GUSWITA PUTRI/ SI V
Frans Kaisiepo (10 Oktober 1921-10 April 1979) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang bergelar pahlawan nasional Indonesia. Frans Kaisiepo jarang dikenal oleh banyak orang. Termasuk di sekolah-sekolah peran Frans Kaisiepo dalam pengembalian Irian Barat tidak di ketahui oleh orang banyak termasuk pelajar-pelajar maupun masyarakat. Frans Kaisiepo di Papua sangat di hargai dan disegani karena Ia sangat berperan bagi masyarakat Papua. Karena peran beliau lah Irian Barat masih merupakan salah satu dari 33 Provinsi yang ada di Indonesia pada saat ini. Peran Frans Kaisiepo tidak kalah pentingnya dengan pahlawan-pahlawan lainya yang berasal dari kepulaun Jawa maupun Sumatra. Sebagai wakil dari Papua ia terlibat dalam Konferensi Malino yang berlangsung pada tanggal 16-25 Juli 1946, dimana pembentukan Republik Indonesia telah dibahas. Beberapa jasa kenegaraan Gubernur Papua ke-4 ini termasuk pengusulan nama Irian Barat, yang berarti daerah panas dalam bahasa Biak. Untuk menyebutkan wilayah paling Timur Republik Indonesia ini, serta partisipasinya dalam Konferensi Malino yang membahas pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS)
1. Masa Kecil Frans Kaisiepo
Frans Kaisiepo lahir di Pulau Biak pada tanggal 10 Oktober 1921 di daerah desa yang terletak di tepi sebuah sungai dengan latarbelakang daerah yang curam pada sebuah dataran yang subur yang bernama Kampung Wardo dalam wilayah Kecamataan Biak Barta, Kabupaten Teluk Cendrawasih (Papua). Ia didik di Sekolah Rakyat (setingkat dengan Sekolah Dasar) pada tahun 1928-1931, beliau adalah anak tertua dari enam bersaudara dari pasangan Albert Kaiseipo dengan ibunya yang bernama Alberthina. Ayahanda beliau menjabat sebagai kepala suku, dimana tempat dia berasal, dengan keahlian dibidang besi terutama peralatan rumah tangga., dan juga alat-alat senjata. Pada waktu ia kecil beliau mengalami kegetiran hidup yang sangat pahit yang sama dengan anak kecil yang lainya ketika ibunya yang meninggal dunia dan disusul dengan ayahnya. Pada waktu itu dia baru berumur 11-12 tahun dan akhirnya dia di asuh sama tantenya dan dia menikmati masa-masa kecilnya dengan teman sebayanya dan bergaul degan baik, dan berkencrama dengan alam dengan baik serta masyarakatnya, waktu kecil jiwa kepemimpin sudah nampak dari kehidupan sehari-harinya. [1]
Kalau seandaniya ada perselisihan maka dialah yang akan maju untuk melawan dari Kompong lainya, hari demi hari, minggu demi minggu, dan tahun demi tahun. Diapun mengecam pendidikan formal maupun nonformal dan walaupun ayahnya sudah meninggal ayahnya masih sangat dihargai dan di hormati di desanya dan sebagai anak yang pertama dan Anak seorang kepala suku dia dipercayai untuk memimpin perang apabila ada terjadi perang suku, dan ini juga sudah merupakan tradisi di Irian. Khususnya suku bangsa Biak bahwa kepala suku akan menjadi panglima perang. Dan dalam bahasa Biaknya sering disebut "Mambre" yaitu orang yang berani atau patriot dan ksatria yang berperan sebagai pembela orang yang lemah dan menjaga kehormatan suku bangsa yang lain. Pada waktu dia kecil dia mengalami kegetiran hidup yang sangat pahit yang sama dengan anak kecil yang lainya ketika ibunya yang meninggal dunia dan disusul dengan ayahnya.
2. Pendidikan Frans Kaesiepo
Di dalam keluarga sesusah apapun hidup manusia, anak-anak adalah generasi keluarga dan anak-anak harus tau membekali kecakapan dan keterampilan kepada tunas-tunas bangsa demi kelanjutan keturunan begitu juga dengan Frans Kaisiepo yang pasti pendidikan yang pertama adalah keluarga, dan dalam masyarakat Biak. Anak yang berusia 20 tahun ke atas harus dipisahkan dari keluarganya dan menjalani upacara melambangkan bahwa dia sudah di terima oleh orang dewasa dan bergaul dengan orang yang sudah dewasa. Pendidikan Frans Koesiopo ialah sekolah desa atau yang disebut dengan Dorsshoo; B, dari kelas 1 sampai kelas 11. Setelah tamat dia melanjut pendidikan ke kursus bestuur (pamong praja) di Kotania yang sekrang bernama Bestuur-Sentani-Jayapura.
Sekolah ini didirikan oleh orang Belanda pada tanggal 1 Januari 1945, untuk nanti anak didik akan dipekerjakan untuk orang Belanda yang pertanya di kepalai oleh Subrata Widhajaja dan wakilnya yang bernama Soegoro. Lalu digantikan oleh Soegoro dengan sebagai pemimpin Soegoro menantang besar-besaran penjajah dan ia sering keluar masuk penjara Hindia_Belanda. Sebagai slah satu murid yang aktif dan mendapatkan pendidikan dari guru yang baik yaitu Soegoro Frans Koisipodi percaya untuk membantu guru dan beserta teman-temannya. Kemudian dia melanjutkan pendidikan ke Osiba. Pada tahun 1952-1954 dan pada waktu itu dia diantarkan kepada ilmu pemerintahan. Beliau menikah dengan Anthomina Arwam dan dianugrahi 3 orang anak anak, namun istrinya meninggal dan kemudian pada tanggal 12 November 1973, ia menikahi Maria Maghdalena Moorwahyuni dari demak, Jawa Tengah dan mereka memiliki satu anak. [2]
3. Karir Frans Kaisiepo
Pada waktu Belanda takluk terhadap sekutu, dia memulai karir di pemerintahan. Dan terhitung pada tanggal 1 Agustus 1945 dia diangkat sebagai OBHK, pada tahun 1959-1962, dia menolak tawaran sebagai wakil dari Indonesia KMB di den Hagh, sehingga Belanda mengantarkan dia ketempat yang terpencil dan ini terjadi pada tanggal 20 Oktober 1945. Kemudian Ia dipindahakan di Ilagike Onder Afdeling Hooft di tempatkan sebagai Koala Distrik Fak-Fak. Karena prestasinya dia dianggkat menjadi Hooft Baaster assisten. Setelah bekerja begitu lama sebagai pamong praja yang ditugaskan dari desa yang satu ke desa yang lain diseluruh desa yang ada di Irian Barat. Sejak tahun 1922 Frans Kaisiepo ditarik ke Ibukota Provinsi Irian Barat selanjutnya pada tahun 1963 ia diangkat menjadi Beestuur Ambtenaren dalam jabatan sebagai kepala pemerintahan setempat (KPS). Pada tahun 1963 disesuaikan menjadi penata praja, terhitung mulaitanggal 1-10 Oktober 1964 sebagai wakil Resindensi Sukarnopura, dan pada tanggal 10 November 1964-4 Juni 1973 beliau diangkat sebagai Gubernur/kepala daerah tingkat 1 di Irian Barat. Selama dua kali masa jabatanya. Tugas beratnya adalah adalah i tunjuk sebagai kepala pemerintahan Komando Proyek XII Irian Barat menentukan pendapat rakyat (PAPERA) selain sebagai anggota MPR dia ditunjuk sebagai ketua dewan Pembina KORPRI Provinsi Irian Jaya setelah dua kali dalam masa jabatnay dia tidak ditarik lagi sebagai pegawai tinggi di perbantukan perdana Menteri dalam Negeri Anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia sampai akhir hayatnya. [3]
4. Perjuangan Frans Kaisiepo
Menyambut kemerdekaan, perjuangannya bukan merupakan seperti pahlawan-pahlawan Indonesia pada umumnya yang memainkan senjata dan melawan penajajah. Melainkan perjuangan yang dilakukan beliau adalah berusaha menganggkat derajata negara melalui gerakan-gerakan organisasi kebangsaan. Kesumua itu di sumbangkan terhadap kepentingan negara dan bangsanya. Dan ini dapat di buktikan melalui aktivitas-aktivitasnya ke wilayah republik Indonesia. peran yang dilakukannya bukan hanya pada waktu dia menjadi gubernur di Irian Barat tetapi jauh sebelumnya yaitu sebelum negara indonesia meredeka dia telah menunjukan bahwa dia adalah putra bangsa Indonesia dengan paa yang dilakukan untuk bangsa Indonesia.
Perjuangan bangsa Indonesia mencapai titik puncak adalah sewaktu Soekarno_Hatta membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dan disebar luaskan melalui radio surat kabar dan mulut ke mulut. Sementara itu pihak-pihak koloian berusaha untuk mendapatkan kepercayaan dari rakyat Irian Barat agar dapat mendirikan kembali domoni kolonialnya di Irian Barat. Maka pemerintah kolonial Belanda membujuk para pejuang untuk di arik balik untuk bekerja di Irian Barat. Hal tersebut karena pemerintahan kolonial Belanda sangat membutuhkan tenaga mereka itu dalam bidang pemerintahan, sehubungan dengan itu maka para pejuang digulis diserahi beberapa jabatan dalam bidang pemerintahan, namun di sisi lain tanpa sepengetahuan pemerintahan kolonial Belanda. Para pejuang eks digulis ini menggunakan kesempatan ini dengan baik untuk menanamkan benih kebangsaan dalam darah para pejuang orang Irian Barat. Perlu di ingat bahwa salah satu pencetus gagasan berdirinya partai Indonesia merdeka adalah Frans Kaisiepo yang waktu itu dia menjadi kepala distrik Biak Utara di Wastra. Misi organisasi ini adalah sama halnya dengan komite Indonesia merdeka yang telah di kirimkan di Jayapura juga bertujuan untuk memberi penerangan tentang arti dan tujuan di Indonesia merdeka. Selanjutnya kegiatan rutin tujuan partai ini di isi dengan mengadakan pertemuan dengan anggota secara rahasia terutama untuk membecirakan ataupun mengatur rencana-rencana yang akan di laksanakan dalam usaha untuk memerdekakan Indonesia. di bumi Irian Barat untuk menyusun rencana tersebut di susunah yang untuk mengadakan perlawanan bersenjata terhadap kedudukan kolonial Belanda.
Ternyata rencana tersebut telah tercium oleh pihak tentara Belanda dan akhirnya Lukas Rumkren wakil pemimpin lagu Indonesia Raya ketua Corinius Kreuys, dan yang telah mendirikan partai Indonesia merdeka di tangkap dan mendekam di dalam penjara di JayaPura dari tahun 1947 sampai akhir tahun 1948. Sementara itu pada tanggal 15 Agustus sampai dengan 25 Juli 1946 di ujung pandang (Makassar) di adakan konperensi Malino, konperensi ini bertujuan untuk mendukung gagasan Van Mook tentang pembentukan negera federal Indonesia. sementara bentuk negara yang di dalamnya adalah akan bergabungnya satu uni dengan kerajaan Belanda, dalam konferensi tersebut Frans Kaisiepo menjadi wakil Irian Barat yang di tunjuk oleh kolonial pemerintahan Belanda. Untuk menghindari konferensi Malino sebelum keberangkatan konferensi Malino, Frans Kaisiepo telah di beri bekal terutama pikiran-pikiran yang mendukung kemerdekaan republik Indonesia. hal ini dilakukan melalui pertemuan di Jayapura antara Frans Kaisiepo dengan Cornius serta Marcus Kaisiepo
5. Pengantian Kata Papua menjadi Irian Barat
Kata Irian itu mempunyai makna tersendiri karena dengan itu rakyat Irian Barat hendak menunjukan identitas yang bersumber dari budaya bangsanya kata Irian hendak menunjukan identitas yang bersumber dari budaya bangsanya. Kata Irian barat berarti panas dan kata ini berasal dari Biak, sedangkan kata Papua mula-mula digunakan oleh pelaut Portugis dan Spanyol dan sejak kata Frans Kaisiepo maka pemerintah Indonesia erus mengunakan kata Irian dan tetap menggunakan kata Papua.
Kata Papua yang diucapkan dalam sidang Mahino yang sebenarya sudah terlebih dahulu di beritahuakan melalui surat kabar open penyuluh Brisbane, Australia. Pengiriman artikel tentang pergantian Papua menjadi Irian kepada surat kabar tersebut sebenarnya di lakukan oleh dua bersaudara antara Markus Kaisiepo dan Frans Kaisiepo. Sewaktu mengikuti kursus silat berstruktur di kota Nico Holandia, dan dia tidak setuju dengan papan nama kursus/sekolah yang bertuliskan Papua Besruur Schoool menjadi Irian Besturr School, kehadiran Frans Kaisiepo dalam rapat mahlino telah mengecewakan pihak kolonial Belanda dan sehingga di adakan lagi konferensi Denpasar sebagai kelanjutan Konferensi Malino. Di selenggarakan pada tanggal 20-24 Desember 1946, dan Irian Barta tidak diperbolehkan mengirimkan perwakilanya agar tidak menentang niatnya untuk memisahkan Irian Barat dari Indonesia.[4]
Berhubungan dalam usaha Belanda untuk memisahkan wilayah Indonesia dan Irian Barat secar nyata dalam Konferensi secara nyata konferensi Denpasar, para pejuang Irian Barat meminta residen Van Eechoud untuk mengirimkan utusan dari Irian Barat namun usaha itu di tolak, dan mengirimkan telegram kepada H.J Van Mook di Denpasar dari wilayah Republik Indonesia.
6. Peran Frans Kaisiepo dalam arus Sejarah
Peran Frans Kaisiepo dalam memperjuangkan Irian Barat untuk Indonesia, Frans Kaisiepo berjaya besar itu telah menumpahkan seluruh perhatiannya terhadap kepentingan perjuangan rakyat Indonesia. baik diminta ataupun tidak dia telah menunujukan bahwa mempunyai kewajuban moral untuk memperjuangkan kedudukan bangsa dan nasib tanah liar agar kembali sevara utuh.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Suryo Haryono, Pius.1996. Mengenal Pribadi Frans Kaisiepo memiliki Bangun Tubuh Yang Kokoh Dengan Kulit Hitam Manis, Langkah dan Ayunan Tanganya Serta Harmonis Sehingga Nampak Berwibawa Mambangun Rumah Tangga. Jakarta: Defit Prima Karya
[4] Suryo Haryono, Pius.1996. Mengenal Pribadi Frans Kaisiepo memiliki Bangun Tubuh Yang Kokoh Dengan Kulit Hitam Manis, Langkah dan Ayunan Tanganya Serta Harmonis Sehingga Nampak Berwibawa Mambangun Rumah Tangga. Jakarta: Defit Prima Karya
No comments:
Post a Comment