Siska Maulana Putri / SAT
1. Lahirnya Nama Singapura
Singapura nama resminya adalah Republik Singapura, merupakan sebuah negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung Malaya, 137 kilometer (85 mil) di utara khatulistiwa di Asia Tenggara. Negara ini terpisah dari Malaysia oleh Selat Johor di utara, dan dari Kepulauan Riau, Indonesia oleh Selat Singapura di selatan. Singapura adalah pusat keuangan terdepan keempat di dunia dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam perdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan Singapura adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia.[1]
Dengan kemajuan yang di alami oleh Singapura sekarang ini. Singapura ternyata juga mengalami masa-masa yang kelam. Singapura dulunya perna menjadi bagian dari kerajaan Sriwijaya, yang merupakan salah satu kerajaan yang paling berjaya di Nusantara. Singapura sendiri pada awalnya bernama "Temasek" alias Kota Laut karena kondisi geografisnya. Terletak di titik pertemuan jalur perjalanan laut di ujung Semenanjung Malaya, Singapura telah lama dikunjungi berbagai kapal, mulai dari kapal China, kapal dagang India, dan Arab, kapal-kapal perang Portugis sampai kapal layar Bugis.
Pada abad ke-14, Temasek mendapatkan julukan baru. Menurut legenda, Sang Nila Utama yang merupakan Pangeran dari kerajaan Sriwijaya, sedang berburu dan ia melihat seekor hewan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia menganggap ini sebagai sebuah pertanda baik, ia kemudian mendirikan sebuah kota di mana hewan itu di temukan, dan menamainya "Singapura" atau "Kota Singa" yang berasal dari bahasa Sansekerta "Simha" (singa) dan "Pura" (kota). Dalam perkembangan selanjutnya Inggris memiliki peran dan pengaruh besar terhadap Kota Singapura.[2]
2. Masuknya Bangsa Eropa ke Singapura
Pada abad ke-17 Belanda telah menguasai kebanyakan pelabuhan utama di Kepulauan Melayu. Dan telah memonopoli semua perdagangan rempah-rempah yang pada saat itu merupakan bahan perdagangan yang penting bagi dunia Internasional dan Nusantara. Penjajah Eropa yang lain seperti Protugis, Spanyol dan Inggris, cuma mempunyai hak perdagangan yang kecil.
Dengan begitu kecilnya hak perdagangan yang di miliki oleh Inggris, membuat mereka ingin mendirikan pelabuhan sendiri di Selat Malaka. Pelabuhan Inggris yang sudah ada seperti Pulau Pinang terlalu jauh dari Selat Melaka sedangkan Bengkulu menghadap Selat Sunda. Hal ini membuat Inggris tidak puas, pada tahun 1818 Sir Stamford Raffles yang telah dilantik menjadi gubernur di salah satu pelabuhan Inggris yaitu di Bengkulu, Sumatera. Memulai penjelajahan untuk menemukan daratan yang akan di jadikan sebagai pelabuhan Inggris selanjutnya.
Pada 29 Januari 1819 Raffles berhasil mendarat di Singapura. Dia menjumpai sebuah perkampungan Melayu kecil di muara Sungai Singapura yang diketuai oleh seorang Temenggung Johor. Pulau itu dikelola oleh Kesultanan Johor tetapi keadaan politiknya tidak stabil. Pewaris Sultan Johor, Tengku Abdul Rahman dikuasai oleh Belanda dan Bugis. Raffles kemudian mengetahui bahwa Tengku Abdul Rahman menjadi sultan hanya karena kakandanya, Tengku Hussein tidak ada semasa ayahnya meninggal dunia. Menurut adat Melayu, calon sultan perlu berada di sisi sultan sekiranya ingin dilantik menjadi sultan.[3]
Hal ini di manfaatkan oleh Inggris untuk mendekati Tengku Husein. Lalu Tengku Husein serta Raffles pada tanggal 6 febuari 1819 mengadakan perjanjian yang isinya adalah apabila Inggris diperbolehkan mendirikan pelabuhan terbuka di Singapura, maka Tengku Husein akan di bantu menjadi Sultan namun dengan syarat membayar iuran tahunan kepada Tengku Husein. [3]
. Terletak di ujung Semenanjung Melayu, Singapura merupakan titik pertemuan alami rute pelayaran, pulau ini juga berfungsi sebagai pusat perdagangan berbagai kapal laut yang berkembang pesat
Perjanjian ini di buat oleh Inggris dikarenakan posisi strategis yang di miliki oleh Singapura. Singapura terletak di ujung Semenanjung Melayu, dan merupakan titik pertemuan alami rute pelayaran. Dengan kondisi geografis ini lha maka Inggris ingin menjadikan Singapura sebagai pelabuhan bebas dan membuat Singapura menjadi pusat perdagangan.
Namun hal ini tidak lama di nikmati oleh Inggris, karena mereka mendapat masalah dengan Belanda. Belanda merasa bahwa Inggris telah mengambil wilayahnya. Sehingga terjadi konflik antara Inggris dan Belanda. Pada awalnya Inggris merasa bersalah tapi kemudian dengan kondisi geografis yang dimiliki Singapur dan kemajuan yang dimilikinya. Memubuat Inggris berubah fikiran dan tidak mengacuhkan apa yang menjadi tuntutan Belanda terhapat Singapura.
Status Singapura sebagai hak milik Inggris dikukuhkan dengan ditandatanginya Perjanjian Inggris-Belanda 1824 yang mana Kepulauan Melayu terbagi atas pengaruh dua kuasa. Kawasan utara termasuk Pulau Pinang, Melaka dan Singapura sebagai kawasan pengaruh Inggris sedangkan kawasan di sebelah selatan di bawah pengaruh Belanda. Pada tahun 1826, Singapura bersama-sama dengan Pulau Pinang dan Melaka tergolong pada satu pemerintahan yaitu negara-negara Selat.[3]
Singapur tidak hanya menjadi incaran Inggris tetapi juga Jepang pada saat Perang Dunia II. Di karenakan disana terdapat pangkalan militer utama milik pihak sekutu namun yang paling utama adalah faktor ekonomi yang di miliki oleh Singapura.
Jepang pertama kali tiba di Kelantan tepatnya di Kota Bharu pada tanggal 8 Desember 1941. Baru saja pendaratan di lakukan oleh Jepang, Jepang telah menenggelamkan dua kapal perang pihak Inggris yakni kapal perang HMS Repulse dan kapal perang HMS Prince of Wales.. Yang biasanya di gunakan oleh Inggris untuk melindungi daerah sekitarnya. [3]
Tentara Jepang terus bergerak untuk mengusai Tanah Melayu. Membuat Inggris mundur sampai ke selatan Singapura. Pada tanggal 31 Januari 1942 Jepang telah berhasil menguasai Tanah Melayu. Dan bersiap untuk menyerang Singapura, selepas beberapa pertempuran, Letnan-Jenderal Arthur Ernest Percival dan laskar-laskar Inggris menyerah kalah kepada Jendral Yamashita Tomoyuki pada Tahun Baru Imlek yaitu 15 Februari 1942. Lebih kurang 130.000 laskar India, Australia dan Inggris menjadi tahanan perang. Jatuhnya Singapura merupakan penyerahan kalah terbesar British dalam sejarah.
Namun ketika Jepang kalah dalam perang Dunia II pada tahun 1945, dengan di bom atomnya Nagasaki dan Hirosima oleh sekutu membuat Jepang mengalami kekalahan dan menyerah kepada sekutu. Dengan kalahnya Jepang dalam Perang Dunia II, maka semua negara jajahannya di tinggalkan oleh Jepang termasuk Singapura. Inggris yang mengetahui Singapura telah di tinggalkan oleh pasukan Jepang, maka Inggris kembali mengambil alih negeri Singapura dan menjadikannya negara Kolonial Kerajaan Inggris.
3. Proses Singapura menjadi Negara Merdeka
Dengan kedudukan Inggris di Singapura, namun Inggris tetap di memberikan kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan sendiri walaupun Singapura belum mencapai kemerdekaan. Namun mereka telah melakukan pemilihan untuk pertama kali pada tahun 1955, yang di menangkan oleh partai buruh David Marshall sebagai Ketua Menteri. Dalam pemerintahan David Marshall banyak terjadi konflik yang membuat pemerintahan pada saat itu tidak stabil.[4]
Pada tahun 1956, David Marshall berangkat ke London untuk membicarakan kemerdekaan Singapura. Namun hal itu tidak berhasil melihat begitu besarnya pengaruh komunis yang ada di Singapura. Tetapi Marshall tidak memperdulikan hal tersebut dan terus mendesak Inggris agar memberikan Kemerdekaan pada Singapura. Bahkan dengan mengancam apabila Inggris tidak memberikan ke merdekaan pada Singapura, maka ia akan meletakan jabatannya sebagai Ketua Menteri Singapura. Tetapi Inggris tidak memperdulikan ancaman dari Marshall, akhirnya Marshall terpaksa melepaskan jabatannya. Jabatan Marshall di gantikan oleh Lim Yew Hock.[4]
Pada masa kepemimpinannya, Lim terkenal sangat tegas kepada ketua-ketua kesatuan sekerja dan anggota-anggota Pro-Komunis. Namu Inggris mulai tambah tidak memperdulikan Singapura. Hal ini membuat Singapura mulai merapatkan diri kepada negara tetangga. Dan pada tanggal 31 Agustus 1963, singapura resmi bergabung dengan Federasi Malaysia bersama dengan Sabah dan Sarawak.
Dengan masuknya Singapura dalam Federasi Malaysia ini, maka sebagia masyarakat melayu di kirim ke Singapura untuk mengimbangi dengan masyarakat Tionghoa, masyarakat Bumiputera yang di kirim ke Singapura pun lebih di utamakan di bandingkan dengan masyarakat Tionghoa. Sehingga terjadi diskriminasi etnis, yang di lakukan pada etnis Tionghoa. Sehingga konflik-konflik antar etnis pun tidak dapat dihindarkan, kondisi demikian membuat keadaan Singapura semakin kacau.
Dengan kekacauan yang terjadi di Singapura membuat Federasi Malaysia mengeluarkannya dari Federasi tersebut pada tanggal 7 Agustus 1965. Namun siapa sangka dengan di keluarkannya Singapura dari Federasi Malaysia, membuat mereka dapat medeklarasikan kemerdekaan mereka pada tanggal 9 Agustus 1965. Dan Malaysia negara pertama yang mengakui singapura sebagai negara merdeka.[5]
Singapura mulai membangun dengan pesat dan menjadi sebuh negara yang sukses dari segi ekonomi. Ia mempunyai perhubungan dagang yang kuat dengan negara-negara di dunia Internasional, sebuah pelabuhan yang sibuk, dan di tambah lagi dengan PDB per kapita yang setara dengan negara-negara Eropa Barat yang telah lebih dulu maju.
Daftar Pustaka:
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Singapura
2. http://www.anneahira.com/sejarah-negara-singapura.htm
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Singapura
4. http://chaerulvacation.blogspot.com/2010/03/sejarah-berdirinya-repulik-singapura.html
5. http://www.yoursingapore.com/content/traveller/id/browse/aboutsingapore/a-brief-history.html
6. bastin. John. 2011. Singapura Tempo Doeloe. Kumunitas Bambu.