Anisa Mutiara Priyadi/SAT
Sejarah masuknya Islam di Malaysia tidak bisa terlepas dari kerajaan-kerajaan Melayu, jauh sebelum datangnya Inggris di kawasan tersebut. Sebab kerajaan ini dikenal dalam sejarah sebagai Kerajaan Islam, dan oleh pedagang Gujarat melalui daerah kerajaan tersebut mendakwahkan Islam ke Malaysia pada sekitar abad ke-9. Dari sini kemudian dipahami bahwa Islam sampai ke Malaysia belakangan ketimbang sampainya Islam di Indonesia yang sudah terlebih dahulu pada abad ke-7. Berdasarkan keterangan ini, maka asal usul masuknya Islam ke Malaysia berdasar pada yang dikemukakan Azyumardi Azra bahwa Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar.[1]
Islam pertama kali sampai di Malaysia pada abad pertama hijriah. Pada abad pertama hijriah orang islam arab telah sampai di gugusan melayu fatmi mengatakan : Islam datang pertama kali sekitar abad 8 hijriah atau pada abad ke 14 masehi. Ia menemukan batu bersuratdi Trengganu pada tahun 702 hijriah/1302 M. Sekitar abad ke 14 agama Islam masuk ke Malaysia dibawa oleh pedagang dari Arab, Persia, Gujarat, dan Malabar. Disamping itu, ada seorang ulama bernama Sidi Abdu Azis dari Jeddah yang mengislamkan pejabar pemerintah Malaka dan kemudian terbentuklah kerajaan Islam di Malaka dengan rajanya yang pertama Sultan Permaisura. Setelah beliau wafat diganti oleh Sultan Iskandar Syah dan penyiaran Islam bertambah maju, pada masa Aultan Mansyur Syah (1414-1477 M). Sultan suka menyambung tali persahabatan dengan kerajaan lain seperti Syam, Majapahit, dan Tiongkok. Majun mengatakan ; Islam tiba di Malaysia pada abad ke 15 dan 16 Masehi, namun teori dari fatmi dan majun belum valid. Penemuan batu nisan di tanjung Inggris, Kedah pada tahun1965, tertulis nama Syekh Abdul Qadir Ibnu Khusyen Stah abad ke 9 Masehi. Ia adalah seorang dari keturunan Persia. Pada abad ke 3 H atau 10 M Islamisasi di Malaysia tidak lepas dari peranan raja-raja Melaka. Sultan Muhammad Syah, adalah orang pertama kali masuk Islam. Kejayaan Malaka dapat dibina lagi sedikit demi sedikit oleh Sultan Aludin Syah I, sebagai pengganti Muhammad Syah.
Perkembangan Islam di Malaysia dapat ditunjukkan bahwa kenyataanya bila dibandingkan dengan sejumlah negara yang mempunyai penduduk muslim dan non-muslim yang hampir seimbang, bahwa Malaysia sangat menekankan pada simbol-simbol yang digunakan dan berkaitan dengan lembaga dan pengamalan nilai-nilai Islam (Muzaffar,1987;22, lihat juga Mutalib, 1990:134). Kenyataan ini dapat dilihat sejak kebangkitan Islam tahun 1970-an dan mencapai puncaknya pada tahun 1980-an. Hal ini dapat dibuktikan mulai dari deklarasi pemerintah untuk merevisi sistem hukum pemerintah agar lebih selaras dengan hukum Islam pada tahum 1978 dan deklarasi pemerintah untuk menyusun kembali model dan sistem ekonomi Malaysia pada tahun 1980 selanjutnya diikuti dengan penyediaan infrastuktur dan institusi-institusi Islam seperti Bank Islam, Asuransi Islam, Penggadaian Islam, Yayasan Ekonomi Islam, pembentukan kelompok Sumber Daya Islam serta kelompok khusus Penegakan Islam tahun 1980.[2]
Pengakuan Islam di bagian dunia telah menjadi fakta sejak CE 674 (empat puluh dua tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW ketika penguasa Umayyah Muawiyah berkuasa di Damaskus. Dua ratus tahun kemudian pada tahun 878 Masehi Islam dianut oleh orang-orang di sepanjang pantai Semenanjung Malaysia termasuk pelabuhan Kelang yang terkenal pusat perdagangan. Sebelum kedatangan Islam, orang Melayu pribumi memeluk agama kuno dengan berbagai bentuk keyakinan dengan beberapa milik penduduk Hindu / Budha agama. Hidup ini terstruktur dan diatur dengan cara-cara yang menunjukkan pengaruh lebih dari satu agama. Hal ini dapat dilihat tidak hanya dalam pola-pola budaya malay tetapi juga bagian dari 'kekuatan' struktur pejabat negara dan pangeran.[3]
Kejayaan Malaka dapat dibina lagi sedikit demi sedikit oleh Sultan Aludin Syah I, sebagai pengganti Muhammad Syah. Kemudian pusat pemerintahannya dari Kampar ke Johor (Semenanjung Malaka). Sultan Alaudin Syah I dikenal sebagai Sultan Johor yang pertama dan negeri Johor makin bertambah ramai dengan datangnya para pedagang dan pendatang.
Islam di Malay Archipelago pada umumnya dan Malaysia khususnya mengikuti Madhab Syafi'i (aliran pemikiran). Namun, ada banyak umat Islam di Malaysia yang tidak mengikuti sekolah tertentu. Di Perlis, konstitusi negara menentukan bahwa Perlis mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah dan tidak Madhab tertentu. Banyak umat Islam di Perlis karenanya tidak mengikuti Madhab, seperti halnya dengan para pengikut dan anggota Organisasi Muhammadiyah di Indonesia.
Namun ada, sejumlah umat Islam yang merasa bahwa sekolah-sekolah pondok tidak bisa menghadapi tantangan lembaga pendidikan kolonial. Dalam rangka untuk mengatasi masalah, Madrasatul Mashoor Al-Islamiyah didirikan di Pulau Pinang pada tahun 1916 dengan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar. Madrasah mengajarkan Fiqh serta mata pelajaran sekuler.
Sampai sekarang perkembangan agama Islam di Malaysia makin bertambah maju dan pesat, dengan bukti banyaknya masjid-masjid yang dibangun, juga terlihat dalam penyelenggaraan jamaah haji yang begitu baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan Islam di Malaysia, tidak ada hambatan. Bahkan, ditegaskan dalam konstitusi negaranya bahwa Islam merupakan agama resmi negara. Di kelantan, hukum hudud (pidana Islam) telah diberlakukan sejak 1992. kelantan adalah negara bagian yang dikuasai partai oposisi, yakni Partai Al-Islam se-Malaysia (PAS) yang berideologi Islam. Dalam pemilu 1990 mengalahkan UMNO dan PAS dipimpin oleh Nik Mat Nik Abdul Azis yang menjabat sebagai Menteri Besar Kelantan.[3]
Tokoh-tokoh yang berpengaruh besar terhadap Islam di Malaysia antara lain sebagai berikut :
a. Syekh Tahir Jalaluddin
b. Sidi Abdul Aziz
Beliau berasal dari Jeddah, beliau adalah salah satu ulama yang mengislamkan pejabat pemerintah Malaka Sultan Permaisura. Beliau merupakan raja pertama yang memimpin kerajaan Islam Malaka.
c. Sultan Alauddin Syah I
Yang banyak membangun Malaysia sehingga keislaman dan kotanya berkembang pesat, sebagai pengganti Muhammad Syah. Kemudian pusat pemerintahannya dari Kampar ke Johor (Semenanjung Malaka). Sultan Alaudin Syah I dikenal sebagai Sultan Johor yang pertama.
d. Sultan Iskandar Syah
Beliau merupakan pengganti dari raja Islam Malaka.
e. Sultan Mansyur Syah ( 1414 – 1477 M )
Beliau merupakan penggganti dari Sultan Iskadar Syah, dimasa pemimpinannya penyiaran Islam bertambah maju.
f. Sultan Muzaffar Shah I
Dari Kedah memeluk Islam dan menjadi raja Melayu pertama yang diketahui untuk berbuat demikian. Bagaimanapun, adalah pemelukan Islam oleh Sultan Megat Iskandar Shah, sebelum itu dikenali sebagai Parameswara, yang merupakan peristiwa penting dalam pemelukan Islam oleh orang- orang Melayu di Malaysia. Baginda telah memeluk Islam selepas perkawinannya dengan seorang puteri dari Pasai.[4]
Cara pengembangan Islam di Malaysia / strategi dakwah yang dilakukan antara lain :
a. Membuka pusat pelatihan agama disebut "pondok" atau pondok kecil dari tempat tidur dibangun untuk para siswa.
b. Membantu masyarakat sesuai dengan pekerjaannya
c. Perkawinan
d. Perdagangan
e. Pemerintahan
Adapun faktor yang menyebabkan Islam kuat di Malaysia antara lain :
a. Karena islam dijadikan identitas melayu.
b. Posisi islam dalam konstitusi dan undang-undang Malaysia 1 agustus 1957 Malaysia merdeka dari inggris Islam menjadin agama resmi kerajaan.
c. Kebijakan pemerintah setelah berakhirnya konflik etnik(1969) tentang masalah ekonomi dengan membuat sistem ekonomi baru yaitu ekonomi berbasis islam.
d. Adanya dukungan kuat dari pemerintah.[4]
Sebilangan Muslim muda, terutamanya yang dibesarkan dalam yang lebih sekular atau berlatar barat adalah Muslim sapara mengamal. Mereka mematuhi amalan bulan suci (Ramadan) apabila berpuasa semasa waktu siang yang madatori, dan mengelak memakan daging babi tetapi mereka tidak mengerjakan sembahyang lima waktu sehari mahupun pergi ke masjid secara kerap. Pada masa yang sama, bilangan Melayu yang semakin bertambah telah mengambil agama ini lebih serius, dengan bertambahnya popularitas kalangan Islam dan bertambahnya bilangan perempuan memilih untuk memakai tudung atau skaf kepala sebagai bukti.[5]
Islam merupakan agama resmi negara federasi Malaysia, meskipun penganut Islam di negeri itu lebih dari 55%. Walaupun tidak semua orang Muslim adalah Melayu, secara konstitusional orang Melayu mesti Muslim. Untuk tujuan politik, penduduk asli Malaysia disebut bumi putera, sedangkan penduduk bukan asli atau kaum pendatang disebut non-bumi putera.
Klasifikasi bumi putera dan non-bumi putera tidak berdasarkan agama yang dipeluk, karena tidak semua penduduk asli beragama Islam, terutama mereka yang tinggal di Sabah dan Serawak, sebagaimana juga tidak semua yang beragam Islam adalah bumi putera. Pada umumnya mereka yang bukan bumi putera, terutama Cina mempunyai latar belakang kota dan berhasil di bidang ekonomi. Sebaliknya kaum bumi putera datang dari latar belakang pedesaan dan secara ekonomi mereka sangat rendah.
Akibat kebijaksanaan Malaysia, maka tumbuhlah konformitas yang cukup besar terhadap tata cara hidup Islam di Malaysia. Di samping itu, kajian-kajian Islam di negeri itu juga meningkat. Angkatan Belia Islam Malaysia membentuk gerakan non politik yang bertujuan mewujudkan gaya hidup sebagaimana dijalankan oleh masyarakat Islam pertama di zaman Nabi. Yang menarik, lepas dari besarnya pengaruh Islam di negeri itu, kaum Islam di Malaysia dengan sengaja atau tidak tetap memiliki hubungan yang baik dengan sesama warga Malaysia yang non-Muslim.[6]
Daftar Pustaka :
[1] http://ridwan-sururi.blogspot.com
[2] http://www.scribd.com/doc/51217902/Islam-di-Malaysia
[3] http://jondry.blogspot.com
[4] http://anneliesayalatief.blogspot.com/2012/01/sejarah-islam-di-malaysia.html
[5] http://ms.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Malaysia
[6] Zainah Anwar, 1990, Kebangkitan Islam di Malaysia, Jakarta : LP3ES
No comments:
Post a Comment