MAKAM RAJA HAJI FISABILILLAH ADALAH PENINGGALAN SEJARAH RIAU


MERIAL ULFA/b/SR

Raja Haji Fisabilillah adalah pahlawan nasional dari Kerajaan Melayu.Beliau lahir di Kota Lama, Ulusungai, Riau, tahun1725. Dia kemudian mendapatkan julukan Dipertuan Muda Riau--Lingga--Johor--Pahang IV Kerajaan Melayu Riau pada tahun 1777.

Raja Haji memerintah kerajaan Melayu, Riau. Di tangannya, Kerajaan Melayu berkembang cukup baik dan beliau adalah pahlawan Melayu yang amat termashur,Raja Haji yang di Pertuan Riau IV ini berperang melawan Belanda sejak berusia muda sampai akhir hayatnya dalam peperangan hebat di Teluk Ketapang (Malaka) pada tahun 1784 yang mana Raja Haji sendirilah yang menjadi pemimpinnya.
Sebenarnya Kerajaan Melayu Riau telah mengadakan perjanjian damai dengan Belanda. Namun karena Belanda melanggar perjanjian tersebut, maka peperangan di antara keduanya pun tidak dapat dihindari. Raja Haji kemudian bekerja sama dengan Sultan Selangor untuk memerangi Belanda di Malaka. Untuk menghadapi pasukan gabungan tersebut, Belanda mendatangkan pasukannya dari Pulau Jawa dalam jumlah yang besar,

Raja Haji ini hidup antara tahun 1727-1784,dimana Raja Haji telah benar-benar membuktikan dirinya sebagai pemimpin hulubalang dan ulama. Para penulis sejarah mencatat, terutama pada tahun 1782-1784 cukup berpengaruh terhadap stabilitas sosial politik dan ekonomi di wilayah Nusantara dan negeri-negeri Belanda yang sangat tergantung terhadap sumber perekonomiannya di Timur.
Pihak Belanda bahkan menganggap bahwa perang yang dipimpin Raja Haji adalah peperangan yang cukup besar dan sempat menggoncangkan kedudukan Belanda di Nusantara. Karena kepahlawanannya itulah, Raja Haji diagungkan masyarakat Melayu, disebut dengan gelar Raja Haji Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang.
Ketika beliau mangkat dalam peperangan hebat di Teluk Ketapang,akhirnya Raja Haji Fisabilillah tewas pada 18 Juni 1784.Jenazahnya kemudian dibawa ke Malaka dan dikebumikan disana. Baru beberapa tahun kemudian jenazah beliau dibawa ke pemakaman pahlawan Melayu yaitu ke pulau Penyengat,indera sakti,Tanjung Pinang Kepulauan Riau oleh Raja Ja'afar (putra mahkotanya pada saat memerintah sebagai Yang Dipertuan Muda).
dan disemayamkan dalam makam yang terletak di Bukit Selatan pulau Penyengat, bersebelahan dengan makam Habib Syekh, seorang ulama terkemuka di kerajaan Riau-Lingga. Untuk lebih umum nya Lokasi Makam Raja Haji Fisabilillah adalah di Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat Kepulauan Riau
Inilah Makam Raja Haji Fisabilillah :
Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/8/80/Makam_Raja_Haji_Fisabililah.JPG/220px-Makam_Raja_Haji_Fisabililah.JPG
Atas Jasa – jasanya membela Indonesia, Raja Haji diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No 072/TK/1887. Namanya juga diabadikan sebagai nama bandar udara di Tanjung Pinang,yaitu Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah.
Berikut adalah Monumen Nasional Perjuangan Raja Haji Fisabilillah tahun 1725-1784 di Tanjung Pinang..
Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/8/86/Monumen_Raja_Haji_Fisabilillah.JPG/220px-Monumen_Raja_Haji_Fisabilillah.JPG
Tidak hanya Monumen yang ada di Tanjung Pinang saja yang menandakan bahwa perjuangan dan Jasa Raja Haji Fisabilillah untuk negeri Riau Indonesia tetapi, juga daerah lain mengakuinya serta mengenangnya,Karena keberanian Raja Haji Fisabilillah tersebut dalam melawan pemerintahan Belanda dan berhasil membangun pulau Biram Dewa di sungai Riau Lama.Membuat Raja Haji Fisabililah juga dijuluki (dipanggil) sebagai Pangeran Sutawijaya (Panembahan Senopati) Jambi.
v  ISTANA SIAK ADALAH  TANDA  KEBESARAN KERAJAAN MELAYU ISLAM TERBESAR DI RIAU
Kerajaan Siak Sri Indrapura adalah sebuah kerajaan Melayu Islam yang terbesar di Daerah Riau,mencapai masa jayanya pada abad ke 16 sampai abad ke 20, dalam silsilah Sultan-sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1725.Sebelum kita masuk dalam pembahasan istana Siak ini saya akan mengupas sedikit tentang 12 sultan yang pernah bertahta.Karena yang membangun Istana Siak itu adalah salah satu dari Para Sultan di kerajaan Siak tersebut.Sultan-sultan yang pernah bertahta itu adalah sebagai berikut :
Sultan ke 1 : Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah (1725-1746) sebagai pendiri kerajaan, beliau mangkat pada tahun 1746 dan digelar dengan Marhum Buantan.
Sultan Ke 2 : Sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah (1746-1765) sebagai pengganti tahta kerajaan setelah ayahandanya Marhum Buantan mangkat. Lebih kurang 19 tahun memerintah dan kerajan Siak Sri Indrapura menjadi kokoh dan kuat, beliau mangkat pada tahun 1765 dengan gelar Marhum Mempura Besar.
Sultan Ke 3 : Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1765-1766) yang bernama Tengku Ismail. Beliau tak lama memerintah karena setahun setelah dinobatkan sebagai Sultan pengganti ayahandanya Marhum Mempura Besar datanglah Belanda yang memanfaatkan Tengku Alam (kemudian menjadi Sultan IV) sebagai perisai. Setelah mangkat dalam kesedihan yang tak berkesudahan, beliau digelar dengan sebutan Marhum Mangkat di Balai.
Sultan Ke 4 : Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766-1780) yang bernama Tengku Alam, naik tahta kerajaan menggantikan Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Syah. Beliau mangkat dalam tahun 1780 dengan gelar Marhum Bukit.
Sultan Ke 5 :Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782) menggantikan ayahandanya Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah. Pada masa pemerintahannya dan pemerintah ayahandanya Kerajaan Siak berkedudukan di Senapelan atau Pekanbaru sekarang ini. Beliau pula pendiri Kota Pekanbaru dan mangkat dalam tahun 1782 dengan gelar yang disandangnya adalah Marhum Pekan.
Sultan Ke 6 : Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah (17821784) naik tahta kerajaan hanya 2 tahun dan pada tahun 1784 beliau mangkat dengan gelar Marhum Mangkat di Dungun.
Sultan Ke 7 : Sultan Assaidis Asyarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi (1784-1810) adalah Sultan Siak pertama yang berdarah Arab dan bergelar Sayed Syarif. Pada pemerintahan Sultan VII inilah Kerajaan Siak mencapai puncak kejayaannya. Beliau mangkat pada tahun 1810 dan digelar dengan sebutan Marhum Kota Tinggi.
Sultan Ke 8 : Sultan Asyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810-1815) adalah putera Sultan VII yang bernama Ibrahim. Beliau mangkat pada tahun 1815 dan digelar sebutannya Marhum Mempura Kecil.
Sultan Ke 9 : Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin (1815-1854) bernama Tengku Sayed Ismail setelah mangkat beliau digelar Marhum Indrapura.
Sultan Ke 10 : Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalil Syaifuddin (Syarif Kasyim I, 1864-1889), Beliau mangkat dalam tahun 1889 dan bergelar dengan sebutan Marhum Mahkota.
Sultan Ke 11 : Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1989-1908). Beliau naik tahta kerajaan menggantikan ayahandanya Sultan Kasyim Awal. Peninggalan-peningalan Kerajaan Siak yang sekarang ada hampir semua adalah atas jasa dan usahanya, dan beliau mangkat dalam tahun 1908 dengan gelar Marhum Baginda.
Sultan Ke 12 : Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalif Syaifudin (Syarif Kasyim II), 1915-1949) Tengku Sulong. Beliau ditabalkan sebagai sultan setelah 7 tahun mangkatnya ayahandanya Sultan Hasyim. Beliau merupakan Sultan terakhir dan pada bulan November 1945 mengirim kawat kepada Presiden Republik Indonesia yang menyatakan kesetiaanya dan beliau menyerahkan harta bendanya untuk perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Perjuangan para 12 Sultan Siak memberikan bukti akan kepemimpinan dan perjuangannya selama beberapa tahun.Dan bisa dikatakan bahwa Istana Siak merupakan bukti sejarah atas kebesaran kerajaan Melayu Islam di Daerah Riau ini dahulunya,sehingga dapat kita lihat peninggalan kerajaannya itu berupa kompleks Istana Kerajaan Siak,yang dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 yang diberi nama ASSIRAYATUL HASYIMIAH yang lengkap dengan peralatan kerajaan.
Istana Siak Sri Inderapura merupakan kediaman resmi Sultan Siak.Istana ini merupakan peninggalan Kesultanan Siak Sri Inderapura yang selesai dibangun pada tahun 1893. Kini istana yang juga dijuluki sebagai Istana Matahari Timur ini termasuk kedalam wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Siak.
Kompleks istana ini memiliki luas sekitar 32.000 meter persegi yang terdiri dari 4 istana yaitu Istana Siak, Istana Lima, Istana Padjang, dan Istana Baroe. Istana Siak sendiri memiliki luas 1.000 meter persegi.
Istana Siak yang dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin itu memiliki arsitektur bercorak Melayu, Arab, dan Eropa. Bangunannya terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dibagi menjadi enam ruangan sidang: Ruang tunggu para tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, satu ruangan disamping kanan adalah ruang sidang kerajaan, juga digunakan untuk ruang pesta.
Lantai atas terbagi menjadi sembilan ruangan, berfungsi untuk istirahat Sultan serta para tamu istana. Di puncak bangunan terdapat enam patung burung elang sebagai lambang keberanian Istana. Sementara pada halaman istana masih dapat dilihat delapan meriam menyebar ke berbagai sisi-sisi halaman istana, kemudian disebelah kiri belakang istana terdapat bangunan kecil yang dahulunya digunakan sebagai penjara sementara.
***Dan Inilah Bentuk Istana siak yang bercorak Melayu,Arab,dan Eropa yang sampai hari masih bisa kita lihat***
Description: C:\Users\hp\Pictures\Mages.jpg Description: C:\Users\hp\Pictures\Mages 4.jpg  Description: C:\Users\hp\Pictures\mage 2.jpg
Sekarang Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura dijadikan tempat penyimpanan benda-benda koleksi kerajaan antara lain : Kursi Singgasana kerajaan yang berbalut (sepuh) emas, Duplikat Mahkota Kerajaan, Brankas Kerajaan, Payung Kerajaan, Tombak Kerajaan, Komet sebagai barang langka dan menurut cerita hanya ada dua di dunia dan lain-lain. Di samping Istana kerajaan terdapat pula istana peraduan.
v  CANDI MUARA TAKUS-KOMPLEKS STUPA YANG DIKELILINGI TANAH
Salah satu peninggalan sejarah di Riau adalah Kompleks Percandian Muara Takus.Dan secara geografis pun wilayah Provinsi Riau terletak ditepi jalur pelayaran dan perdagangan Selat Malaka.Karena letaknya inilah wilayah ini banyak disinggahi oleh orang asing dari berbagai kerajaan Asia dan Eropa.Sejalan dengan, itu tentu saja berkembang kebudayaan asing di bumi Riau.Akibat dari itu di tempat ini lahir peradaban dalam bentuk institusi kerajaan.
Sebagai tempat yang telah memiliki peradaban dalam bentuk institusi kerajaan,tentu terdapat peninggalan budayanya.Tinggalan budaya yang ditemukan di Riau antara lain berupa Prasasti,runtuhan bangunan,arca dan barang-barang keramik serta tembikar.Namun peninggalan di Kabupaten Kampar yang paling dikenal secara Nasional adalah Kompleks Candi Muara Takus.
Kompleks Percandian Muara Takus untuk pertama kalinya dikenal oleh dunia luar (terutama para antiquarian dan ilmuan) pada tahun 1860,yaitu ketika ditemukan kembali oleh Cornets de Groot,akibat puplikasi yang dilakukannya,banyak peneliti yang enaruh perhatian pada Muara Takus ini antara lain: Van Beest Holle yang menulis tentang gambaran Muara Takus dan Schnitger yang menulis suasana sekaligus kompleks candinya.
Percandian Muara Takus.Keadannya sudah jauh berbeda ketika pusaka diwariskan kepada kita.Dulu Komplek candi muara Takus ada di tepi Sungai Kampar.Ketika dibangun PLTA Kota Panjang,kompleks ini terletak di tepi penampungan PLTA Kota Panjang.Meskipun lingkungan telah berubah,Kompleks Percandian Muara Takus tetap dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,misalnya untuk ilmu pengetahuan dan untuk kegiatan Pariwisata,dan kedua kepentingan itu harus saling mendukung.Kepentingan Ilmu Pengetahuan antara lain dengan melakukan penelitian arkeologi,arsitektur,dan yang sangat penting adalah sejarah.
Candi Muara takus ini secar administrative terletak di Desa Muara Takus,Kecamatan  XIII Koto Kampar,Kabupaten Kampar.Untuk mencapai lokasi situs dapat dengan kendaraan bermotor roda empat dari Pekanbaru sejauh 130 km.Melalui jalan nasional Pekanbaru-Payakumbuh dan jalan provinsi menuju Muara Takus.
Didesa Muara Takus mengalir sungai Kampar Kanan kerah utara.Sungai ini di Muara Takus membentuk sebuah meander dimana desa Muara Takus terletak di tengah meander sungai.D sebelah utara Muara Takus,dtengah pulau Kampar kanan terdapat pulau kecil yang memanjang mengikuti arus sungai.Disebelah Timur percandian merupakan semak belukar.Disebelah Baratdaya,barat dan barat laut adalah kebun sawit.         
Kompleks Percandian Muara Takus yang bertembok keliling berukuran 74x74 meter terletak disisi timur laut, tanggul tanah dan sisi timur laut Sungai Kampar kanan.Tembok keliling ini dibuat dari batu bata dan pasir,dihalaman yang dibatasi tembok ini terdapat sekurang-kurangnya ada 6 buah bangunan yang dibuat dari bata dan pasir (standstone).Disisi utara tembok kelilimg terdapat runtuhan gerbang masuk halaman percandian.
Candi ini terdiri dari beberapa candi diantaranya adalah:
A) Candi Tua
Description: C:\Users\hp\Pictures\candi tua.jpg
Bangunan ini merupakan bagian terbesar di dalam kompleks Percandian Muara Takus.Letaknya hampir menempel pada sisi utara candi Bungsu dengan jarak bagian atas kaki 22 cm.Bangunan ini telah selesai di pugar.Menurut perkiraan bangunan Candi Tua merupakan bangunan stupa yang ditempatkan di atas kaki bertingkat tiga.Kaki tingkat 1 pada dasarnya mempunyai bentuk denah empat persegi panjang,tetapi karena banyak penampil sehingga sudut luarnya berjumlah 24 buah,termasuk sudut tangga naik.Ukuran panjang kedua sumbu (utara-selatan dan barat-timur) denag banguan masing-masing 33,20 meter dan 22,04 meter serta tingginya 2,22 meter.Tangga naik dari halaman kebagian atas ada dua buah terletak disisi barat dan timur.
Kaki tingkat II  denahnya berbentuk empat persegi panjang dengan sumbunya berukuran 27,37 dan 17,54 meter serta tinggi 2,01 meter.Tangga naik dari kaki tingkat I menuju tingkat II terletak disisi timur dan barat.Bangunan Candi tua merupakan bangunan massif (tidak mempunyai ruang ).
Menurut perkiraan Schnitger banguana ini merupakan bangunan stupa yang berdiri diatas kaki tiga tingkat.Dibagian atas kaki ini terdapat lapik stupa.Lapik Stupa pada dasarnya bujursangkar tetapi sudut luarnya ada 20.Seluruh banguan terbuat dari bata.Pada bagian tertenyu missal pada sudut,pilaster,dan pelipit terbuat dari balok batu pasir.
B) Stupa Mahligai
Description: C:\Users\hp\Pictures\candi mhligai.jpg
Stupa Mahligai merupakan bangunan masif yang masih tegak berdiri menghadap kearah gerbang masuk disisi utara komleks.Letaknya tidak tepat ditengah halaman,tetapi sekitar 10 meter disebelah utara tembok pagar keliling sisi barat.Bangunan ini berdiri diatas dua kaki yang tinggi.Kaki banguan tingkat pertama bentuk denahnya bujur sangkar dengan ukuran 10,44 x 10,60 meter dan tinggi 2,10 meter dengan dengan penampil tangganaik di utara.Tangga naik berukuran lebar 1,0 meter lebar penampilannya 4,10 meter.Hiasan yang terdapat di kaki pertama ini adalah pelipit bawah,pelipit padma,badan dan atas.
Bagian badan stupa denahnya berbentuk lingkaran dengan garis tengah berukuran emapat meter.Bagian tengah badan stupa mengecil yang memberi kesan ramping,kemudian bagian atasnya melebar kembali.Dibagian tengahnya terdapat hiasan pelipit yang melingkari bagian badan stupa.Bagian ini merupakan bagian alas puncak.
Bagian teratas atau bagian mahkota stupa yang terditi dari 36 sisi.Bagian dasar puncak stupa dihiasi dengan empat buah arca singa yang dibuat dari batu pasir.Pada saat ini bangunan stupa Mahligai mempunya ukuran tinggi keseluruhan 14,30 meter.
C) Candi Bungsu
Description: C:\Users\hp\Pictures\c 4.jpg
Candi Bungsu terletak 4,80 meter kearah barat dari stupa Mahligai.Bangunan stupa ini memiliki tiga kaki pada banguna sisi utara,dan satu kaki pada sisi selatan.Kaki tingkat pertama berbentuk denahnya empat persegi panjang dengan ukuran 7,50 x16,28 meter dan tinggi 2,25 meter.
Bangunan yang berada disisi utara terbuat dari batu pasir dan selatan dari batu bata.Hal ini menunjukkan bahwa bangunan disisi utara dari pasir terbuat lebih dahulu,sedangkan dari batu bata merupakan tambahan.Pada banguan bagin utara Schnitger merekonstruksian bentuk stupa yang dibangun diatas dua tingkat kaki.Kaki pertama atau kedua dari bawah mmpunyai 20 sisi dengan sumbu berukuran 5,5 x5,5 meter tinggi 1,75 meter.
Diatas kaki ini terdapat kaki kedua dan ketiga sisi 36 dengan sumbu 4,25 x4,25 meter tinggi 0,60 meter.Diatasnya terdapat lapik stupa ukurannya lebih kecil yang berbentuk bulat bergaris tengah 2,80 meter.
Di sebelah timur stupa ini  terdapat penampil tempat tangga naik yang dibuat dari pasir dan bata juga.Penampil ini mempunyai ukran 2,80 meter sedangkan tangga naik berukuran lebar 1,65 meter.
D) Candi Palangka
Description: C:\Users\hp\Pictures\candi 3.jpg
Candi Palanka terletak sekitar empat meter kearah timur dari Stupa Mahligai.Bangunan yang tersisa bagian kaki ini,seluruhnya terbuat dar bata.Bentuk denahnya bujur sangkar dengan ukuran 5,60 x 5,90 meter.Disisi utara terdapat penampil tempat tangga naik yang lebarnya berukuran 2,28 meter.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Bambang Utomo,2012,Riau pada Masa Klasik Indonesia,Pekanbaru:Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Provinsi Riau
Jamil,Nizami.2010.Sejarah Kerajaan Siak.Siak.Sri Indrapura:Lembaga Warisan Budaya Melayu Riau

BUDAYA INDIA DI INDONESIA

RAHMAT ARIFAN/PIS

Orang India menyebarkan kebudayaannya melalui hasil karya sastra, yang berbahasa Sansekerta dan Tamil yang berkembang di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada abad 1-5 M di Indonesia muncul pusat-pusat perdagangan terutama pada daerah yang dekat dengan jalur perdagangan tersebut. Awalnya hanya sebagai tempat persinggahan tetapi akhirnya orang Indonesia ikut dalam kegiatan perdagangan sehingga Indonesia menjadi pusat pertemuan antar para pedagang, termasuk pedagang India.Hal ini menyebabkan masuknya pengaruh budaya India pada berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Terlihat dengan masyarakat Indonesia yang akhirnya memeluk agama Hindu-Budha serta berdirinya kerajaan-kerajaan di Indonesia yang mendapat pengaruh India seperti Kutai, Tarumanegara, dsb. Transfer kebudayaan India merupakan tahapan terakhir dari masa budaya pra sejarah setelah tahun 500 SM. Penyebarannya melalui proses perdagangan, yaitu jalur maritim melalui kawasan Malaka. Jalur perdagangan antar bangsa tersebut kemudian lebih dikenal dengan jalur Sutera. Bukti arkeologisnya ditemukan manik-manik berbahan kaca dan serpihan-serpihan kaca yang bertuliskan huruf Brahmi.
Kebudayan Indonesia pada zaman kuno mempunyai fungsi strategis dalam jalur perdagangan antara dua pusat perdagangan kuno, yaitu India dan Cina. Hubungan perdagangan Indonesia-India jauh lebih awal jika dibandingkan dengan hubungan Indonesia-Cina. Dimana hubungan perdagangan Indonesia India telah terjalin sejak awal abad 1 M. Hubungan dagang tersebut kemudian berkembang menjadi proses penyebaran kebudayaan. Penyebaran budaya India tersebut menyebabkan:
  • Tersebarnya agama Hindu-Budha di kalangan masyarakat Indonesia
  • Dikenalnya sistem pemerintahan kerajaan
  • Dikenalnya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa yang menandai masuknya zaman sejarah bagi masyarakat kepulauan Indonesia
  • Budaya India tersebut meninggalkan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia terutama pada seni ukir, pahat, dan tulisan.
Kebudayaan India yang memegang peranan penting dalam perkembangan masyarakat prasejarah menjadi masyarakat sejarah. Pengaruh Indonesia yang sampai India : Perahu bercadik milik bangsa Indonesia mempengaruhi penggunaan perahu bercadik di India Selatan (Menurut Hornell). Kelapa asli dari Indonesia yang dijadikan barang perdagangan hingga samapai di India. Pengaruh India di Indonesia dapat dilihat dengan adanyaArca Buddha dari Perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan, yang memperlihatkan langgam seni Amarawati (India Selatan pada Abad 2-5 SM). Selain itu ditemukan arca sejenis di daerah Jember, Jawa Timur, dan daerah Bukit Siguntang, Sumatera Selatan. Ditemukan arca Budha di Kutai, yang berlanggam seni arca Gunahasa, di India Utara. Pengaruh Budaya India yang masuk ke Indonesia antara lain terlihat dalam bidang:
Budaya
Pengaruh budaya India di Indonesia sangat besar bahkan begitu mudah diterima di Indonesia hal ini dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut telah ada dalam kebudayaan asli bangsa Indonesia, sehingga hal-hal baru yang mereka bawa mudah diserap dan dijadikan pelengkap.
Pengaruh kebudayaan India dalam kebudayaan Indonesia tampak pada
Seni bangunan
Akulturasi dalam seni bangunan tampak pada bentuk bangunan candi. Di India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa. Di Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah sang raja yang telah meninggal. Candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan tersebut terhadap sang raja.
Contohnya:
  • Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di perabukan.
  • Candi Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di perabukan
  • Candi Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara diperabukan.
Di atas makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang. Contoh ini dapat dilihat pada bangunan candi Borobudur.
Seni rupa dan seni ukir
Akulturasi dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi. Sebagai contoh: relief yang dipahatkan pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.
Seni hias
Unsur-unsur India tampak pada hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan secara keseluruhan hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia. Contoh hiasan : gelang, cincin, manik-manik.
tulisan
Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang terdapat pada prasasti-prasasti(abad 5 M) tampak bahwa bangsa Indonesia telah mengenal huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf Pallawa yang telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang dipakai bahasa Kawi.Prasasti Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut yang ada di Malang.
Kesusastraan
Setelah kebudayaan tulis, seni sastrapun mulai berkembang dengan pesat. Seni sastra berbentuk prosa dan tembang (puisi). Tembang jawa kuno umumnya disebut kakawin. Irama kakawin didasarkan pada irama dari India.Berdasarkan isinya, kesusastraan tersebut terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah, seperti Negarakertagama. Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kisah Ramayana dan Mahabarata. Kisah India itu kemudian digubah oleh para pujangga Indonesia, seperti Baratayudha yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Berkembangnya karya sastra, terutama yang bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan seni pertunjukan wayang kulit(wayang purwa).Pertunjukkan wayang banyak mengandung nilai yang bersifat mendidik. Cerita dalam pertunjukkan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya sendiri asli Indonesia. Bahkan muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia seperti tokoh punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Tokoh-tokoh ini tidak ditemukan di India.
Pemerintahan
Sebelum kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan tetapi masih secara sederhana yaitu semacam pemerintahan di suatu desa atau daerah tertentu dimana rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang senior, arif, berwibawa, dapat membimbing serta memiliki kelebihan tertentu , termasuk dalam bidang ekonomi maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian. Masuknya pengaruh India menyebabkan muncul sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun. Peran raja di Indonesia berbeda dengan di India dimana raja memerintah dengan kekuasaan mutlak untuk menentukan segalanya. Di Indonesia, raja memerintah atas nama desa-desa dan daerah-daerah. Raja bertindak ke luar sebagai wakil rakyat yang mendapat wewenang penuh. Sedangkan ke dalam, raja sebagai lambang nenek moyang yang didewakan.
Sosial
Kehidupan sosial masyarakat di Indonesia mengikuti perkembangan zaman yang ada. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menerima dengan terbuka unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.Masuknya pengaruh India di Indonesia menyebabkan mulai adanya penerapan hukuman terhadap para pelanggar peraturan atau undang-undang juga diberlakukan. Hukum dan Peraturan menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu sudah teratur dan rapi. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga tampak pada sistem gotong-royong. Dalam perkembangannya kehidupan sosial masyarakat Indonesia distratifikasikan berdasarkan kasta dan kedudukan dalam masyarakat (mulai mengenal sistem kasta)
Kepercayaan
Sebelum pengaruh India berkembang di Indonesia, masyarakat telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda besar (animisme dan dinamisme). Ketika agama dan kebudayaan Hindu-Budha tumbuh dan berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan agama Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini tampak pada fungsi candi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
WARDAYA.2009.CAKRAWALA SEJARAH PROGRAM IPS KELAS XI.JAKARTA.PENERBIT PUSAT PERBUKUAAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL.
Wayan,I Badrika.2006.sejarah untuk SMA jilid 2 kelas XI program ips.jakarta.penerbit erlangga

PENDEKATAN BUDAYA DALAM PENULISAN SEJARAH


RINALDI AFRIADI SIREGAR / PIS

MENULIS sejarah dengan pendekatan politik (kekuasaan) sudah lazim dipakai di kalangan sejarawan. Rangkaian peristiwa sejarah di masa lampau selalu dilihat berdasarkan perspektif kekuasaan (sejarah kekuasaan).
Padahal,sejarah merupakan hasil dialog jiwa dan pikiran manusia dengan realitas kehidupannya secara dinamis dan kreatif. Penulisan sejarah berdasarkan perspektif kekuasaan hanya mempersempit sudut pandang dalam mengungkap fakta-fakta historis dan kerap mengaburkan fakta historis yang cenderung dimaknai secara politis.
Penulisan Sejarah
Secara sederhana, sejarah merupakan pengetahuan tentang masa lampau.Menurut sejarawan Baverley Southgate (1996), pengertian sejarah dapat didefinisikan sebagai "studi tentang peristiwa di masa lampau."Dengan demikian,sejarah merupakan peristiwa faktual di masa lampau,bukan kisah fiktif apalagi rekayasa. Definisi menurut Baverley Southgate merupakan pemahaman paling sederhana. Pengertian sejarah menurut Baverley menghendaki pemahaman obyektif terhadap fakta-fakta historis. Metode penulisannya menggunakan narasi historis dan tidak dibenarkan secara analitis (analisis sejarah).
Alasan penulisan secara naratif karena faktafakta historis adalah kebenaran obyektif yang tidak boleh dimasuki unsurunsur opini oleh penulisanya (subyektif). Sejarah yang ditulis secara subyektif jelas dianggap menyesatkan. Sebab antara fakta dan opini sudah bercampur-aduk menjadi satu sehingga obyektifitasnya diragukan. Tetapi,menurut Edward Said, sejarah naratif juga tidak steril dari kepentingan. Tak ada pengetahuan tanpa kekuasaan.
Atau sebaliknya, tak ada kekuasaan yang tidak menghegemoni— meminjam istilah Antonio Gramschi. Di sini,Edward Said mengritik "struktur ideologi"yang bersembunyi di balik penampilan akademis berupa catatan kaki dan sikap purapura di balik fakta-fakta historis (Shella Walia,2003: 22). Pemikiran Edward Said sejalan Jurgen Habermas. Bagi filosof Mazhab Frankfrut ini, instrumental knowledge bertujuan untuk mengontrol, memprediksi, mengeksploitasi, bahkan memanipulasi obyek-obyek ilmu pengetahuan.Dengan demikian, wacana obyektifitas dalam ilmu pengetahuan menjadi semakin jauh panggang dari api.
Pendekatan Budaya
Secara filosofis, sejarah tidak cukup didefinisikan secara sederhana seperti teori Baverley.Penulisan sejarah bukan sekadar mengungkap peristiwa-peristiwa di masa lampau, tetapi merupakan sebuah proses memahami secara utuh pola interaksi manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya dalam ruang dan waktu tertentu. Menurut Benedetto Croce (1951) sejarah merupakan rekaman kreasi jiwa manusia di semua bidang baik teoritikal maupun praktikal. Kreasi spiritual ini senantiasa lahir dalam hati dan pikiran manusia jenius,budayawan, pemikir yang mengutamakan tindakan dan pembaru agama.
Dengan mendefinisikan sejarah, perspektif filosofis semakin membuka cakrawala pemahaman bahwa rangkaian peristiwa di masa lampau tidak cukup dipahami lewat pendekatan politik. Sebab, peristiwa sejarah merupakan proses dialog yang melibatkan jiwa dan pikiran manusia dalam ruang dan waktu tertentu, menempatkan manusia sebagai aktor (subyek) sejarah. Menurut filosof Plato (427-347 SM), manusia adalah "hewan berpikir"(animal rational).
Manusia yang berpikir tidak bisa terlepas secara independen dari realitas tempat ia menetap dan bertahan hidup. Proses dialog interaktif yang melibatkan segenap potensi manusia di dunia ini tidak dalam ruang steril, melainkan menempati ruang kebudayaan tertentu. Dalam konteks penulisan sejarah pendekatan budaya, penulis menengarai lima unsur yang masingmasing saling terkait. Pertama, dimensi ruang dan waktu. Dalam konteks penulisan sejarah perspektif budaya, maka di mana dan kapan suatu peristiwa tersebut terjadi harus jelas dan tegas. Pengandaian atau penyebutan secara samar jelas bakal mengaburkan fakta sejarah. Kedua, konsep manusia sebagai animal rational dan latarbelakang sejarahnya.
Menempatkan manusia sebagai aktor sejarah yang memiliki kemampuan berpikir merupakan cikal-bakal munculnya ide-ide kreatif. Ide-ide kreatif muncul dalam proses dialog interaktif manusia dengan realitas yang ia hadapi. Dari sinilah akar kebudayaan manusia. Ketiga, setiap bangsa mendiami kawasan tertentu dan memiliki pola pikir, sistem sosial serta budaya yang mereka warisi dari para pendahulu. Bangsa Persia yang mendiami kawasan Barat Daya Iran merupakan bangsa pendatang.
Mereka berasal dari keturunan suku-suku Arab yang menetap di kawasan tepi Laut Tengah. Sebagian dari mereka juga merupakan keturunan para imigran dari pulau Kreta pada tahun 1200 SM (Ahmad Syalabi, 2006: 3). Dengan demikian,mereka ini terdiridariberbagailatarbelakang etnis yang telah bersatu dalam sistem sosial dan kebudayaan yang boleh dikata amat longgar.Keempat,pola hubungan antara budaya dan kekuasaan. Setiap kebudayaan yang dimiliki oleh suatu bangsa jika tanpa ditopang oleh kekuasaan politik tertentu tidak akan bertahan lama.
Sistem politik yang berlaku punmemilikikaitaneratdenganbudaya yang dimiliki oleh bangsa tersebut. Kelima, bentuk kebudayaan dan unsur-unsur yang mempengaruhinya. Setiap kebudayaan yang dimiliki oleh suatu bangsa memiliki pertalian erat dengan kebudayaan lain yang mempengaruhinya. Seperti tradisi paganisme di Timur Tengah pada Abad Kelima Masehi merupakan bentuk pengaruh kebudayaan Persia dan Romawi (Byzantium).Pada abad tersebut,Persia dan Romawi merupakan kekuatan politik adidaya yang mewarnai dunia. Kelima unsur tersebut di atas merupakan perangkat pokok dalam mengkaji sejarah pendekatan budaya.
Penulisan sejarah pendekatan budaya dengan metode analitis lebih humanis ketimbang pendekatan politik dengan metode naratif. Kita bisa menikmati beberapa karya ilmuwan kontemporer yang berusaha menjelajahi dunia dalam dimensi masa lampau lewat pendekatan ini. Misalnya Marshall GS. Hodgson dalam karyanya,Venture of Islam.Kemudian Albert Hourani dalam karyanya, Sejarah Bangsabangsa Muslim.

DAFTAR PUSTAKA :
Budaya visual Indonesia: membaca makna perkembangan gaya visual karya desain di Indonesia abad ke-20, Erlangga, 2007.
Perspektif baru penulisan sejarah Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, 2008.

GERAKAN RIAU MERDEKA, MENGGUGAT SENTRALISME YANG BERLEBIHAN

EGGI MAKHASUCI / SI5

Riau pada masa lalu memiliki sejarah yang gilang gemilang.daerah ini merupakan bagian dari kejayaan sebuah imperium melayu yang membentang dari semenanjung melayu (sekarang malaysia) hingga pesisir timur sumatera. Namun sejarah panjang bangsa melayu yang selalu di pecah-pecah oleh kekuatan eksternal, dalam hal ini kolonialisme dan imprelialisme, membuat nama riau secara perlahan-lahan mengabur diitengah persaingan zaman.
Terusirnya penjajah dari tanah air, setelah proklamasi kemerdekaan, mendatangkan harapan akan bangkitnya kembali nama riau. Harapan itu sepertinya tidak pernah terwujud, malahan dibawah pemerintahaan segelintir pemerintahan yang congak, marwah riau semakin diketepikan. Berbagai kebijakan sepihak dan aroga tidak hentinya diterapkan pemerintah pusat ke daerah, khusus nya di riau. Sumberdaya alam yang melimpah tidak sedikitpun bisa dinikmati oleh masyarakat riau. Semuanya dikuras habis untuk kepentingan segelintir penguasa di pusat semenjak merdeka hingga runtuhnya rezim orde baru.
Riau bisa dikatakan hanya dujadikan "ladang perburuan " oleh sekelompok elit yang mengatasnamakan Negara. Sebagai daerah modal yang menyumbangkan lebih dari 60% pendapatan Negara dari sektor migas, kondisi riau sangatlah ironi. Perampasan hak-hak masyarakat, tidak hanya dibidang ekonomi, tetapi juga dibidang politik yang dilakukan secara sistematis. Perampasan hak-hak yang dilakukan membuat masyarakat tempatan ( masyarakat melayu asli ) semakin terpinggirkan.
Akumulasi dari persoalan selama inilah, disaat momentum perubahan (reformasi) pada tahun 1998 berdengung, muncul gerakan menuntut riau merdeka yang di pelopori oleh para intelektual muda yang kritis di riau dengan basis pendukung  utamanya adalah mahasiswa. Menguatnya perlawanan itu, juga disebabkan oleh lambannya pemerintah pussat merespon tuntutan masyarakat riau terhadap penjualan bagi hasil minyak bumi. Kondisi dimana pada saat yang bersamaan terjadi krisis politik nasional sehingga Negara dalam keadaan lemah.
Gerakan ini  berawal dari respon atas tuntutan bagi hasil penjualan minyak bumi dari masyarakat riau terhadap pemerintah pusat dibawah pemerintahan Habibie. Ketika itu, Habibie di anggap ingkar janji dengan mengulur-ngulur waktu dalam memutuskan diterima atau tidak nya tuntutan masyarakat riau tersebut. Dalam konteks itu, gerakan selalu berasosiasi dengan tindakan yang dilakukan untuk member respon atau reaksi  atas kondisi tertentu ( realitas social ) di masyarakat.
Sekali lagi, munculnya gerakan menuntut riau merdeka adalah akumulasi persoalan selama ini, terutama pembagian rezeki yang sangat tidak adil sebagai akibat politik sentralisasi. Kekecewaan tersebut termanifestasi dalam bentuk perlawanan daerah. Perlawan ini karena daerah merasa kekayaan sumberdaya alamnya dirampas oleh pusat tanpatanpa mendapatkan hak yang layak bagi daerah (deprivasi relativ). Seperti halnya gerakan berbasis kedaerahan pada masa orde lama, muncunya gerakan riau merdeka dipicu oleh krisis politik nasional sebagai akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Meluasnya tuntutan yang dimotori oleh gerakan mahasiswa untuk melakukan perubahan di segala bidang berakhir dengan runtuhnya rezim orde baru. Momentum dimana Negara dalam keadaan lemah ini dimanfaatkan oleh actor-aktor gerakan riau untuk menuntut bagi hasil minyak antara pusat dan daerah.
Tuntutan bagi hasil minyak tersebut mendapat respon yang positif dari presiden Bj Habibie dan berjanji akan dikabulkan dalam masa dua bulan. Sampai dengan tenggat waktu yang dijanjikan tuntutan tersebut tidak juga dikabulkan, sehingga membuat aktor-aktor gerakan yang mengatasnamakan gerakan pers kampus dan beberapa intelektual mencetuskan ide-ide kemerdekaan riau. Militer sebagai representasi Negara cenderung berhati-hati dalam menangani masalahisu disintegrasi ini, karena posisinya yang kurang menguntungkan. Untuk kongres riau, kol ( inf ) Muhammad Gadillah, orang riau pertama yang menjadi danrem, sehingga memiliki ikatan emosional yang sangat dalam, karena ia tahu keadaan riau yang sebenarnya justru selama ia bertugas di riau. Ia selalu memberikan dukungan secara pasif ( sekutu ) sehingga gerakan ini menjadi luas.
Gerakan menuntut riau merdeka bukan lah sesuatu yang muncul begitu saja, tanpa ada faktor penyebab yang paling signifikan. Tidak berbeda jauh dengan periode 1950-1960, menguatnya perlawanan daerah setelah reformasi juga dilingkupi oleh krisis politik nasional pasca tumbangnya orde baru. Pada tahap ini, dipahami ada sesuatu yang salah dari hubungan pemerintah pusat dan daerah yang hanya memarjinalkan peran masyarakt local, baik secara ekonomi maupun secara politik. Pada saat bersamaan, melemah nya Negara secara resiprokal memperkuat civil society. Variable lain dari mun culnya gerakan riau merdeka sebagai akibat menguatnya civil society adalah peran dari aktor-aktor  sebagai crafter dalam memanfaatkan momentum ketika struktur penopang Negara, yakni golkar, militer, dan birokrasi mengendur.
Gerakan riau merdeka memang agak unik. Sejak awal, oleh para penggagasnya sudah ditegaskan bahwa gerakan ini adalah sebuah gerakan damai (peaceful freedom). Pada sisi lain, gerakan ini sudah pada tahap membuat semacam teks proklamasi yang diberi judul teks " Deklarasi Riau Berdaulat ". Dari pemahaman tersebut, gerakan menuntut riau merdeka secara substansi leebih tepat dikategorikan gerakan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
·         Suwardi.2004.sejarah perjuangan rakyat Riau 1959-2002.Pekanbaru,Riau,Indonesia: Percetakan Unri Press.
·         http://www.google sejarahriaumerdeka.com