Pada mulanya, semua daerah yang berada di pesisir barat kawasan teluk bernama "Bahrain", atau lebih tepatnya semua daerah yang berada antara kota Masqat (Muskat) dan Basra. Selanjutnya, nama ini mengalami pergeseran, sehingga Bahrain hanya digunakan sebagai nama negara yang terletak di jantung teluk Arab. Sebelum nama Bahrain daerah ini bernama "Awal" nama sebuah berhala milik dua bersaudara Bakr dan Taglib putra Wail. Karena Bani Wail bersama Bani Abdi Qais adalah penduduk yang menetap di daerah ini pada kurun waktu tersebut.
SEJARAH NEGARA BAHRAIN
Pada mulanya, semua daerah yang berada di pesisir barat kawasan teluk bernama "Bahrain", atau lebih tepatnya semua daerah yang berada antara kota Masqat (Muskat) dan Basra. Selanjutnya, nama ini mengalami pergeseran, sehingga Bahrain hanya digunakan sebagai nama negara yang terletak di jantung teluk Arab. Sebelum nama Bahrain daerah ini bernama "Awal" nama sebuah berhala milik dua bersaudara Bakr dan Taglib putra Wail. Karena Bani Wail bersama Bani Abdi Qais adalah penduduk yang menetap di daerah ini pada kurun waktu tersebut.
ASAL USUL KERAJAAN MUGHAL
Tradisi Perahu Beganduang dari Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi
RANDES OKTAZEN
Festival yang merupakan simbol adat masyarakat Kuantan ini sebenarnya memiliki sejarah panjang. Konon, tradisi berlayar dengan perahu baganduang telah ada semenjak masa kerajaan-kerajaan dahulu. Perahu ini biasanya dipakai oleh raja sebagai sarana transportasi. Lambat laun tradisi berlayar ini kemudian dipakai untuk mengantar air jeruk (limau) oleh menantu ke rumah mertua dalam tradisi menyambut Hari Raya Idul fitri. Dalam tradisi masyarakat Kuantan, memang terdapat kebiasaan ritua mandi jeruk (mandi balimau), sebagai simbol perbersihan diri pada pagi hari menjelang Hari Raya Idul Fitri. Nah, kebiasaan menggunakan perahu tersebut dirawat dan dipelihara masyarakat setempat dan kini diwujudkan melalui Tradisi Perahu Baganduang.