Halaman

MISRAN RAIS DALAM SEJARAH

Sri Widyaningsih


Sebagaimana yang diketahui secara umum bahwa perjuangan bangsa Indonesia ketika merebut kemerdekaan tidak lepas dari perjuangan rakyat yang hidup dan diam di daerah-daerah. Termasuk daerah yang berada di wilayah kepulauan misalnya Kepulauan Meranti yang masuk ke dalam wilayah Propinsi Riau sekarang ini. Perjuangan rakyatnya tidak bisa dinafikan. Selan itu, perjuangan rakyat tentunya tidak terjadi begitu saja dan akan selalu ada seseorang yang menjadi pelopornya. Dengan kata lain akan ada orang seorang yang ditokohkan sebagai pejuang kemerdekaan di setiap daerah.[1]

Artinya disetiap perjuangan tentu memiliki pelopor penggerak yang turut andil didalamnya , “ setiap orang ada masanya ,setiap masa ada orangnya” , adalah isilah yang mungkin akan membantu dalam  mengartikan tulisan diatas, dimana akan ada satu diantara lainnya yang menjadi tokoh penggerak di setiap peristiwa pergerakan atau perlawanan sehingga ditokohkan sebagai pejuang kemerdekaan.

Saat kedatangan Jepang ke Riau awalnya sangat memikat hati rakyat. Jepangdianggap sebagai penyelamat masyarakat dari penjajahan Belanda yang mana awalnya sangat ramah tama dan baik terhadap rakyat indonesia seperti sambutan rakyat Kampar dan Indragiri Hulu. Tokoh-tokoh masyarakat yang mengkoordinir  sambutan di Indragiri Hulu adalah Abu Bakar Abduh, Toha Hanafi, dan Jusih. Keadaan itu berubah setelah jepang menduduki semua wilayah Riau. Sikap ramah tama berubah menjadi kasar, selanjutnya muncul watak fasisme Jepang. Tindakan sewenang-wenang merupakan pandangan sehari-hari. Bendera merah putih sebelumnya berkibar bersama Hinomoru tidak boleh lagi dikibarkan. Sepak terjang, tampar, maki-maki kasar seperti"bagero" sudah merupakan tindakan biasa. Organisasi politik dan sosial dilarang, bahkan dibubarkan Jepang. Pemerintahan para sultan dan raja-raja dibekukan dan seluruh wilayah Riau diperintah lansung oleh pemerintah militer Jepang. Sedangkan kekuasaan sultan dan raja-raja diperlakukan sebagai pengemuka masyarakat biasa.(Depdikbud, 1986: 189)[2]

Menurut saya, kedatangan-kedatangan para asing yang awalnnya di sambut sangat baik ini menjadi boomerang tersendiri bagi nasib bangsa , seperti yang kita ketahui bersama perjuangan rakyat Indonesia dalam memperjuangkan hak Bangsa sangat amat menguras tenaga , dan darah. Ingat bagaimana penderitaan rakyat Indonesia dalam melawan sejuta taktik belanda yang kemudian digantikan oleh penjajahan jepang yang walaupun singkat , akan tetapi lebih menyakitkan. Penderitaan tidak hanya dirasakan oleh tenaga kerja paksa saja, juga terjadi pada rakyat riau lainnya yang tidak ikut bekerja pembangunan Jepang. Laki-laki, wanita, anak-anak merasakan penderitaan selama pendudukan Jepang akibat kekurangan makanan, pakaian dan kebutuhan hidup sehari-hari lain. Di Tembilahan rakyat diperintahkan Jepang untuk menyediakan serabut kelapa yang akan dipergunakan Jepang untuk membuatalas kaki(keset). Untuk mendapatkan serabut kelapa ini sangat sukar, apalagi Jepang memaksa rakyat menyediakan sejumlah lebih kurang 2 kg setiap hari. Waktu tersita untuk memenuhi perintah Jepang itu. Menentang perintah akan mendapat hukuman yang ditakuti rakyat. Hasil petanian sangat penting di daerah Kampar. Semenjak pemerintahan Jepang hasil pertanian itu khususnya padi sangat berkurang bahkan tidak mencukupi lagi. Pada zaman pendudukan Jepang  kehidupan masyarakat sulit. Penduduk diperlakukan sebagai tenaga kerja paksa bagi mememenuhi keinginan militer Jepang untuk membangun sarana keperluan perang

Kehidupan sosial ekonomi penduduk mejadi terganggu karena karet tidak laku di pasaran, maka Jepang memerintahkan pohon-pohon karet rakyat supaya ditebang dan diganti dengan tanamanpadi dan tanaman muda. Rakyat Riau yang tidak ikut mengerjakan proyek jepang harus mengintensifkan penanaman padi dan palawija serta memperluas lahan pertanian untuk menyiapkan cadangan makanan keperlauan perang Jepang . selesai panen, sebagian besar dari hasil nya harus diserahkan kepada pemerintah Jepang, demikian juga hasil ternak. Selain itu disetiap pekarangan rumah penduduk diperintahkan pula supaya menanam pohon jarak. Kehidupan rakyat semakain lama semakin parah.

Menurut Tri Wahyono, perjuangan rakyat adalah perjuangan yang dilakukan oleh seluruh rakyat dengan frontal dan secara bergerilya tidak terbatas. Perjuangan ini adalah perjuangan rakyat, yaitu lebih mendalam dan meluas menyertakan seluruh komponen rakyat, karena menunggalnya rakyat dan tentara (ditambah keyakinan tinggi) adalah kekuatan yang dahsyat. Persenjataan lengkap dan modern (milik Belanda) tidak dapat mengalahkan (Tri Wahyono Dkk, 2011:150).“Bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan yaitu dikalangan militer beserta semua rakyat memakai strategi- diplomasi (Non Fisik) dan menggunakan strategi kekerasan-bersenjata (fisik)”.[3]

Dan seperti yang kita telah pelajari bersama , akibat tindakan Jepang yang sewenang-wenang itu rasa simpati berubah membenci Jepang, bahkan ada yang melakukan perlawanan, baik melalui dakwa maupun alat senjata. Untuk menghadapi kekejaman Jepang rakyat Kampar mulai bersatu menentang pendudukan Jepang. Pemuda-pemuda mengadakan gerakan dibawah tanah yang dipimpin Mahmud Marzuki dan HM Amin. Gerakan itu dilakukan secara beranting dengan menyampaikan semangat nasional, memelihara persatuan dan membangkitkan rasa kebencian terhadap Jepang. Alasannya Jepang orang kafir dan semua perbuatan yang zalim harus ditantang karena tidak sesuai dengan ajaran. Di Kampar, masyarakat mengingkari perintah Jepang untuk tidak membayar pajak dan melanggar peraturan Jepang .  Mengingat saluran politik tidak dapat lagi digunakan, maka dipakai jalur dakwa dan pendidikan agama sebagai basis perjuangan. Sampai kepada Indonesia telah merdeka , perjuangan tidak berhenti begitu saja , karna Indonesia masih menghadapi gejolak-gejolak membara seperti Agresi Militer Belanda. Semua pergejolakan ini memunculkan tokoh-tokoh yang bergerak untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia salah satuya adalah Misran Rais.

Misran Rais merupakan keturunan Jawa yang lahir dari pasangan H. Khalifah Rais dan Hj. Salamah. Jiwaseni yang dia miliki tak lepas dari pengaruh ayahnya yang merupakan seorang seniman lagu Melayu. Masa kecil Misran lebih banyak di Bagansiapiapi, Rokan Hilir.Sebelum tahun 1940, saat berumur 10 tahun, Misran dibawa orang tuany apindah ke Bagansiapiapi. Dia menempuh pendidikan SD di Bagansiapiapi.Setelah tamat SD pada tahun 1943, Misran masuk Peiguhun tentara Jepang di Kota Tebing Tinggi, Sumatra Utara. Di sana Misran disekolahkan di bagian kesehatan atau juru rawat. Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, Misran menjadi tentara di Bagansiapiapi. Pada saat terjadi Agresi Militer Belanda II pada tahun 1946, Misran pindah ke daerah Rokan Hulu, kemudian ke Pasir Pengaraian, baru pada tahun 1948 ke Pekanbaru.Pada tahun 1950 Misran berhenti menjadi tentara dan masuk ke Dinas Pekerjaan Umum bagian Tata Usaha di beberapa tempat di antaranya Bengkalis, Dumai, dan Selatpanjang dari tahun 1950 sampai 1984.Sejak tahun 1984 Misran mulai menetap di Dumai dan di kota industri minyak inilah Misran mendapatkan inspirasi lagu Hymne dan Mars Rokan Hilir. Lagu itu dibuatnya pada tahun 1999 sebelum Musyawarah Besar (Mubes) pembentukan Kabupaten Rokan Hilir.

Tahun 1945-1946 menjadi Pasukan BKR Batalyon II Resimen IV di Bagansiapiapi, Pangkat Sersan, 1946-1947, Kesehatan TRI/TNI Kompi II Resimen IV Tanah Putih, 1947-1948, Kesehatan TNI Batalyon I Resimen IV Pekanbaru, Pangkat Sersan.1948-1949, tanggal 30 Desember 1948 s/d 31 Desember 1949, bergabung dengan P3 (Pusat Pembekalan Perjuangan) K.P.G KDMRU di Rantau Kopar (Sungai Rokan), tahun 1950, tanggal 3 Januari 1950 Berhenti Tugas dari TNI.Tahun 1959, aktif pada Komando Resort Militer Ridar, SK No.KPTS/PEKUPER/104/6-Ia/59 tanggal 05 Juli 1959, Bengkalis, tahun 1959-1984, pegawai Dinas PU Kabupaten Bengkalis, tahun 2001-sekarang, Pimpinan Cabang. LVRI Kabupaten Rokan Hilir.Bintang dan tanda jasa yang diraih Misran Rais, Tanda Jasa Pahlawan Perjuangan Gerilya Membela Kemerdekaan Negara No.68072 tanggal 17 Agustus 1959, Satya Lencana Peristiwa Aksi Militer Pertama, No.36149 tanggal 17 Agustus 1959, Satya Lencana Perisitiwa Aksi Militer kedua, No.110644 tanggal 17 Agustus 1958, Satya Saptamarga tanggal 18 Januari 1960, Anugrah Seni 2001 Seniman Pemangku Negeri

Misran Rais merupakan keturunan Jawa yang lahir dari pasangan H. Khalifah Rais dan Hj. Salamah. Jiwa seni yang dia miliki tak lepas dari pengaruh ayahnya yang merupakan seorang seniman lagu Melayu. Masa kecil Misran lebih banyak di Bagansiapiapi, Rokan Hilir. Sebelum tahun 1940, saat berumur 10 tahun, Misran dibawa orang tuanya pindah ke Bagansiapiapi. Dia menempuh pendidikan SD di Bagansiapiapi.Karyanya yang paling dikenang oleh masyarakat Kabupaten Rokan Hilir adalah lagu Hymne dan Mars Rokan Hilir yang diciptakannya pada tahun 1999 sebelum Musyawarah Besar (Mubes) pembentukan Kabupaten Rokan Hilir. Di akhir hayatnya, Misran Rais menjabat sebagai Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia tingkat Kabupaten Rokan Hilir. [4].

Jadi , hadirnya misran rais sebagai tokoh yang tentu saja sangat berjasa bagi rakyat riau dan tentu saja bagi bangsa Indonesia , dengan kehadirannya , banyak sekali jasa yang tak luput dari pengaruh beliau selama memperjuangkan bahkan mempertahankan kemerdekaan Indoneisa di daerah , banyak sekali aksi militer dan aksi beliau dalam memperjuangkan hak bangsa yang sesugguhnya . Oleh karna itu banyak pula tanda jasa yang telah di sematkan kepada beliau terbukti dengan lencana dan gelar yang mengharumkan nama pejuang bangsa tersebut.

 


[1]Elly Roza,dkk, Sejarah Perjuangan kemerdekaan Meranti, Yayasan pustaka, Pekanbaru,2013. Hal. iv

[2]Asmuni, Marleyli Rahim. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Depdikbud, Pekanbaru, 1982. Hal. 4

[3]Wahyono, Tri. 2011.Rute Perjuangan Gerilya A.H Nasution Pada Masa Agresi Militer Belanda II.Badan Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta. Hal. 10

[4]Wikipedia Indonesia https://id.wikipedia.org/wiki/Misran_Rais di akses pada tanggal 29 
November 2020.

 

DAFTAR PUSTAKA

Asmuni, Marleyli Rahim. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Depdikbud, Pekanbaru, 1982.

Elly Roza,dkk, Sejarah Perjuangan kemerdekaan Meranti, Yayasan pustaka, Pekanbaru,2013.

Wahyono, Tri.Rute Perjuangan Gerilya A.H Nasution Pada Masa Agresi Militer Belanda II.Badan Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.2011.

Wikipedia Indonesia https://id.wikipedia.org/wiki/Misran_Rais di akses pada tanggal 29  November 2020.

No comments:

Post a Comment