Andi aminah riski/PIS
Revolusi yang merubah Iran dari Monarki (kerajaan) di bawah Shah Mohammad Reza Pahlavi, menjadi Republik Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini pemimpin revolusi dan pendiri Republik Islam Iran. Sering disebut pula "revolusi besar ketiga dalam sejarah," setelah Revolusi Perancis dan Revolusi Bolshevik. Berbagai peristiwa 1953 merupakan momenmomen fundamental dalam konstruksi hubungan AS-Iran menggeser kecurigaan rakyat Iran dari poros Anglo – Russia kea rah Amerika. Peristiwa – peristiwa 1979 Mengkristalisasi tradisi ini. Revolusi 1979 mengikat Iran dan AS dalam sebuah hubungan ideologis yang intim, yang ditentukan oleh sebuah pengalaman kolektif bersama yang traumatis. Histeria politik yang menandai berbagai reaksi Britania terhadap Iran pada 1951. Persentuhan Amerika dengan revolusi Iran dan implikasi yang ditimbulkan media massa memastikan kedua belah pihak sama – sama mempertahankan mitologi revolusi masing – masing. Bagi mereka yang menganut ideologi revolusioner iran, Revolusi Islam mengindikasikan pelepasan diri dari masa lalu, yang didefinisikan oleh pemutusan hubungan dengan Amerika serikat. Pemutusan hubungan ini didefinisikan dengan pengambilalihan kedutaan AS pada November 1979. Dan pengambilalihan kekuasaan diinterpretasikan dalam konteks campur tangan asingsepanjang lebih dari 150 tahun dinegara itu, terutama keterlibatan AS dalam penggulingan Moshaddeq pada 1953. Walau pengabil alihan kedutaan itu merupakan sebuah momen menentukan, peristiwa itu tetaplah menjadi sebuah bagian dari proses yang lebih luas dan tidak dianggap sebagai sebuah bagian sebuah bagian penting oleh kaum revolusi Iran. Oleh karenanya, dalam pandangan revolusioner populer, pemutusan hubungan diploatik antara Iran dan AS dipisahkan dari realitas penyanderaan, dan malah diterjemahkan sebagai sebuah konsekuensi alami darikenyataan bahwa Amerika serikat tidak memahami Revolusi Islam Iran. Oleh karenanya ada sebuah logika revolusioner yang dibangun secara structural dan menjadi letak peristiwa pengambilalihan kedutaan namun dianggap bukan faktor penyebab .Pada 1975 Shah memulai sebuah periodisasi liberalisasi gradual, bereksperimen dengan diskusi dan debat bebas didalam parameter ketat partai rastakhiz. Ini sebuah aksi basa – basi, lebih merupakan symbol daripada substansi, yang tidak banyak meyakinkan banyak orang dan kemudian dikalahkan oleh keinginan shah untuk mengubah Iran sesuai dengan bayangannya sendiri. Yang paling mengkhawatirkan bagi kaum tradisional adalah keputusannya yang secara tiba –tiba menetapkan kalender kekaisara , dimana rakyat Iran dalam sekejap menemukan diri mereka dalam sebuah penanggalan yang dimulai dimasa kekaisaran Persia (berarti saat itu tahun 2535). Peristiwa ini menegaskan kekhawatiran semakin berkembangnya sifat megalomania shah sebagaimana disebutkan dalam laporan terdahulu. Namun, membiarkan ego sang raja masih lebih baik daripada menentangnya.Shah pernah diundang ke Washington pada November 1977 (di mana gas air mata yang digunakan untuk membubarkan demonstran membuat Presiden terhina dan para tamu dari Iran menyeka air mata mereka dalam sorotan Televisi), dan kini Carter membalas keramahan itu dengan menghabiskan malam tahun baru di Teheran. Shah terus memusatkan kekuasaan di tangannya sendiri dan menutup segala peluang untuk perbedaan pendapat, Khomeini yang bicara blak –blakan menjadi kaum oposisi yang mencari arahan dan kepemimpinan setelah dikecewakan oleh kelas politik di dalm negeri. Kemampuan Khomeini menarik kaum tradisionalis dan kaum muda progresif diabaikan oleh Shah, yang tidak mengerti mengapa anakronisme nyata semacam itu dapat menarik kaum muda idealis. Berbagai laporan diplomatic mengindikasikan bahwa sebagian pengamat Barat tidak yakin tentang cap "reaksioner" yang diberikan kepada Khomeini oleh Savak. Namun, Shah memutuskan pada Januari 1978 bahwa sudah waktunya untuk menangani Khomeini. Sebagai balasan atas khotbah terakhir Khoemini, Shah membuat tulisan opini penuh caci maki di surat kabar Persia Etelaat di mana sang Ayatullah yang mulai berumur digambarkan sebagai boneka Britania yang memiliki asal-usul India. Terlepas dari cacian itu, sebagian besar dari tulisan tersebut merupakan sebuah pengulangan kosong mengenai visi imperialnya, yang menbuat banyak orang tidak meragukan sumbernya. Dilihat secara parsial, artikel opini itu merupakan sebuah tindakan tiada guna. Artikel ini menyinggung banyak isu Iran tahun 1970-an sehingga memicu gelombang kemarahan dan kemurkaan di kalangan pengikut Ayatullah Khomeini. Sebagian sudah siap untuk momen seperti ini, dan para pengamat mengatakan bahwa kedisiplinan di kalangan "kerumunan" tetap terjaga, dengan sedikit penjarahan secara acak dan pembidikan bangunan-bangunan pemerintah yang spesifik. Demonstrasi dan huru-hara meledak di Qom dan Tabriz, dimana pemerintah tidak siap menghadapinya, dengan mengirim deretan tank bukannya pengendali huru-hara. Konsul Amerika di menceritakan bahwa huru-hara tersebut sebgian besar bermotif religious dengan nyanyian anti monarki dan serangan terhadap para wanita yang berpakaian kurang layak namun tanpa indikasi sentiment anti Barat selain upaya sesaat massa untuk menyerang beberapa hunian Barat. Namun pada awal musim panas, sikap anti-Amerika menjadi bagian esensial dalam strategi oposisi, dengan tujuan menakut-nakuti para pekerja Amerika dan melemahkan apa yang dianggap banyak pihak sebagai tonggak utama rezim monarki.Walaupun beberapa orang berpendapat bahwa revolusi masih berlangsung, rentang-waktu terjadinya revolusi terjadi pada Januari 1978 dengan demonstrasi besar pertama, dan ditutup dengan disetujuinya konstitusi teokrasi baru – dimana Khomeini menjadi Pemimpin Tertinggi negara – pada Desember 1979. Sebelumnya, Mohammad Reza Pahlavi meninggalkan Iran dan menjalani pengasingan pada Januari 1979 setelah pemogokan dan demonstrasi melumpuhkan negara, dan pada 1 Februari 1979 Ayatullah Khomeini kembali ke Teheran dari pengasingannya yang disambut oleh beberapa juta orang Iran. Kejatuhan terakhir Dinasti Pahlavi segera terjadi setelah1 Februari 1979 dimana Angkatan Bersenjata Iran menyatakan dirinya netral setelah gerilyawan dan pasukan pemberontak mengalahkan tentara yang loyal kepada Shah dalam pertempuran jalanan. Iran secara resmi menjadi Republik Islam pada 1 April 1979 ketika sebagian besar Bangsa Iran menyetujuinya melalui referendum nasional. Revolusi Iran ini memiliki keunikan tersendiri karena mengejutkan seluruh dunia. Revolusi Iran menghasilan perubahan yang sangat besar dengan kecepatan tinggi ; mengalahkan sebuah rejim, walaupun rejim tersebut dilindungi oleh angkatan bersenjata yang dibiayai besar-besaran dan pasukan keamanan; dan mengganti monarki kuno dengan ajaran teokrasi yang didasarkan atas "Guardianship of the Islamic Jurist" (atau velayat-e faqih). Hasilnya adalah sebuah Republik Islam "yang dibimbing oleh ulama berumur 80 tahun yang diasingkan ke luar negeri dari Qom". Revolusi ini terjadi 2 tahap. Tahap pertama bermula pada pertengahan 1977 hingga tahun 1979 yaitu pemberontakan menentang Shah Iran yang dipimpin oleh pihak liberal, golongan haluan kiri dan kaum agama. Tahap kedua kembalinya Ayatollah Khomeini ke Iran dari pengasingannya di Perancis dan menjadi pemimpin Revolusi Iran pada 1 Pebruari 1979
Penyebab terjadinya Revolusi Iran akibat kesalahan-kesalahan Shah Iran
Kebijakan Shah Iran yang kuat untuk melakukan westernisasi dan kedekatan dengan negara barat (Amerika Serikat) berbenturan dengan identitas Muslim Syi'ah Iran. Hal ini termasuk pengangkatannya oleh Kekuatan Sekutu dan bantuan dari CIA pada 1953 untuk mengembalikannya ke kekuasaan, menggunakan banyak penasihat dan teknisi militer dari Militer Amerika Serikat dan pemberian kekebalan diplomatik kepada mereka, semua hal tersebut membangkitkan nasionalisme Iran, baik dari pihak kaum agama dan maupun sekuler menganggap Shah Iran sebagai boneka barat.Pendukung utama revolusi iran ini adalah kaum agamawan muslim terutama mereka yang berasal dari golongan Syi'ah. Kota-kota basis pendukung revolusi ini adalah Teheran, Qom dan Masyhad. Dampak revolusi iran dalam bidang politik adalah bergantinya bentuk kerrajaan menjadi republik islam dimana terdapat presiden dan jajaranya sebagai kepala pemerintahan, namun juga terdapat dewan ulama yang menjadi semacam atasan badan eksekutif, legislatif, yudikatif maupun angkatan bersenjata. Pada awal revolusi islam dewan ini dipimpin oleh ayatollah rphollah khomeini, sepeninggal beliau, kedudukanya digantikan olerh ayatollah ali khameni. Bentuk pemerintahan seperti ini juga bisa disebut sebagai teokrasi, yaitu dimana tuhan lah yang menjadi pemimpin negara, hanya saja ia diwakili oleh pemuka agama atau pejabat yang memperoleh petunjuk illahi.Ayatollah adalah gelar peringkat tinggi yang diberikan kepada Dua Belas Ulama Syiah Usuli. Mereka yang membawa gelar tersebut adalah ahli dalam studi Islam seperti hokum, etika, dan filsafat dan biasanya mengajar di seminari Islam. Para ulama peringkat yang lebih rendah berikutnya adalah Hojatoleslam wal-muslemin. Ayatollah adalah sama di peringkat Uskup atau Kardinal dalam Katolik, dan Rabbi Kepala dalam Yudaisme.
Daftar pustaka
Ansari, Ali . 2008 Supremasi Iran : Poros Setan atau Super Power Baru. Jakarta : Zahra
Cahyo, Agus. 2011. Tokoh-Tokoh Dunia yang Paling dimusuhi Amerika dan Sekutunya. Jogjakarta : Diva Press