PENDIDIKAN NEGARA THAILAND

Desi Purnama Indah / PS

Populasi Thailand didominasi etnis Thai dan etnis Lao, yang berjumlah 3/4 dari seluruh penduduk. Selain itu juga terdapat komunitas besar etnis Tionghoa yang secara sejarah memegang peranan yang besar dalam bidang ekonomi. Etnis lainnya termasuk etnis Melayu di selatan, Mon, Khmer dan berbagai suku orang bukit. Bahasa resmi di Thailand adalah bahasa Thai, bahasa yang mempunyai kerabat dekat dengan bahasa Lao dan bahasa Shan di Myanmar. Aksara resmi di Thailand adalah aksara Thai. Thailand juga memiliki beberapa bahasa minoritas. Di sebelah timur laut terdapat dialek Lao. Di sebelah selatan terdapat bahasa Yawi, sebuah bahasa berdialek Melayu yang umumnya digunakan oleh Muslim Melayu. Bahasa China juga diucapkan oleh sebagian besar penduduk Tionghoa. Bahasa Inggris diajarkan di setiap sekolah, tetapi jumlah orang yang mampu berbahasa Inggris sangat rendah, terutama diluar kota.
Pendidikan Thailand
Negara Thailand adalah salah satu negara yang memiliki sistem pendidikan yang cukup baik. Sektor pendidikan di thailaand berkembang dengan baik. Pemerintah menyediakan pendidikan gratis sampai usia 17 tahun. Kebanyakan generasi siswa masa depan merupakan ahli di bidang komputer. Rata-rata IQ siswa di Thailand pada tahun 2010-2011 berdasarkan 72.780 siswa adalah 98,59, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata IQ terendah ditemukan di provinsi Narathiwat dengan IQ 88,07. Sedangkan rata-rata IQ tertinggi ditemukan di provinsi Nonthaburi dengan IQ 108,91. Jika kita lihat dari aspek ekonomi nya thailand juga termasuk yang kategori perekonomian  yang turun naik. Menteri Kesehatan Thailand memberikan pemahaman kepada seluruh masyarakat bahwa pentingnya yodium untuk ditambahkan ke dalam garam meja. Pada tahun 2013, Menteri Telekomunikasi dan Informatika Thailand mengumumkan bahwa 27.231 sekolah akan menerima akses internet kecepatan tinggi. Setelah menikmati rata-rata pertumbuhan tertinggi di dunia dari tahun 1985 hingga 1995 - rata-rata 9% per tahun - tekanan spekulatif yang meningkat terhadap mata uang Thailand, Baht, pada tahun 1997 menyebabkan terjadinya krisis yang membuka kelemahan sektor keuangan dan memaksa pemerintah untuk mengambangkan Baht. Setelah sekian lama dipatok pada nilai 25 Baht untuk satu dolar AS, Baht mencapai titik terendahnya pada kisaran 56 Baht pada Januari 1998 dan ekonominya melemah sebesar 10,2% pada tahun yang sama. Krisis ini kemudian meluas ke krisis finansial Asia. Thailand memasuki babak pemulihan pada tahun 1999; ekonominya menguat 4,2% dan tumbuh 4,4% pada tahun 2000, kebanyakan merupakan hasil dari ekspor yang kuat - yang meningkat sekitar 20% pada tahun 2000. Pertumbuhan sempat diperlambat ekonomi dunia yang melunak pada tahun 2001, namun kembali menguat pada tahun-tahun berikut berkat pertumbuhan yang kuat di RRC dan beberapa program stimulan dalam negeri serta Kebijaka Dua Jalur yang ditempuh pemerintah Thaksin Shinawatra. Pertumbuhan pada tahun 2003 diperkirakan mencapai 6,3%, dan diperkirakan pada 8% dan 10% pada tahun 2004 dan 2005.
Sistem Pendidikan di Thailand
3. Sistem pendidikan di Thailand memiliki kesamaan dengan sistem pendidikan di Indonesia dan terdapat juga perbedaannya. Sistem pendidikan di Thailand terbagi menjadi 3, yaitu pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal. Untuk sistem pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar dan pendidikan tinggi. sedangkan sistem pendidikan non-formal terdiri dari  program sertifikat kejuruan, program short course sekolah kejuruan dan interest group program.Wajib belajar di Thailand adalah wajib belajar 9 tahun, dengan rincian grade sebagai berikut.
a.       Pendidikan Play Group dan TK usia 3-6 tahub.
b.      Pendidikan Sekolah Dasar (selama 6 tahun), grade 1-6c.
c.       Pendidikan Sekolah Menengah (selama 3 tahun), grade 7-9d.
d.      Pendidikan Sekolah Menengah atas (selama 3 tahun), grade 10-12

Untuk grade 7-12 dalam satu komponen sekolahan, mereka tak harus mendaftar lagi , sudah otomatis melanjutkan di sekolah itu.
Ujian Nasional (UN) di Thailand dikoordinasikan oleh Bureu of Education Testing Office dari Komisi Pendidikan Dasar yang memakai Sistem Ordinary National Education Test (O-net). UN di wajibkan untuk grade 3, 6, 9 dan 12. Ada 8 mata pelajaran yang di-UN kan yaitu :
a.       Bahasa Thaib.
b.       Matematikac.
c.       Scienced. Ilmu sosiale.
d.      Agama dan Kebudayaanf.
e.       Bahasa asingg.
f.       Health and Physical Educationh. Art, Career and Technology Sedangkan siswa dari grade 1,2,4,5,7,8,10 dan 11, mengikuti ujian kelas dari sekolah masing-masing yang mengacu dari Office of Academic Affair , Kementrian Pendidikan Thailand, secara serentak. Pondok (sekolah agama) di Thailand Selatan secara keseluruhan dapat dikatakan sama dengan pesantren di Jawa atau tempat-tempat lain di Indonesia pada tahun 1950/60-an sebelum mengalami modernisasi. Kini, setelah kerusuhan merebak di Patani atau kawasan Muslim Melayu di Thailand Selatan dalam dua tahun terakhir, pondok menjadi tertuduh sebagai tempat pusat perlawanan atas pendekatan keamanan yang dilakukan pemerintah Thailand. Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, secara terbuka menyatakan bahwa ia tak akan memberikan toleransi kepada pondok yang seperti itu. Pondok Patani umumnya masih sangat tradisional, bagi kaum Melayu Muslim Thailand Selatan ia adalah lebih dari sekadar lembaga pendidikan Islam. Tetapi juga merupakan salah satu identitas keagamaan dan budaya. Jadi, ancaman penutupan pondok oleh pemerintah, langsung maupun tidak merupakan pembunuhan 'genocide' religius-kultural. Dalam wawancara dengan TV3 Thailand di sela-sela workshop di Nakun Si Tamarat, dikemukakan bahwa penyebab pergolakan di Thailand Selatan sedikitnya ada empat :
1.      Pertama, pendekatan kekerasan yang dilakukan Thaksin, yang akhirnya melahirkan lingkaran kekerasan. Dalam menghadapi unjuk rasa damai misalnya, Thaksin tidak segan-segan mengerahkan kekuatan militer yang mengorbankan orang Muslim Patani. Ini segera dibalas dengan taktik gerilya maka kekerasan berlanjut.
2.      Kedua, kondisi ekonomi yang buruk di Thailand Selatan. Meski ekonomi Thailand meningkat tetapi tidak banyak perkembangan ekonomi di Thailand Selatan. Mereka tetap miskin dan terbelakang.
3.      Ketiga, monolitisme budaya Thai (Siam) dengan mengorbankan budaya Melayu Muslim. Sejak tahun 1970-an Pemerintah Thailand melakukan "Siamisasi" dengan mewajibkan orang-orang Muslim Patani menggunakan nama dan bahasa Thai (yang sama sekali tak ada ikatan budaya/tidak serumpun).
4.      Keempat, terbelakangnya pendidikan, karena kurangnya perhatian pemerintah Thailand.
Pendidikan Tradisional Melayu adalah pendidikan yang muncul di Patani, sejak abad ke-17, dengan institusi seperti Madrasah dan Masjid, sedangkan masjid bukan hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga pusat pengajian dan penyebaran agama Islam. Pada tahun 1961 pemerintah Thai mengeluarkan suatu kebijakan yaitu mengubah pondok tradisional menjadi sistem pondok modern atau Sekolah Pondok Swasta. Adanya perubahan itu pemerintah Thai ikut serta dalam pendidikan pondok di Patani, dengan tujuan memasukan sistem pendidikan semisekuler di lembaga pondok, yang pada akhirnya bisa melahirkan pelajar yang dapat berbahasa Thai dan mempunyai semangat di diri mereka sebagai warga negara Thai. Skripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang perubahan sistem Pendidikan Islam di Patani sebagai akibat dari kebijakan pemerintah Thailand, menyangkut aspek kurikulum, pengelola, tujuan, sumber pendanaan, murid dan kitab-kitab. Rombongan Pelajar/Mahasiswa dari Thailand  yang  pertama datang ke Indonesia ialah pada awal th 1967,  mereka memilih kota Bandung sebagai tempat kuliahnydibeberapa perguruan tinggi seperti IKIP, UNPAD  dan rombongan terakhir ada pula yang  masuk ke  ITB.
Mereka  semuanya dari Thailand Selatan, seperti Narathiwat dan Pathani yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Rombongan pertama ada  empat/lima orang  mudah bergaul dengan siapapun, dari  mereka pula tahu bahwa tulisan Arab gundul (Pagon) yang zaman dulu dipakai sebagai tulisan dalam bahasa Jawa, Sunda ataupun bahasa Indonesia, mereka sebut  tulisan Jawi, aneh bukan?   Tapi  mungkin yang memperkenalkan tulisan Arab gundul ke Thailand Selatan atau Malaysia dulunya orang Jawa, karena Malaysia-pun menyebutnya  sama  yaitu tulisan Jawi.  Pada zaman penjajahan Belanda banyak bangsa Indonesia terutama dari Jawa yang melarikan diri ke Thailand dan Malaysia ataupun Singapore Tapi dalam sejarah Wali Songo, pernah pula  disebutkan bahwa salah satu Wali-nya mempunyai kekerabatan dengan Negeri Cempa dan Kamboja (yang saat  itu  keduanya sudah Islam),  tapi  negeri Cempa hancur diserang oleh Raja Koci.  Kemungkinan besar sejak zaman tsb memang  tulisan Arab gundul sudah dipergunakan di daerah Cempa, Kamboja, Thailand dan Malaysia, yang mereka sebut tulisan Jawi.
salah satu pesantren di  Thailand, yaitu Ban Tan kemajuan yang tanpa harus mengorbankan kesederhanaan yang sudah mendarah daging  dilingkungan pesantren.  Karena  dahulu-pun banyak pemimpin Indonesia yang  berasal dari latar belakang pendidikan pesantren. Sekitar 1,000 anak-anak menghampar di lapang rumput depan pondok. Lautan  kerudung dan peci putih, melafalkan shalawat, khusuk dan menggema.Suasana pondok Pesantren Ban Tan. Pondok kecil ini dibangun di pedalaman Thailand Selatan.
Dibangun awal 1900, dengan beberapa orang murid. Niatnya sederhana, menjaga aqidah umat Islam yg tersebar di kampung2 yang mayoritas penduduknya beragama Budha. Pondok Ban Tan seakan goyah. Tak terbayangkan bagi mereka, dari perkampungan  Muslim yang kecil, jauh dari keramaian, dan di pedalaman Thailand di tahun  1960an. Umumnya  santri-santri cerdas dikirim melanjutkan sekolah ke Jawa atau Kedah atau  Kelantan; jika ada dana mereka akan dikirim ke Makkah atau Mesir.  Tapi  Amerika ?!?; tidak pernah terlintas di benak mereka akan mengirim santri  belajar ke Amerika  Saat itu para guru di pondok terpeca pandangannya:   separoh takut anak ini akan berubah bila dikirim ke negeri kufar (istilah  yang digunakan dalam perdebatan itu System dan Kelembagaan Islam di Thailand.)
Pondok Patani atau pondok di Thailand Selatan secara keseluruhan boleh dikatakan sama dengan pesantren di jawa atau tempat-tempat lain di Indonesia pada tahun 1950-an atau 1960-an sebelum pesantren mengalami modernisasi. Setelah kerusuhan kembali merebak di Patani atau kawasan melayu Muslim di Thailand Selatan dalam dua tahun terakhir. Pondok menjadi terteduh sebagai tempat pusat perlawanan atas pendekatan keamanan yang dilakukan pemerintah. Pondok Patani, umumnya masih sangat tradisional, bagi kaum Melayu Muslim Thailand Selatan lebih dari pada sekedar lembaga pendidikan Islam, tapi juga merupakan salah satu identitas keagamaan dan cultural. Karena itu, ancaman penutupan pondok.
System pendidikan Islam pada awalnya ditujukan pada system politik Siam yang Otoriter, Jika sebelumnya system pendidikan bersifat sentralistik, independent melalui lembaga pondok pesantren dan madrasah. Pondok pesantren merupakan institusi pendidikan islam pertama yang dijalankan, yang bermula dari fungsi dakwa dan Ta'lim. Pada tahun 1785 M Patani dibawah kekuasaan Siam, tradisionalisme pondok pesantren dan Madrasah diuji dengan kehadiran system pendidikan Siam (umum), perkembangan pendidikan Islam terus berlangsung melalui proses yang cukup a lot, dialektis, kompromis, sehingga pondok pesantren dan madrasah telah diintegrasikan dengan system pendidikan Siam sebagai model pendidikan sekolah modern di Patani. Pondok seperti pesantren juga mengalami transisi sepanjang abad ke-20 sebagai pondok berubah menjadi sekolah agama rakyat dan lebih banyak lagi mendirikan madrasah tetapi banyak madrasah juga yang didirikan yayasan-yayasan Islam di luar pondok. Sebagian besar gurunya adalah alumni Timur tengah, Indonesia, dan Malaysia. Di madrasah-madrasah ini, menurut kalim pemerintah, menerima banyak bantuan dari timur tengah selanjutnya mereka menjadi madrasah wahabiyah yang menurut pemerintah Thanksin menjadi biang dari radikalisme di kalangan kaum Muslim Thailand.
Pergolakan yang dilakukan oleh kaum patani salah satunya adalah terbelakangnya pendidikan di Thailand. Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hampir terdapat 80 orang mahasiswa Thailand di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak seorangpun yang mendapat bantuan keuangan seperti beasiswa dari pemerintah Thailand. Sehingga untunglah Pemerintah Indonesia melalui Departemen Agama RI dan UIN bermurah hati memberikan beasiswa kepada mereka. Bahkan Mahasiswa Thai yang ada di Ciputat membuka warung kecil-kecilan untuk bisa bertahan. Kemudian dilihat secara transparan lembaga pendidikan Islam di Thailand tidak jauh berbeda dengan system pendidikan yang dimiliki di Indonesia. Artinya semuanya bertujuan untuk mencetak professional-profesional muslim yang mampu bersaing dalam kancah perkembangan dunia ilmu pengetahuan dengan didasari agama yang mumpuni. Namun tentu konsep, system dan kelembagaan pendidikan Islam di patani, secar aineternal dipengaruhi oleh Politik siam, Tuntutan demokrasi dalam pendidikan Islam pada awalnya ditujukan pada system politik Siam yang otoriter. Jika sebelumnya system pendidikan bersifat sentralistik, independent melalui lembaga pondok pesantren dan madrasah, maka belakangan ini tergesernya paradigma dan system pendidikan Islam sehingga lebih menekankan pada peran pemerintah. Tradisionalisme pondok Petani mempunyai sejarah panjang. Kaum Muslimin Melayu Patani mengklaim, pondok merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di nusantara meski sumber-sumber sejarah umumnya menyebutkan, Islam datang dan berkembang di wilayah ini baru pada abad ke-16. terlepas dari kondisi itu, pondok Patani mengirimkan lulusn terbaiknya ke Haramayn yang kemudian menjadi ulama besar seperti Daud bin Abdullah al-patani (abad ke-19), ahmad bin Muhammad Zayn an-Patani, dan Zayn al-Abidin bin Muhammad al-Patani (abad-20) .
2.      Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Thailand
Proses Islamisasi di patani tidak bisa dilepaskan dari peranan pendidikan. Pada tahap awal pendidikan informal sangat berperan, yaitu kntak informal antara mubaligh dengan rakyat setempat. Selanjutnya ditindak lanjuti dengan munculnya pendidikan non-formal, dan terakhir pendidikan formal.  Pada tahap awal pendidikan agama islam dikawasan Thailand Selatan dilaksanakan pendidikan Al-Qur'an. Pengajian Al-Qur'an adalah sesuatu yang mesti dipelajari oleh setiap muslim. Pengajian al-Quran ini dilaksanakan di masjid dan rumah-rumah Tok Guru. Disetiap kompang ada rumah Tok Guru yang dijadikan tempat pengajian Al-Quran. Selanjutnya muncullah pendidikan podok pondok berposisi sebagai lembaga pendidikan yang amat penting di Thailand Selatan.
Profil pelajar-pelajar pondok ini digambarkan oleh Chapakia yaitu "Pelajar-pelajar mengamalkan cara hidup harian yang sama dan seragam mereka sama-sama berkain sarung, berbaju melayu berkopiah putih dan sama-sama menggunakan tulisan Jawi dan buku-buku jawi".Alumnus pondok memiliki posisi yang sangat penting dan memiliki peranan yang strategis ditengah-tengah masyarakat, mereka menjadi pemimpin masyarakat khususnya dalam bidang keagamaan, menjadi imam, khotib, bilal, menjadi ahli jawatan masjid paling tidak menjadi to 'lebai. Pendidikan formal yang dilaksanakan pemerintah dimulai pada mara raja Chalongkarn atau Rama V pada tahun 1899. Sekolah ini kurang mendapat sambutan masyarakat. Melihat itu pada tahun 1921 sekolah ini kurang mendapat sambutan masyarakat. Melihat itu pada thaun 1921 pemerintah mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan sekolah mulai ditingkat sekolah dasar kelas satu sampai kelas empat. Kendatipun undang-undang tersebut dikeluarkan, namun masyarakat Islam dikawasan Thailand SElatna (khususnya ditempat wilayah : Patani, yala, Narthiwat, dan Satun) tidak menyambut dengan baik pemberlakuan undang-undang tersebut. Terbukti statistic tahun 1960 tamat sekolah dasar kelas satu sampai kelas empat diwilayah tersebut hanya 13,67 persen masyarakat masih terkait erat dengan pendidikan pondok.
Kebijakan pemerintah Thailand berikutnya pada tahun 1966, adalah mewajibkan seluruh institusi pondok untuk mendaftarkan diri ke pemerintah di bawah Akta Rongrian Rat Son Sasna Islam (Sekolah Swasta Mengajar Agama Islam). Sejak itu mulai perubahan pendidikan pondok di Selatan Thailand. Perubahan itu memunculkan timbulnya madrasah. Peran ulama-ulama Petani sangat dominant dalam proses Islamisasi tersebut, bahkan peranan mereka tidak hanya di patani saja tetapi juga sampai ke luar negeri, seperti ke Indonesia. Diantaranya yang terkenal adalah Syekh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman Al-Patani, yang telah berhasil mengIslamkan raja Buton yaitu raja Walio. Syeh Abdul Jalil alFathoni telah menyebarkan agama Islam di Kalimantan Barat (lebih kurang tahun 1700). Syekh Daud Abdullah al Fatoni juga seorang ulama Patani, yang bermukim di Makkah dan menulis banyak kitab-kitab agama. Dipandang dari sudut interen yakni munculnya lembaga pendidikan Islam di Patani, setelah berproses dari lembaga pendidikan informal, nonformal dan selanjutnya muncul lembaga pendidikan pondok sebagai lembaga formal.
3.      Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Thailand
a. Pondok dan Madrasah
Ada catatan bahwa Wan Husein Senawi seorang ulama berasal dari Kampung Sena Patani sepupu sunan Ampel mendapat inspirasi untuk mendirikan lembaga pendidikan pondok di patani setelah beliau belajar di Tanah Jawa di bawah asuhan Sunan Ampel. Pondok adalah lembaga pendidikan tertua di Patani dan diantara pondok-pondok tertua itu adalah Pondok Dala, Bermin, Semela, Dual, Kota, Gersih, Telok Manok, yang mempunyai pengaruh besar bagi pertumbuhan pendidikan Islam di daerah ini, oleh karena pondok-pondok ini banyak didatangi oleh pelajar. Pelajar di luar Patani, Karena itu pondok-pondok ini banyak sekali pengaruhnya bagi pembangunan bahasa Melayu, pengaruhnya juga sampai ke Burma dan Kamboja.
b.      Dengan System yang masih klasikal. Mempunyai kurikulum, silabus yang telah ditetapkan pokok-pokok bahasan serta jadwal pelajaran. Diajar oleh tenaga pengajar yang memiliki spesialisasi dalam bidang mata pelajaran yang diajarkan di madrasah tersebut. Diajarkan dua jenis ilmu pengetahuan, pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Disamping tenaga pengajar, memerlukan juga tenaga administrasi, bahagia akademik dan keuangan. System manajemen tidak lagi terkonsentrasi pada satu orang / tok guru telah berubah adanya pebagian tanggung jawab (sharing patner) antara pimpinan madrasah. Oleh karena di madrasah mata pelajaran yang diajar bervariasi, maka madrasah memerlukan fasilitas pendidikan dan pengajarna seperti laboratorium bahasa, labor computer, labor sains dan sarana olah raga.
Sumber :
Anuar, Nik Mahmud, 2004. Sejarah perjuangan Melayu Petani 1885-1954, Saremban.
               Aphornsuvan, Thanet, 2003. History And Politics of The Muslim In Thailand, Thammasat University.
             Farouq, Omar Bajunid,tThe Muslim and Thailand: A Review, at Shouteast Asian Studies,  (volume 37 no.2 September  1999)
        

No comments:

Post a Comment