a Comment