Showing posts with label PAHLAWAN NASIONAL. Show all posts
Showing posts with label PAHLAWAN NASIONAL. Show all posts

PERJUANGAN LA MADDUKELLENG (1700-1765)

HANA NUR AZIZAH

 

·         Tempat/ Tanggal Lahir            : Wajo, Sulawesi Selatan, 1700

·         Tempat/ Tanggal Wafat          : Wajo, Sulawesi Selatan, 1765

·         SK Presiden                            : No. 109/TK/Tahun 1998, Tanggal 06 November 1998

La Maddukelleng adalah putera dari Arung (Raja) Peneki La Mataesdso To Ma'dettia dan We Tenriang Arung (Raja) Singkang, saudara Arung Matowa Wajo La Salewangeng To Tenrirua (1713-1737). Karena itulah La Maddukelleng sering disebut Arung Singkang dan Arung Peneki. Pada tahun 1713, Raja Bone La Patau Matanna Tikka mengundang Arung Matowa Wajo La Salewangeng untuk menghadiri perayaan pelubangan telinga (pemasangan giwang) puterinya I Wale di Cenrana (daerah kerajaan Bone). La Maddukelleng ditugaskan pamannya (dia putera saudara perempuan La Salawangeng) ikut serta dengan tugas memegang tempat sirirh raja. Sebagaimana lazimnya dilakukan disetiap pesta raja-raja Bugis-Makasar diadakanlah ajang perlombaan perburuan rusa (maddenggeng) dan sambung ayam (mappabbitte).

PERJUANGAN I GUSTI KETUT JELANTIK MELAWAN PENJAJAH BELANDA


SURYANTI/SI III/A


            I Gusti Ketut Jelantik, terlahir di desa Tukadmungga pada  tahun 1850. Beliau adalah generasi ke IX dalam silsilah keturunan Ki Gusti Anglurah Panji Sakti. Pada usia 25 tahun, I Gusti Ketut Jelantik ditinggal wafat oleh ayahandanya, I Gusti Ketut Banjar, yang pernah menjabat Sedahan Agung semasih Bali di bawah raja I Gusti Made Karang.
Ibunya, Gusti Biang Kompyang Keramas berasal dari Banjar Penataran desa Buleleng, setelah menjanda diambil sebagai isteri oleh I Gusti Bagus Jelantik, yang tidak lain adalah kakak kandung I Gusti Ketut Banjar almarhum. I Gusti Bagus Jelantik waktu itu sebagai Punggawa Penarukan (1860-1880) yang kemudian merangkap jabatan sebagai Patih Kerajaan Buleleng (1872-1887). Mereka tinggal di Puri

PERANG THOMAS MATULESSY (PATTIMURA)

Shinta Afrima

A.  Latar Belakang Terjadinya Perlawanan

Tidakan  sewenang-wenang yang dilakukan VOC di Maluku kembali dilanjutkan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda setelah berkuasa kembali pada tahun 1816 dengan berakhirnya pemerintah Inggris di Indonesia tahun 1811-1816. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda, di bawah ini menyebabkan timbulnya perlawanan rakyat Maluku:

a)      Penduduk wajib kerja paksa untuk kepentingan Belanda misalnya di perkebunan-perkebunan dan membuat garam.

b)      Penyerahan wajib berupa ikan asin, dendeng dan kopi.

c)      Banyak guru dan pegawai pemerintah diberhentikan dan sekolah hanya dibuka di kota-kota besar saja.

PERLAWANAN SISINGAMANGARAJA XII DAN RAKYAT BATAK

Shinta Afrima

A.  Latar Belakang

Sejak Belanda mencerngkramkan kekuasaannya di Nusantara, sejak saat itu pula kehidupan masyarakat Nusantara ditentukan oleh keadaan politik yang terjadi di negeri Belanda dan Eropa. Berbagai kebijakan yang ditetapkan oleh Belanda, semata-mata semuanya adalah untuk mencari keuntungan untuk pihak Belanda sendiri, sedangkan rakyat Indonesia yang dikuasai mengalami penderitaan yang cukup hebat karena harus menanggung kebijakan yang menyengsarakan tersebut.

Selain melakukan kebijakan yang bertujuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya di tanah jajahan, Belanda juga melakukan politik Pax Nederlandica dan mendukung kegiatan kristenisasi yang dilakukan oleh para misionaris. Kedua hal tersebut dilakukan Belanda dalam rangka melanggenkan kekuasaannya di Nusantara. Maka beragam reaksi perlawan dilakukan oleh rakyat atas kebijakan Belanda yang menyengsarakan tersebut dan proses kristenisasi yang dianggap sebagai sebuah hal yang

RIWAYAT HIDUP CUT NYAK DIEN

Marzanizam/SI3

Cut Nyak Dien lahir di lampadang Kerajaan Aceh, 1848 dan beliau meninggal dunia di wilayah pengasihannya pada tanggal 6 November 1908,sumedang Jawa Barat (di makamkan di gunung puyuh). Beliau merupakan anak ulubalang kerajaan aceh yang bernama nanta setia. Cut Nyak Dien dengan semua jasa – jasanya dalam melawan penjajah Belanda sangat terkenal dan di kenang luas tidak hanya oleh warga Aceh namun bagi semua rakyat Indonesia. Untuk segala perjuangannya dalam Perang Aceh, pemerintah

BIOGRAFI SAYUTI MELIK

Musri Indra Wijaya / SI V / B

Sayuti Melik lahir di desa Kadilobo, Rejondani, kabupaten Sleman, Yogyakarta, 25 November 1908. Memiliki istri bernama Tri Murti dan istri kedua Siti Ranjari serta memiliki dua orang putra, yaitu Musafir Kurma Budiman (1939) dan Heru Baskoro (1942), Bergama islam. Ayahnya bernama Abdul Muin Alias Purtoprawiro, lebih dikenal dengan panggilan Dulmaini, seorang bekel jajar ( jabatan Pamong Praja pada tingkat desa di daerah Yogyakarta pada zaman Kolonial Belanda ). Ibunya bernama Sumilah seorang

PONG TIKU (Sang Pahlawan Toraja)

DEVI ANGGRAEINI / SI 3

Pong tiku adalah anak bungsu dari pasangan suami istri Karaeng dan Le'bok pada pertengahan abad ke XIX ( 1846 ) di Tondon Pangala'. Karaeng adalah penguasa adat Pangala' dan sekitarnya. Karena kemampuan dan kepemimpinannya Pong tiku yang menonjol, maka sekalipun ia anak bungsu dialah yang menggantikan ayahanya sebagai penguasa pada saat ayahnya sudah tua. Sebelum angkatan perang Belanda datang di Toraja, orang Toraja telah mempunyai hubungan dagang dengan orang Bugis. Toraja Selatan dan Toraja Barat menjalin hubungan dagang dengan kerajaan - kerajaan Sidenreng Rappang dan Sawitto,

RIWAYAT HIDUP BURHANUDIN MOHAMMAD DIAH

Rizki Aiditya /SI.V/B

BURHANUDIN MOHAMMAD DIAH merupakan anak bungsu dari delapan bersaudara, anak dari pasangan Burhanuddin dan Siti Sa'idah. Ayahnya seorang yang terpandang di Aceh pada zamannya karena kekayaannya. Meski demikian, kehidupan mapan keluarga tersebut tidak sempat dinikmati Diah karena saat Diah baru berusia seminggu, ia sudah ditinggal mati ayahnya. Di samping itu, di akhir hidupnya, sang ayah pun hidup boros sehingga tidak meninggalkan harta yang banyak bagi anak-anaknya. Kekayaan

KAPITAN PATTIMURA

ENCIK AFRIDAYANTI

 

Siapa yang tak kenal dengan pahlawan nasional yang satu ini, yang gambarnya tertera pada uang yang bernominal 1000. Kapitan Pattimura Lahir di Hualoy, Hualoy, Seram Selatan, Maluku, 8 Juni 1783 – meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun. Memiliki nama asli Ahmad Lussy, di sejarah versi pemerintah ia dikenal dengan nama Thomas Matulessy atau Thomas Matulessia, adalah seorang bangsawan dan ulama yang kemudian dikenal sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. [1]

 

Nama dan Silsilah

SULTAN HASANUDDIN

DINI MIRANDA / SI 3

Nusantara kita terdiri dari ribuan pulau dan kekayaan alam yang berlimpah ruah . diantara pulau pulau itu, ada sebuah pulau yang bentuknya menyerupai huruf "K". pulau itu tidak lain adalah pulau sulauwesi. Dahulu, pada abad ke - 15 sampai abad ke -17, di bagian pulau sulauwesi terletak sebuah kerajaan yang besar dan disegani bernama kerajaan Gowa. Menurut catatan para ahli, kerajaan gowa ini didirikan pada sekitar tahun 1300 masehi dan dikenal serta disegani oleh bangsa eropa karena kebesaran dan kekuatan

KISAH HIDUP DAN PERJUANGAN SULTAN HAMENGKUBUWONO I

TIKA PERMATA SARI / SI 3

Sultan Hamengkubuwono I lahir dari Pasangan Amangkurat IV yang merupakan raja dari Kasunanan Kertasura dan seorang selir  yang bernama Mas Ayu Tejawati. Beliau lahir pada tanggal 6 Agustus 1717, Nama Asli dari Hamengkubuwono I ini adalah Raden Mas Sujana dan setelah dewasa ia diberi gelar yaitu Pangeran Mangkubumu. Beliau juga merupakan adik dari Susuhunan Mataram II Surakarta.

Sri susuhanan pakubuwono VI

Tresha lendia pratiwi/SI III

Sri susuhanan pakubuwono ke VI lahir di surakarta, jawa tengah  pada tanggal 26 april 1807dan meninggal di ambon pada tanggal 2 juni 1849 pada umur 42 tahun. Sri susuhanan pakubuwono VI yang bernama asli Raden mas sapardan adalah raja kasunanan surakarta yang memerintah pada tahun 1823 sampai 1830. Sri susuhanan pakubuwono VI juga dijuluki dengan nama sinuhun bangun tapa karena kegemarannya melakukan  tapa brata.  Sri susuhanan pakubuwono Vi adalah anak dari pakubuwono ke V yang lahir dari istri yang bernama Raden Ayu Sosrokusumo yang merupakan keturunan dari  Ki Juru Martani.

NYI AGENG SERANG

TURISNO/ SI III

            Nyi Ageng Serang bernama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi. Beliau lahir di Serang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah pada tahun 1752. Sebutan Nyi Ageng Serang dikaitkan dengan desa tempat kelahirannya yaitu desa Serang yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur (bukan kota Serang Jawa Barat). Desa Serang menjadi terkenal, semula karena menjadi Markas Besar perjuangan Natapraja atau Penembahan Natapraja, yaitu rekan perjuangan Mangkubumi dalam

Martha Cristina Tiahahu (Sang Pejuang Wanita Maluku)

Abdullah / Si3
Maluku merupakan daerah yang sangat subur dan indah dengan rempah rempah yang sangat banyak dan berkualitas tinggi sehingga sangat mahal harganya di pasaran eropa, belanda yang mengetahui hal ini membuat belanda tergiur untuk berdagang di maluku. Namun setelah lama ia berdagana belanda ingin menguasai maluku ingin menjajah maluku, akan tetapi ketika belanda ingin menguasai maluku belanda mendapat perlawanan yang sangat sengit dari masyarakat yang ada di maluku perlawanan itu bukan hanya

NUKU MUHAMMAD AMIRUDDIN

PUTRI AMELIA/SI 3

Sultan Nuku adalah putra kedua sultan Tidore, sultan Jamaluddin. Dia dilahirkan pada tahun 1738. Nama kecilnya adalah Kaicil Syaifuddin. Dia merupakan sultan dari kesultanan Tidore yang dinobatkan pada tanggal 13 April 1779, dengan gelar "Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el ma'bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan. [1]
Nuku adalah Sultan Tidore yang membebaskan kerajaannya dari bagian-bagian wilayah tiga

ABDUL KADIR RADEN TUMENGGUNG SETIA PAHLAWAN

ARI GABRIEL SEBASTIAN/SI3
            Abdul Kadir Raden Setia Pahlawan adalah seorang pahlawan nasional Indonesia dari Malawi. Ia lahir di Sintang, Kalimantan Barat pada tahun 1771 Masehi. Ayahnya bernama Oernip dan Ibunya bernama Sity Syafriah. Ayahnya bekerja sebagai Hulubaang atau pemimpin pasukan di kerajaan Sintang. Abdul kadir sendiri sudah lama mengabdi dikerajaan Sintang yaitu sejak ia masih kecil ia sudah mengabdi untuk kerajaan Sintang. Abdul kadir sendiri pernah mendapat tugas dari kerajaan sintang yaitu mengamankan kerajaan

SULTAN AGENG TIRTAYASA

                                                  MAMAN KURNIAWAN / SI 3
            Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad yang menjadi Sultan Banten periode 1640-1650. Ketika kecil, ia bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Ratu atau Pangeran Dipat ,Setelah kakeknya meninggal dunia, ia diangkat sebagai sultan dengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah.,Nama Sultan Ageng Tirtayasa berasal ketika ia mendirikan keraton baru di dusun Tirtayasa (terletak di Kabupaten Serang).Ia dimakamkan di

Sejarah Singkat Kepemimpinan Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusumo

Fatimah/SI3

Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusumo dilahirkan di  Kutagede, Kesultanan  Mataram pada tahun 1593, beliau meninggal di Karta ( Plered Bantul, Kesultanan Mataram) pada tahun 1645. Beliau merupakan  Sultan ke tiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645. Dibawah kepemimpinannya. Mataram berkembang menjadi  kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara. Pada saat itu.atas jasa- jasa nya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan  menjadi pahlawan

Pemberontakan Ki Tapa (Pahlawan Banten)


Rizki Aiditya/SI3/B
Kapal-kapal yang berlayar dengan menggunakan urat jalannya menggunakan perdagangan yang aktif di Nusantara. Atas bantuan oiak inggris, Denmark, dan cina, maka orang-orang banten berdagang dengan Persia, india, siam, Vietnam cina, pilipina dan jepang. Sultan agung merupakan musuh dari VOCyang kuat. Pihak belanda ingin mendapatkan hak monopoli pedagangan lada di banten yang sangat kaya ini dan merasa cemas akan adanya sebuah Negara yang kaya dan sangat kuat yang letaknya dekat dengan markas besar mareka di Batavia.
Permusuhan Banten dengan VOC yang mengiringi takluknya Batavia pada tahun 1619 telah dibahas dalam beberapa bacaan. Pada tahun 1633 terjadi lagi peperangan lain yang berakhiar dengan dicapainya   suatu persetujuan yangsamar-samar untuk menghentikan permusuhan. Pada tahun 1645 ditandatngani suatu perjanjian yang mengatur hubungan VOC dan Banten. Akan tetapi segera timbul lagi konflik ketika sultan agung naik tahta pada tahun1651. Pada tahun 1656 meletus perang: pihak Banten menyerang daerah-daerah Batavia dan kapal-kapal VOC, sedangkan VOC memblokade pelabuhan. Pada tahun 1659 tercapai suatu penyelesaian damai.
Putra mahkota banten yang kelak bergelar sultan haji 1682-1687 menjalankan kekuasaan yang sangat besar di banten dan dijuluki oleh VOC sebagai sultan muda sementara ayahnya dijuluki sultan tua. Ambisi ayah dan anak telah menimbulkan konflik dan hubungan dengan VOC tentu saja terbawa-bawa ke dalam pertikaian-pertikaian mereka. Istana terpecah menjadi dua kelompok. Pihak putra mahkota berupaya untuk meminta bentuan kepada belanda. Dan pihak dari sultan agung sendiri menentang VOC yang semakin hari semakin semena-mena dan muali melanggar perjanjian yang telah disepakati. Pihak sultan agung juga didukung oleh golongan elite islam.
Pada bulan maret 1682 sebuah pasukan VOC yang dipimpin oleh francois tack dan Isaac de saint-martin berlayar menuju banten. Pada saat ini putra mahkota sudah terkepung di dalam istananya. Para pendudkung sultan agung telah berhasil kembali merebut kota tersebut dan membakarnya. Pangeran secara sempurna tunduk kepada VOC, dan VOC pun mengakuinya sebagai sultan Banten. Belanda kini berperang di pihaknya. Orang-orang eropa yang selain VOC melakukan perdagangan di banten diusir, orang-orang inggris mengundurkan diri ke Bengkulu, sumatera selatan yang merupakan pos permanen mereka yang masih aktif di Indonesia.
Artileri pihak belanda memaksa keluar sultan agung dari kediamannya, dan setelah dikejar sampai daerah pegunungan, maka pada bulan maret 1683 dia menyerah. Untuk beberapa waktu lamanya dia ditahan di Banten, dan dipindahkan ke Batavia kemudian beliau meninggal tahun 1695. Dan banten di kuasai total oleh VOC sejak itu. 
Ketidakstabilan kerajaan-kerajaan sebagai system politik terwujud setiap kali ada pergantian tahta, bahkan pada masa pemerintahan seorang raja masalah pergantian sudah menjadi sumber pertentangan yang memuncak sebagai krisis politik. Apa yang terjadi di Banten sekitar tahun1750 dapat dipandng sebagai suatu coup de, etat di lingkungan istana atau semacam revolusi istana. Yang menjadi tokoh pusat dalam hal ini ialah permaisuri putri mahkota ratu Syarifah Fatimah, seorang putri dari ulama arab. Sebagai putra Sultan Zainal Abidin, Ranamanggala baru diangkat menjadi putra mahkota setelah kakanya Muhammad soleh , mati terbunuh. Pada tahun 1733 dia menggantikan ayahnya dan berelar Sultan Abdulfatah Muhammad Syafii Zainal  Arifin. Segera ratu Syarifa Fatimah memakai sebutan ratu sultan serta mulai memperluas kekuasaannya.
Dengan intriknya sultan dan putra mahkota diadu domba sehingga yang terakhir bersama pengikutny mengungsi ke Batavia. Kemudian sebagai penggantinya diusulkan seorang kemenakannya yang telah menikah dengan seorang putra sultan yang lahir dari istri lain. Ialah syarif Abdullah Muhammad syafei. Kekuasaan ratu syarifah semakin bertambah luas setelah sultan zainal arifin menderita penyakit jiwa. Banyak kelaliman dan kesewenang-wenangan terjadi singga para pembesar merasa tidak aman berada di lingkungan keraton.  Berdasarkan saran dari ratu syarifah diangkat sebagai wali seperti yang ditetapkan dalam akte 28 november 1748. Peralihan kekuasaan berjalan sangat licin dengan dukungan VOC yang sudah barang tentu menuntut balas jasa yaitu penyerahan hasil lada.
Usurpasi ratu syarifa Fatimah tidak hanya berhasil menyingkirkan dinasti lama serta menggantikannya dengan keluarganya sendiri, akan tetapi kekasaanya merajalela dalam arti sebenarnya dan menjadi suatu despotism.  Semua selir sultan diusir dari keratin dan para pembesar dicemoohkan akan sifat pengecutnya dalam menghadapi kumpeni. Kesemuanya  itu dijalankan di dalam pengawasan kumpeni yang bersikap masa bodoh terhadap hal ini dan membiarkan ratu syarifah bertindak demikian selama dia menjamin kelanaran penyerahan lada kepada kumpeni. Memang sejak semula hubungan antara banten dengan  VOC  berkisar sekitar perdagangan lada dan mengusir semua penyaing dari sana.
Revolusi istana tersebut dapat diduga membawa pengaruh besar di kalangan rakyat yang masih sangat loyal kepada kesultanan dengan dinastinya. Kegelisahan menjurus kesuatu pergolakan besar dan kecenderungan structural sudah membuat rakyat yakin untuk bergerak. Tidak mengherankan apabila Ki Tapa sebagai seorang keramat yang penuh kewiabawaan, dalam waktu singkat dapat memoblisasi si pengikut yang banyak dan jauh sampai daerah bogor. Kepemimpinan gerakan diperkuat dengan tergabungnya ratu siti seorang istri sultan yang terasingkan dan ratu bagus buang. Pura dari Panembahan pangeran putra yang mengungsi ke Batavia pada masa pemerintahan sultan zainal arifin. Rakyat percaya bahwa dia belum meninggal dan memimpin pemberontakan, maka segera pergolakan menjadi luas sekali
Pada awal November  arisan di bawah gerakan Ki Tapa mulai mengepung ibu kota.  Dalem sultan, benteng speelwijk, dan pos karangatu terancam semua . ada lagi bangsawan yang mengabungkan diri dengan pemberontak, antara lain Raden Derma, saudara sultan dan pengaeran Madura, seorang kemenakannya. Barulah kompeni menyadari benar bahwa keresahan dan ketidakpuasan rakyat disebabkan oleh pergeseran dinasti banten banten. Segera kompeni mengambil keputusan untuk mengasingkan ratu syarifah dan putra mahkota ke pulau edam
Dengan tindakan itu keadaan belum mereda bahkan ada kekhawatiran pada kompeni kalau-kalua pergolakan akan meluas ke Lampung dan dengan demikian akan membahayakan produksi lada di sana. Lagipula ditakutkan  bahwa pihak inggris dari Bengkulu akan dapat memberi bantuan kepada pemberontak. Sementara waktu kompeni tidak berdaya oleh karena perang perebutan tahta di Jawa Tengah memerlukan konsentrasi pasukannya di sana. Dengan diserbunya pos di daerah tersebut, tamatlah kekuasaan kompeni itu.
Ratu bagus buang diangkat sebagai sultan denga gelar abinadir mohamad jusuf ahmad adil aralikfidin dan menikah dengan ratu siti dengan maksud untuk memperkuat legimitasnya di tahta banten. Ki Tapa mengorbankan semangat rakyat denan mendengungkan cita-cita perjuangannya, ialah mengusir belanda dari Jawa, jalan antara Banten dan Jasinga diduduki, desa-desa di tepi cidani di bakar, antara lain kadipaten jampang dan curipan. Ofensifnya ditujukan ke daerah antara cidani dan ciliduk, dimana banyak penggilingan gula dihancurkan. Pertahanan kompeni di tepi sungai angke di muara cidani, tangerang dan ciampea. Barisan Ki Tapa diserang dari dua sisi, sehingga terpaksa mundur. Pertahanan mereka satu persatu jatuh ketangan kumpeni pada 13 juli 1751.
Dalam ekspedisi selanjutnya rakyat di daerah pontang, tanara, dan aringin dapat ditundukkan oleh pasukan Kompeni. Namun perlawanan barisan Ki Tapa masih meneruskan perjuangannya dengan konsentrasi kekuatan di sekitar gunung karang dengan bantuan pangeran wali dan pangeran Mustafa jayamanggala seorang kemenakan sultan yang dibuang ke Ambon, eksoedisi terus dijalankan. Dalam pertempuran cibdas pada tanggal 17 agustus 1751 barisan pemberontak mengalami kekalahan besar. Ki Tapa menyelamatkan diri ke selatan. Dengan bantuan Mustafa  van ossenberg dan couvert memperoleh kemenangan yang sangat menentukan itu.
Pada awal bulan desember 1751 sisa-sisa barisan pemberontak di bawah pangeran Madura dan aria suba beroperasi di daerah bogor, khususny di lereng gunung salak. Karena tidak dapat berjalan , ratu bagus buang terpaksa menyerah kepada kumpeni.
Kebijaksanaan VOC untuk memanggil kembali putra mahkota yang sah, pangeran gusti dari sailan menimbulkan ketegangan di kalanga istana. Pangeran wali merasa terancam kedudukannya dan mengadakan kontak dengan golongan pemberontak. VOC menghadapi suatu dilemma, oleh karena pangeran wali dianggap kurang akap untuk memangku jabatan pimpinan. Dalam gerakannya itu dia dibantu oleh pangeran hamid dan raja sulaiman. Keduanya kemudian diamankan ke Batavia.
Keributan sekitar masalah pergantian tahta membangkitkan semangat pemberontak lagi. Barisan Ki Tapa bergerak ke Pulosari, sedang barisan ratu bagus ke caringin, kedua pasukan dikonsentrasikan dekat ibu kota. Pertahanan diserang oleh pimpinan patih Aria Kusumadiningrat dan pangeran rajasantika. Akhirnya kumpeni dapat menyelesaikan masalah tahta banten . berdasarkan prinsip bahwa banten telah ditakhlukkannya lewat perang sehingga berada di bawah suzeeinitas VOC dan diperintahnya untuk menjamin ketentraman dan ketertiban.
Karena ada rasa hormat terhadap sultan haji abunasir abdulkahar, maka pemerintah banten sebagai leegoed/ feodum diserahkan kepada pangeran wali yang diangkat sebagai sultan dengan gelar paduka sri sultan abdulmaali mhammad wakiul halimin. Sekaligus pangeran gusti diangkat resmi sebagai putra mahkota. Sudah barang tentu pengangkatan itu dibubuhi persyaratan lain, seperti hak monopoli lada dan penutupan banten bagi pedagang asing.
Pengangkatan pangeran gusti sebagai putra mahkota menimbulkan keresahan baik di kalangan keraton maupun diantara pemberontak. Berkali-kali hidupnya terancam dan menurut dugaan karena persekongkolann di bawah pimpinan istri sultan (pangeran wali).  Sebaiknya  pangeran gusti sangat ambisius dan berusaha keras agar segera dapat naik tahta. Sebagai cucu sultan haji dari kedua pihak orang tuanya merasa punya hak penuh atas tahta. Dia mendesak kepada VOC  agar pangeran wali menyerahkan tahta kepadanya. Baik pihak pangeran wali maupun VOC menyetujuinya dengan kondisi bahwa pangeran wali tetap menerima penghasilannya seumur hidup. Putra mahkota bergelar  pangeran ratu abdulmufakir Muhammad aria zainul abidin. Penobatan diselenggarakan pada tanggal 17 april 1752.
Pada kesempatan itu para pemberontak diberi amnesti, kecuali Ki Tapa dan sekelompok pemimpin yang benar menolak perdamaian dengan VOC. Oleh karena itu pergolakan belum reda. Di daerah sekitar karang, kanari, karkasana, jasinga, dan lancer masih diduduki    oleh barisan pemberontak. Pontang dibumihanguskan. Barisan Ki Tapa terus bergerak semula disinyalir di hulu cidurian, kemudian pada akhir juni di caringin. Dalam pertempuran melawan pasukan pangeran rajanegara, barisan pemberontak mengalami kekalahan besar dan pecah pangeran Madura beserta ratu siti mengungsi ke pegunungan di anten selatan sedangkan Ki Tapa dan ratu bagus berhijrah ke Jawa tengah untuk menggabungkan diri dengan pemberontak di sana.
DAFTAR PUSTAKA
Ricklefs, M. C, 1991, Sejarah Indonesia Modern,  Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
 Kartodrdjo, Sartono, 1999, Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 dari Emporium sampai Imporium, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

PERJUANGAN ANDI MAPPANYUKKI/ LA MAPPANYUKKI



KEVIN REZA – SI3 / A

La Mappanyukki Datu Lolo ri Suppa yang juga dikernal dengan nama Datu Silaja atau sekarang dengan nama Andi Mappanyukki. Pada masa Perang Gowa tahun 1906 M, ketika I Makkulawu Karaeng Lembang Parang KaraengE ri Gowa berperang dengan Kompeni Belanda. Setahun setelah tertangkapnya La Pawawoi dan diasingkan ke Bandung, Kompeni Belanda mengalihkan perangnya dari Bone ke Gowa. Padahal antara La Pawawoi Karaeng Sigeri dengan SombaE ri Gowa adalah bersepupu satu kali. Ketika itu La Mappanyukki menjadi Datu Lolo ri Suppa, dia bersaudara dengan La Panguriseng Datu Alitta. Karena ayahnya adalah Karaeng ri Gowa, sehingga Suppa dengan Alitta melibatkan diri pada Perang Gowa untuk membantu ayahnya.
Adapun sebabnya Gowa diperangi oleh Kompeni Belanda, karena Belanda menyangka kalau Dulung Awang Tangka Arung Labuaja salah seorang Panglima Perang Bone pada masa pemerintahan La Pawawoi Karaeng Sigeri bersembunyi di Gowa. Selain itu Belanda berkeyakinan apabila kedua Bocco (Bone dan Gowa) telah ditaklukkan, maka daerah-daerah lain di Celebes Selatan akan mudah ditaklukkan. Makanya ketika pusat pemerintahan Gowa berhasil diduduki, SombaE ri Gowa mengungsi ke Ajattappareng bersama pengikutnya. Dia menetap di Suppa dan Alitta karena tempat itu merupakan akkarungeng kedua anaknya yaitu La Panguriseng di Alitta dan La Mappanyukki di Suppa.
Perang Gowa berakhir dengan gugurnya KaraengE ri Gowa dan putranya yang bernama La Panguriseng Datu Alitta. Oleh karena itu KaraengE ri Gowa dinamakan Tu Mammenanga ri Bundu'na. Sementara La Mappanyukki ditawan oleh tentara Belanda dan diasingkan ke Selayar. Itulah sebabnya La Mappanyukki dinamakan pula sebagai Datu Silaja.
La Mappanyukki diangkat menjadi Mangkau' di Bone menggantikan pamannya yaitu sepupu satu kali ayahnya, karena jelas bahwa dia adalah cucu dari MappajungE. Dia sengngempali dari turunan La Tenri Tappu MatinroE ri Rompegading. Dengan demikian Hadat Tujuh Bone dianggap tidak salah pilih dalam menentukan pengganti La Pawawoi Karaeng Sigeri sebagai Mangkau' di Bone.
Ibu dari La Mappanyukki bernama We Cella atau We Bunga Singkeru' atau We Tenri Paddanreng Arung Alitta anak La Parenrengi MatinroE ri Ajang Benteng dengan isterinya We Tenriawaru Pancai'tana Besse Kajuara. Sedangkan ayahnya bernama I Makkulawu Karaeng Lembang Parang Somba di Gowa Tu Mammenanga ri Bundu'na, anak dari We Pada Arung Berru, anak We Baego Arung Macege dengan suaminya Sumange' Rukka To Patarai Arung Berru. We Baego adalah anak dari La Mappasessu To Appatunru Arumpone MatinroE ri Laleng Bata.
Pada hari Kemis tanggal 12 April 1931 M. Dan 13 Syawal 1349 H. La Mappanukki dilantik menjadi Mangkau' di Bone dan dalam khutbah Jumat namanya disebut sebagai Sultan Ibrahim. Pada waktu itu Pembesar Kompeni Belanda di Celebes Selatan bernama Tuan L.J.J. Karon serta Raja Belanda di Nederland pada waktu itu bernama A.C.A de Graff.
Setelah dilantik menjadi Mangkau' di Bone La Mappanyukki meminta kepada Pembesar Kompeni Belanda untuk diberikan kembali rumah (salassa) milik La Pawawoi Karaeng Sigeri yang diambil oleh Belanda pada saat diasingkannya La Pawawoi ke Bandung. Permintaan tersebut dipenuhi oleh Pembesar Kompeni Belanda. Rumah itulah yang ditempati Arumpone La Mappanyukki bersama seluruh anggota Hadat Tujuh Bone sebagai tempat untuk melaksanakan pemerintahannya.
Pada masa pemerintahan La Mappanyukki, La Pabbenteng Arung Macege anak dari Baso Pagilingi Abdul Hamid dengan isterinya We Cenra Arung Cinnong, membunuh sepupu satu kalinya yang bernama Daeng Patobo saudara dari La Sambaloge Daeng Manabba Sulewatang Palakka. Oleh karena itu dia dikeluarkan dan diberhentikan sebagai Arung Macege. Kemudian Arumpone La Mappanyukki memanggil anaknya yang bernama La Pangerang yang pada waktu itu menjadi Bestuur Assistent atau Lanshap di Gowa untuk menggantikan La Pabbenteng sebagai Arung Macege.
Anaknya yang bernama La Pangerang itulah yang sering menggantikan ayahnya kalau bepergian jauh atau pada saat ayahnya tidak berkesempatan.
Pada masa pemerintahan La Mappanyukki di Bone, Perang Dunia II pecah dan melibatkan seluruh negara-negara besar di Eropa. Negeri Belanda diserbu oleh Jerman, Ratu Belanda Wilhelmina melarikan diri bersama seluruh keluarganya ke Inggeris untuk minta perlindungan.
La Mappanyukki yang dikenal patuh dalam melaksanakan syariat Islam, sehingga pada tahun 1941 M. ia mendirikan Mesjid Raya Watampone. La Mappanyukki mengundang Pembesar Kompeni Belanda yang bernama Tuan Resident Boslaar untuk meresmikan pemakaian mesjid tersebut.
Pada tanggal 8 Desember 1941 M. dampak Perang Dunia II juga terjadi di Celebes Selatan dengan datangnya Bangsa Jepang bersekutu dengan Jerman dan Italia untuk melawan Belanda dan Amerika. Pada tahun 1942 M. Belanda bertekuk lutut kepada Jepang dan Gubernur Jenderal Belanda di Jakarta menyerah.
Pada masa pemerintahan Jepang, nama Mangkau diganti dengan Bahasa Jepang menjadi Sutyoo dan Hadat menjadi Sutyoo Dairi. Sedangkan Arung Lili disebut Guntyoo dan Kepala Kampung disebut Sontyoo. Kedudukan Controleur Petoro Belanda diganti dengan Bunken Kanrikan, sedangkan kedudukan Assistent Resident diganti dengan Ken Kanrikan.
Jepang memerintah selama tiga setengah tahun yang membuat penderitaan dan kesengsaran bagi penduduk negeri. Hampir seluruh penduduk mengalami kekurangan makanan dan pakaian. Terjadilah kelaparan dimana-mana, perampokan juga tidak bisa ditanggulangi.
Karena Jepang merasa semakin terdesak dan tidak mampu lagi untuk memperkuat perlengkapan perangnya, Jepang membujuk penduduk pribumi untuk ikut memperkuat tentaranya dengan membentuk Heiho yang dikenal di Jawa sebagai Pembela Tanah Air (PETA).
Dalam tahun 1944 M. Jepang menjanjikan kemerdekan kepada Bangsa Indonesia. Datanglah Ir. Soekarno dari Jawa ke Celebes Selatan ( Ujungpandang) untuk menjelaskan kepada penduduk tentang maksud dan tujuan kemerdekaan itu. Setelah Ir. Soekarno kembali ke Jawa, Jepang juga mulai menarik diri dari kegiatan pemerintahan. Diangkatlah La Pangerang Arung Macege untuk menempati kedudukan Jepang yang disebut Ken Kanrikan.
Pada awal Kemerdekan Indonesia banyak orang yang ragu dan sulit untuk menentukan pendirian, dengan alasan sangat berbahaya dari tekanan Tentara Australia yangt bernama NICA ( Nederloand Indiche Cipil Administration). Namun bagi Arumpone La Mappanyukki dengan tegas menyatakan tetap berdiri dibelakang Republik Indonesia yang di peroklamirkan oleh Soekarno dan Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 M.
Adapun anaknya yang bernama La Pangerang yang pernah menjadi Arung Macege, pada masa pemerintahan Jepang diangkat sebagai Ken Kanrikan sama dengan Petoro Besar atau Assistent Residen di zaman Belanda. Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, ditunjuk bersama DR Ratulangi pergi ke Jakarta sebagai utusan Indonesia bahagian timur dalam mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. Tetapi setelah kembali dari Jawa, ia ditangkap oleh tentara NICA dan diasingkan ke Tanah Toraja bersama ayahnya La Mappanyukki.
Setelah proklamasi kemerdekan 17 Agustus 1945 dikumandangkan oleh Soekarno dan Hatta,La Pangerang dikembalikan ke Bone untuk menjadi Bupati Kepala Daerah Kabupaten Bone lama yang meliputi TellumpoccoE, kemudian diangkat menjadi Residen bersama Karaeng Pangkajenne yang bernama Burhanuddin, ketika Lanto Daeng Pasewang menjadi Gubernur Sulawesi. Setelah masa jabatan Lanto Daeng Pasewang berakhir, maka Pangerang yang nama lengkapnya Pangerang Daeng Rani menggantikannya menjadi Gubernur Sulawesi.
La Pangerang Daeng Rani kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama Petta Lebba, anak La Panguriseng saudara La Mappanyukki dengan isterinya I Puji. Dari perkawinannya itu, lahirlah ; pertama bernama Abdullah Petta Nyonri, kedua bernama We Cina atau Mariayama, ketiga bernama We Ralle, keempat bernama We Tongeng. Kelima bernama I Kennang. Kemudian La Pangerang Daeng Rani kawin lagi dengan I Suruga Daeng Karaeng, anak Karaeng Parigi
Sedangkan anak La Mappanyukki yang bernama Abdullah Bau Massepe, inilah yang menjadi Datu Suppa. Akan tetapi dimasa perang kemerdekan, dia dibunuh oleh serdadu Belanda yang bernama Westerling dalam peristiwa Korban 40.000 jiwa di Sulawesi Selatan. Abdullah Bau Massepe kawin dengan We Soji Petta Kanjenne.
Anak La Mappanyukki dengan isterinya yang bernama Besse Bulo adalah I Rakiyah Bau Baco Karaeng Balla Tinggi. Inilah yang menjadi Addatuang Sawitto. Kawin dengan La Makkulawu anak dari We Mappasessu Datu WaliE, dengan suaminya yang bernama La Mappabeta. Selanjutnya anak La Mappanyukki dari isterinya yang bernama We Mannenne Karaeng Balangsari, adalah ; We Tenri Paddanreng. Inilah yang kawin di Luwu dengan La Jemma atau La Patiware Pajung ri Luwu.
Ketika La Pangerang Daeng Rani menjadi Gubernur Sulawesi, pemerintah pusat membagi Sulawesi menjadi dua Provinsi, yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Utara. Kemudian kewedanan juga dirubah menjadi kabupaten. Oleh karena itu Kabupaten Bone lama dipecah menjadi tiga kabupaten, yaitu ;
    Kabupaten Bone dengan ibu kotanya Watampone.
    Kabupaten Wajo dengan ibu kotanya Sengkang.
    Kabupaten Soppeng dengan ibu kotanya Watassoppeng.
Hal yang demikian, merupakan realisasi dari UU No.4 Tahun 1957 sebagai pembubaran Daerah Bone lama meliputi Daerah Bone baru, ialah Zelfbestuur atau Swapraja Bone, ialah Kabupaten Bone baru dengan ibu kotanya Watampone.
Pada waktu itu, La Mappanyukki dikembalikan ke Bone untuk menjadi Bupati Kepala Daerah Kabupaten Bone. Setelah sampai masa jabatan dan pensiun, maka kembalilah La Mappanyukki ke Jongaya. Pada tanggal 18 Februari 1967 M. ia meninggal dunia dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Panaikang.
Berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 89/TK/2004 tanggal 5 november 2004, La Mappanyukki dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Mirnawati (2012). Kumpulan Pahlawan Indonesia Terlengkap. Jakarta: CIF.
Portalbugis.wordpress.com