Muhammad Hasbi / SIV
Nasakom adalah singkatan Nasionalis, Agama dan Komunis, dan merupakan konsep dasar Pancasila. Konsep ini diperkenalkan oleh Soekarno Presiden pertama Republik Indonesia yang menekankan adanya persatuan dari segala macam ideology Nusantara untuk melawan penjajahan, dan sebagai pemersatu Bangsa untuk Revolusi rakyat dalam upaya memberantas kolonialisme di bumi Indonesia. Dengan penyatuan tiga konsep ini (Nasionalis, Agamis dan Komunis) Soekarno berusaha untuk mengajak segala komponen bangsa tanpa melihat segala perbedaan yang ada. Baik itu perbedaan Religius maupun suku dan budaya. Bisa di katakan bahwa Nasakom adalah penjelmaan atau penerapan daripada Pancasila, terutama azas Bhineka Tunggal Ika.
Teori Nasakom, telah lahir dan di rumuskan oleh Sukarno Sejak tahun 1926, yang waktu itu di istilahkan dengan tiga hal pokok yakni "Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme. Yang pada intinya di persatukan dalam satu tujuan yaitu Gotong-royong (bekerja bersama-sama) untuk Revolusi Indonesia dalam melawan Imperialisme.
namun ideologi ini runtuh ketika tragedi 30 september yang diduga adalah rekayasa kudeta yang dilakukan rezim soeharto dengan memanfaatkan musuh politiknya (Partai Komunis Indonesia / PKI) yang kemudian di lakukan penghapusan pada partai tersebut dan di sertai dengan pembantaian rakyat indonesia yang terkait dengan partai tersebut yang di prediksi antara satu juta lebih jiwa yang terbantai pada peristiwa tersebut, dan merupakan pelanggaran HAM terberat sepanjang sejarah Indonesia.
Mendekontruksikan Nasakom
Konsep nasakom saya tempatkan sebagai bagian penting dalam makalah ini yang merupakan pemikiran sejati bung karno. Bahkan menurut saya, ajaran inilah yang layak untuk menjawab pertanyaan mengenai bagaimanakah pemikiran dan ajaran-ajaran bung karno. Obsesi untuk menyatukan aliran nasionalisme, agama, dan komunisme tampaknya adalah hal yang paling tepat untuk memahami pemikiran bung karno. Konsep itu di akhir tahun 1920-an telah melejitkan namanya, dan pada awal tahun 1960-an juga ditegaskannya kembali.
Nasionalisme, agama, dan komunisme ( nasakom ) tidak lebih dari ideology yang harus dipahami sebagai konsepsi pemikiran yang digunakan untuk melawan penjajahan dan penindasan atau imperialisme. Cara inilah menurut saya, yang paling tepat untuk memahami sejenis pemikiran apakah nasakom itu. Kalau kita jeli, ketiga ideology itu dalam cara pandang bung karno diekspresikan untuk membangun bangsa yang kuat, luas, yang dipilari pertama-tama oleh persatuan dan kemudian keadilan social yang diperoleh setelah upaya melawan penjajahan ( imperialism ) mencapai kemenangan.
Sebagai pemikiran politik, yang mulai ditangkap soekarno setelah pemberontakan radikal babak pertama ( dibawah pimpinan PKI akhir tahun 1926 dan awal tahun 1927 ) yang dapat diberangus oleh kolonialis belanda, maka pada akhir tahun 1920-an soekarno muncul sebagai aktivis gerakan yang memiliki kemampuan yang lihai dalam menangkap kehendak dan tuntutan rakyat akan kemerdekaan dari penjajahan. Artikelnya berjudul "Nasionalisme, Islam, dan Marxisme", yang ditulis tahun 1926 dalam " suluh Indonesia Muda",adalah cikal-bakal konsep Nasakom yang dilontarkan kembali pada pertengahan tahun 1960-an.
Bung karno hanya ingin membedakan bahwa pemikiran politiknya tidak sama dengan orang lain. Bung karno sendiri sering kali menyatakan bahwa kewpercayaannya untuk mencampurkan ketiga ideology itu merupakan Sesutu hal yang membedakan pemikirannya dengan orang lain, mungkin kita bias ideology soekarnoisme : nasakom sama dengan Soekarnoisme.
Soekarnoisme, tampaknya merupakan istilah yang dimaksudkan untuk mencirikan bahwa bung karno dapat secara mandiri menggagas hasil pemikirannya sendiri. Jika kita sepakat bahwa pemikiran seorang ideology tersebut, maka memang penting untuk memahami latar belakang tersebut, maka memang penting untuk memahami latar belakang kenapa bung karno menggulirkan gagasan ideologisnya itu.
Bung karno adalah ia yang mengambil semua hal yang dirasanya baik bagi persatuan Indonesia agarkesatuan bangsa yang terdiri dari pulau-pulau itu tetap bertahan. Tentu saja bukan semata-mata persatuan , tetapi persatuan yang diarahkan pada perlawanan terhadap penindasan. Karenanya, nasionalisme bung karno bukanlah nasioanalisme semu dimana rakyat hanya disuruh bersatu tanpa menunjukkkan adanya musuh-musuh yang kongkret.
Boleh saja orang beranggapan bahwa nasionalisme, islam, dan marxisme-sosialisme-komunisme tak bisa disatukan. Mungkin orang yang memegang pandangan seperti itu tidak menguak secara lebih jauh potensi dari masing-masing ideology untuk dapat bersatu. Karenanya, perlu sekali untuk mengetahui bagaimana masing-masing ideology ( dalam nasakom ) sesuai dengan pandangan bung karno. Jika nasionalisme dipahami secara sempit, sebagaimana chauvinism ataupun rasionalisme kebangsaan, dia memang tidak akan dapat disambungkan dengan ideology lainnya, seperti marxisme dan islam yang tak mengenal ras dan suku bangsa ( pan-islamisme dan internasionalisme dalam sosialisme ). Karena itulah, untuk memahami nasakom, orang harus mengerti dulu pada sisi mana masing-masing ideology ( baik nasionalisme, islamisme, maupun komunisme ) secara baik dan benar. Untuk meyakini kebenaran nasakom, orang tak bias menjadi nasionalis sempit, islam sempit, atau marxisme salah kaprah. Saat
gagasan dituliskan pada tahun 1926, bung karno sudah mengingatkan seperti ini:
"Nasionalis yang sejati, yang cintanya pada tanah air itu bersendi pada pengetahuan atas susunan ekonomi-dunia dan riwayat, dan bukan semata-mata timbuil dari kesombongan bangsabelaka__nasionalis yang bukan chauvinis,tidak boleh tidak,haruslah menolak segala paham pengecualian yang sempit budi itu. Nasionalis yang sejati yang nasionalismenya itu bukan semata-mata suatu copy atau tiruan dari nasionalisme barat, akan tetapi timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan_nasionalis yang menerima rasa nasionalismenya itu sebagai suatu wahyu dan melaksanakan rasa itu sebagai suatu bakti…baginya, maka rasa cinta bangsa itu adalah lebar dan luas,dengan memberi tempat pada segenap sesuatu yang perlu untuk hidupnya segala hal yang hidup"
Intinya, nasakom akan mudah diterima oleh mereka yang berpikiran luas dan lapang, orang yang berpengetahuan luas dan selalu menganalisis berdasarkan pengetahuan terhadap perkembangan atau "susunan" ekonomi dunia, serta memahami kontradiksi-kontradiksi yang berkembang didunia dengan pengaruhnya ke negaranya sendiri; dan dengan menganalisis corak produksi dan pemikiran masyarakat sendiri. Bung karno, sebagai penggagas nasakom, memang mengetahui susunan ekonomi dunia, sekaligus memahami perkembangan masyarakatnya sendiri. Dan ia melihat bahwa ideology-ideologi yang berkembang di masyarakatnya itu sebagai jawaban atau reaksi yang 'pas' untuk melawan penjajahan asing.
Singkatnya, nasakom bertemu dalam suatu proyek anti-penjajahan asing. Jadi, kaum nasionalis yang tidak anti-penjajahan asing, tak mungkin ia setuju dengan nasakom; islamis yang tak anti-penjajahan asing, mustahil ia akan pro-nasakom; dan komunis yang tak tahu bahwa semangat nasionalisme dan agama juga dapat digunakan untuk melawan imperialism, mustahil ia pro-nasakom. Tak heran jika sejak kelahirannya, nasakom diserang dan dimusuhi oleh islam sempit, nasionalis picik, atau marxis yang ke-kiri-kirian!
"apakah rasa nasionalisme, yang oleh kepercayaan akan diri sendiri itu, begitu gampang menjadi kesombongan bangsa, dan begitu gampang mendapat tingkatnya yang kedua, ialah kesombongan ras, walaupun paham ras (jenis) ada setinggi langit bedanya dangan paham bangsa oleh karena ras itu ada suatu paham biologis, sedang nasionalitas itu suatu paham sosiologi (ilmu pergaulan hidup)_apakah nasionalisme itu dalam perjuangan jajahan dapat bergandengan dengan islamisme yang dalam hakikatnya tiada bangsa, dan dalam lahirnya dipeluk oleh bermacam-macam bangsa dan bermacam-macam ras-apakah nasionalisme itu dalam politik colonial dapat rapat diri dengan marxisme yang internasional interracial itu?".
Daftar pustaka :
Wikipedia,
Soyomukti,Nurani.Soekarno&Nasakom.Jogyakarta:Garasi,2008