Halaman

QIN SHI HUANGDI - KAISAR PERTAMA CHINA


YODHI EDYA PRATAMA/SAT/A

Qin merupakan sebuah dinasti yang pernah berkuasa di Cina kuno dan kata Qin dijadikan dasar bagi penyebutan kata Cina (Chin-a). Mengapa Qin dijadikan dasar untuk menyebut nama bangsa atau negara Cina saat ini? Karena dibawah dinasti Qin-lah Cina mengenal pertama sekali konsep persatuan dan kesatuan dalam bernegara. Dinasti Qin pulalah yang pertama sekali memiliki ide tentang Cina bersatu, walaupun wilayahnya tidak seluas Cina sekarang, namun konsep persatuan Qin dijadikan dasar bagi ide-ide penyatuan Cina oleh penguasa-penguasa Cina sesudahnya.

Kaisar Qin yang memiliki ide penyatuan Cina tersebut adalah Qin Shi Huangdi. Beliau merupakan penguasa pertama Cina yang percaya akan konsep persatuan dan kesatuan untuk mempertahankan keutuhan Cina. Untuk mewujudkan impiannya tersebut, Qin Shi Huangdi menaklukan wilayah-wilayah disekitar negri Qin dan mempersatukannya dalam satu pemerintaan yang kokoh dan kuat. Berkat beliaulah Cina bersatu untuk pertama sekali berhasil terwujud sehingga tidak berlebihan jika para sejarahwan menyebut beliau sebagai Kaisar pertama dan Kekaisaran Cina.


Qin Shi Huangdi juga banyak meninggalkan berbagai macam warisan yang luar biasa dan bertahan hingga saat ini. Diantara warisan-warisan yang beliau tinggalkan adalah sistem pemerintahan yang sentralistik dalam bentuk negara kesatuan di Cina. Dibawah kekuasaan Qin Shi Huangdi untuk pertama sekalinya Cina berada dibawah satu komando yaitu Kaisar yang berkuasa di pusat. Seluruh pejabat negara bertanggung jawab langsung kepada Kaisar. Qin Shi Huangdi juga menghapuskan hak-hak istimewa para penguasa feodal (bangsawan). Beliau menegaskan bahwa wewenang tertinggi berada ditangan pemerintah pusat. Penarikan pajak misalnya hanya boleh dilakukan oleh pusat dan oleh pusat nantinya pajak tersebut akan didistribusikan ke daerah-daerah sesuai dengan kebutuhan daerah-daerahnya masing-masing. Untuk persoalan militer, Qin Shi Huangdi juga menegaskan bahwa kewenangan untuk membentuk pasukan merupakan hak dari pemerintah pusat. Kaisar pulalah yang menjadi pemegang kekuasaan tertinggi atas angkatan perang Cina dan dengan kata lain angkatan bersenjata itu bukanlah milik masing-masing penguasa feodal namun untuk pertama sekalinya angkatan bersenjata Cina dibawah Qin Shi Huangdi merupakan angkatan bersenjata milik Kekaisaran. Penguasa daerah dimasa kekuasaan Qin Shi Huangdi wajib melaporkan semua hal yang terjadi di daerahnya kepada pemerintah pusat. Dengan demikian, Qin Shi Huangdi berhasil menekan ambisi dari penguasa-penguasa feodal Cina yang ingin mengembangkan kekuasaan mereka secara independen.

Qin Shi Huangdi membentuk sistem pemerintahan yang terpusat dikarenakan beliau telah mempelajari bagaimana rapuhnya dinasti-dinasti yang telah ada sebelum dinasti Qin. Pada mulanya penguasa-penguasa sebelum Qin membagi-bagikan kekuasaanya kepada para pejabat negara yang dianggap berjasa atau berakhlak mulia dan juga para jendral-jendral militernya. Apabila penguasa dinasti masih kuat maka para pejabat akan menunjukkan loyalitasnya, namun ketika kelak kekuasaan para penguasa dinasti melemah, maka para pejabat dan jendral-jendral militer dapat mengambil alih kekuasaan. Selain itu kekuasaan besar yang dimiliki para pejabat daerah menjadikan mereka dapat memungut pajak untuk kepentingan mereka dan membangun pasukan sendiri yang akhirnya menjadikan penguasa dinasti tidak lebih dari sekedar boneka politik belaka bagi para pejabat daerah dan jendral-jendral militernya. Hal inilah yang pada masa kekuasaan Qin Shi Huangdi dicoba untuk ditekan oleh beliau demi mewujudkan Cina yang bersatu, utuh dan kuat. Warsian lain dari Qin Shi Huangdi adalah pembangunan tembok besar Cina yang dibangun oleh beliau untuk menahan serangan suku-suku barbar dari utara terhadap kekaisaran Cina. Selain tembok besar, Qin Shi Huangdi juga menciptakan tulisan-tulisan yang kelak menjadi dasar bagi penulisan bahasa mandarin saat ini. Tulisan-tulisan yang diciptakan Qin Shi Huangdi menjadi bahasa bagi kekaisarannya dan juga menjadi acuan bagi penggunaan bahasa mandarin saat ini sehingga bisa dikatakan bahwa beliaulah yang menciptakan aksara Cina pertama sekali.Berkat penciptaan tulisan tersebut, Cina akhirnya memiliki bahasa persatuan yang tetap digunakan hingga saat ini (disederhanakan tahun 1950).

Qin Shi Huangdi sering dalam sejarah digambarkan sebagai Kaisar yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Beliau senantiasa digambarkan sebagai seorang paranoid yang membantai siapa saja tanpa pandang bulu. Namun sesungguhnya Qin Shi Huangdi bukanlah seorang kaisar yang demikian. Dalam sebuah buku berjudul Zhen Qin Shi Huang karya Cheng Bu justru gambaran mengerikan mengenai Qin Shi Huangdi dibantah habis-habisan. Dalam karyanya Cheng Bu menggambarkan bahwa Qin Shi Huangdi merupakan sosok Kaisar agung yang memerintah dengan adil dan bijaksana. Seluruh pejabat beliau yang setia selalu menjadi andalan dan kebanggaannya. Contohnya Wang Jian oleh Qin Shi Huangdi dianugerahi tanah yang luas atas keberhasilannya memimpin pasukan Qin menaklukan negri besar Chu. Selain itu Qin Shi Huangdi juga tidak menghukum begitu saja jendral militernya yang gagal dalam melaksanakan titahnya seperti Li Xin yang tetap diampuni oleh Kaisar walau gagal menaklukan negri Chu bahkan beliau mengutus Li Xin kembali untuk menaklukan negri Qi dan berhasil. Selain itu adapula Meng Tian yang oleh Qin Shi Huangdi dipercaya untuk menjaga perbatasan utara Cina. Hal ini sebenarnya menunjukkan gambaran bahwa Qin Shi Huangdi sekalipun merupakan kaisar dan penguasa tertinggi Cina, namun beliau tetap menaruh kepercayaan pada orang-orang pilihannya yang sangat setia. Beliau tidak asal saja menghukum seseorang hanya karena kesalahan yang dibuatnya. Justru seperti dalam peristiwa Li Xin, Qin Shi Huangdi mengampuni kegagalannya dan mengutusnya kembali untuk menaklukan negri Qi sebab beliau yakin bahwa kegagalan Li Xin pasti ada penyebabnya. Selain itu ketegasan Qin Shi Huangdi dalam menerapkan hukum memang tidak perlu diragukan lagi. Sebenarnya setiap hukuman mati yang dinilai pembantaian oleh sejarah sesungguhnya bukanlah peristiwa penjagalan namun adalah sebuah upaya dari Qin Shi Huangdi untuk membersihkan Cina dari musuh-musuh negara yang berpotensi untuk membahayakan persatuan dan kesatuan Cina. Ketegasan dari Qin Shi Huangdi inilah yang membuat persatuan dan kesatuan Cina selama masa pemerintahannya tetap terjamin dan setiap musuh-musuh negara tidak dapat lepas dari jeratan hukumnya yang kuat dan tegas. Selain itu bila dibandingkan dengan penguasa pertama Han yaitu Kaisar Han Gaozu, justru Han Gaozulah yang sesungguhnya sangat kejam. Berbeda dengan Qin Shi Huangdi yang menaruh kepercayaan kepada para pejabatnya justru Han Gaozu senantiasa curiga terhadap para pejabat disekelilingnya. Buktnya setelah berhasil menaklukan Cina, Han Gaozu justru menyingkirkan jendral kepercayaannya Han Xin karena ketakutannya bahwa jendral berbakat tersebut akan mengkhianati dirinya. Selain itu Han Gaozu juga membantai habis seluruh keluarga Qin ketika menaklukan Kaisar terakhir Qin, Ziying. Hal ini berbeda dengan Qin Shi Huangdi yang tidak melakukan pembantaian selama penaklukannya terhadap Cina. Qin Shi Huangdi justru membiarkan para penguasa yang ditaklukannya menjadi bawahannya dengan kesetiaan penuh terhadap dinasti Qin yang didirikannya. Beberapa dari mereka bahkan masih bertahan hidup hingga keruntuhan dinasti Qin dan membangun kembali negara bagian mereka masing-masing.

Lantas mengapa sosok Qin Shi Huangdi yang begitu baik tersebut dicemari oleh berbagai tuduhan yang mengatakan bahwa beliau adalah seorang paranoid dan pembantai? Hal ini dikarenakan kita mengacu pada kitab sejarah Cina yang ditulis oleh Sima Qian. Sima Qian adalah seorang penulis sejarah Cina yang hidup pada masa pemerintahan Kaisar Wu dari dinasti Han. Kaisar Wu terkenal mudah tersinggung dan tidak dapat menerima kritikan dari siapapun. Sima Qian sendiri bahkan menjadi korban dari kekejamannya yaitu dikebiri hanya karena Sima Qian mendukung jendral Li Ling yang terpaksa menyerah kepada suku Xiaongnu karena pasukannya kalah jumlah dan tidak memiliki perbekalan yang cukup. Sima Qian akhirnya memilih untuk dihukum kebiri daripada dihukum mati karena dirinya mengemban tugas turun-temurun sebagai pencatat sejarah Cina. Seperti sebuah ungkapan emas bahwa "sejarah adalah milik para pemenang atau milik mereka yang memiliki kekuasaan",maka sudah bisa ditebak bahwa isi tulisan Sima Qian dalam kitab sejarahnya tentunya juga sekehendak hati dari Kaisar yang berkuasa pada masa itu. Jika Sima Qian menuliskan sejarah mengenai Qin Shi Huangdi dengan menggambarkan segala kebijakan postif dan kebijaksaan beliau selama memerintah maka dipastikan Sima Qian akan dituduh melakukan penentangan terhadap kekuasaan dinasti Han dan bisa-bisa buku hasil karyanya dibakar habis oleh penguasa Han. Hal ini disebabkan karena dinasti Han mengambil legitimasi kekuasaannya dengan menyatakan propaganda bahwa mereka (Han) meruntuhkan dinasti Qin yang kejam dan penindas demi membela rakyat.Oleh karena itulah, Sima Qian menuliskan sejarah mengenai Qin Shi Huangdi dan dinastinya dengan bumbu-bumbu yang memperburuk citra beliau sehingga dapat mengangkat citra dari dinasti Han itu sendiri walau kenyataannya apa yang dituliskan oleh Sima Qian berbeda dengan kenyataan dari pemerintahan Qin Shi Huangdi itu sendiri. Selain Sima Qian, sosok Qin Shi Huangdi juga dicemari oleh sosok Mao Zedong sang pemimpin Komunis Cina. Mao senantiasa mensejajarkan dirinya dengan Kaisar Pertama Cina tersebut dengan mengatakan bahwa segala tindakan kekejamannya termasuk membantai para intelektual kontra revolusioner sebagai tindakan yang sama seperti Qin Shi Huangdi selama masa pemerintahannya. Tentunya anggapan ini akan menghapuskan fakta yang menunjukkan betapa Qin Shi Huangdi sangat adil dan bijaksana selama menjalankan roda pemerintahan dinasti Qin di Cina.




DAFTAR PUSTAKA

No comments:

Post a Comment