PARAMITHA ANGGRAINI/PBM/BI
Konon dan Kenen seperti Angin2
kusapa engkau dalam sepisau kata sepi
bila jubah malam menangkup bulan tersadai
antara kasau bubung tua
serak rintih hujan bagai irama ratib terkirai
ditingkahi jerit pingkau katak kuang
semabau angin lembab bersiul jalang di selah
dinding tergajai
di situ kuingatkan dikau tentang Dumai
tentang masa kecil kita yang degil
di pondok tua ini kita dulu sama menimang suka
bermain sambar lakun bersama kawan-kawan
di laman belakang bawah pokok mempelam
sundalnya matahari membacinkan peluh
kita berpendar dalam surai debu-debu
tawa dan tengkar memecah sepi kampung nelayan itu
menimbulkan urat teking di batang leher
gaduh yang kini jadi rindu
Sajak ini terdiri dari 16 bait yang dalam setiap baitnya kaya akan majas.
Khazanah warisan budaya tradisi Melayu di pesisir Dumai yang terkandung dalam sajak Konon dan Kenen seperti Angin karya Ahmad Yani bin H. Abu Bakar adalah sebagai berikut:
Pengobatan tradisional dalam sajak ini adalah berobat dengan bomo, pengobatan tetemas dan mengurut. Pengobatan tradisional untuk mengobati sakit oleh bomo atau biasanya disebut juga sebagai dukun atau tabib. Tetemas adalah pengobatan tradisional Melayu untuk menyembuhkan demam panas akibat sesuatu hal yang tak dapat dijelaskan dalam dunia medis. Menurut kepercayaan penduduk Melayu di pesisir Dumai bahwa tetemas dapat menyembuhkan sakit yang diakibatkan keteguran mahluk halus dan mahluk-mahluk lain dari alam ghaib. Media pengobatannya adalah kunyit yang dibelah dua. Dalam proses membelah dan mengoleskan kunyit pada bagian-bagian tubuh yang menderita demam selalu disertai dengan membaca basmalah dan shalawat nabi.
Dalam sajak ini juga ada tentang upah-upah. Hal ini dapat dibaca pada baris terakhir bait ke-15. Larik kau ditaburkan beras kuning dilangkah pertamamu adalah salah satu prosesi tradisi untuk keselamatan, kesembuhan, semangat atau memulai sesuatu. Tentu saja dalam setiap prosesi tradisional seperti ini diiringi dengan pembacaan do'a.
Khazanah tentang alat musik tradisional dan tarian tradisional dinyatakan oleh Penyair Perindu Kearifan pada bait ke-11 yakni bermain alat musik gendang dan marwas untuk mengiringi tarian dzapin disertai petikan gambus dan nyanyian lagu Melayu. Sampai hari ini eksistensi musik tradisional Melayu seperti gendang, marwas dan gambus serta tari Dzapin masih dapat ditemukan di Dumai dan semerata tempat di Riau.
Ada pun mata pencaharian tradisional yang terdapat dalam sajak ini adalah nelayan dan bomo. Namun sekarang seiring perkembangan kemajuan teknologi maka pekerjaan sebagai nelayan dan bomo ada yang sudah termasuk mata pencaharian mutakhir berdasarkan perlengkapan dan peralatan yang digunakannya dalam bekerja.
Mengaji sebagai tradisi belajar membaca Al Quran sebagai wujud nyata mengamalkan Rukun Islam dan Rukun Iman juga dapat ditemukan dalam sajak ini. Biasanya guru mengaji adalah orang-orang yang sudah berilmu pengetahuan tentang Al Quran dan mendapat kepercayaan oleh masyarakat untuk mengajarkan cara membaca Al Quran dan artinya.
Penyair ini merindukan masa-masa saat dia masih kanak-kanak dengan berkumpul dan bermain dengan sahabat-sahabatnya.
Pada bait ke-14 digambarkan tentang daerah pesisir Dumai yang awalnya ditumbuhi pohon-pohon Bakau sudah berubah drastis sejak pembangunan pabrik-pabrik sebagai bagian dari ekspansi industri. Kelak jika habis hutan Bakau serta pelbagai kearifan lokal nan hidup dari eksistensi hutan Bakau, pantai sebagai tempat bermain anak-anak, laut Dumai sebagai lapangan kerja nelayan-nelayan di Dumai untuk mencari ikan-ikan dan memberi makan keluarganya niscaya bertambah lagi permasalahan kehidupan berbangsa dan bernegara
Masa lalu dan sekarang bagaikan angin nan mesti disikapi secara arif sebab didalam keduanya penuh dengan kekayaan kearifan lokal dan catatan sejarah peradaban manusia khususnya orang-orang Dumai yang masih akrab dan tunak dengan pesisir, pantai, hutan Bakau dan budaya tradisionalnya.
Selain itu juga termuat mengenai kearifan lokal nan erat kaitannya dengan eksistensi hutan Bakau yang ada di tepi pantai kota Dumai. Meskipun di sepanjang pesisir Dumai sudah banyak dibangun kawasan industri dengan pelbagai pabrik-pabrik dan fasilitas lainnya namun sampai sekarang masih ada daratan di tepi laut yang tergerus akibat abrasi. Ironis sekali jika pembangunan industri di suatu daerah begitu pesatnya namun tidak dibarengi dengan pembangunan untuk menjaga dan menyelamatkan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Pengertian kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsure rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure jasmani sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia.
Dalam disiplin ilmu antropologi budaya, kebudayaan dan budaya itu diartikan sama (Koentjaraningrat, 1980:195). Namun dalam IBD dibedakan antara budaya dan kebudayaan, karena IBD berbicara tentang dunia idea tau nilai, bukan hasil fisiknya. Secara sederhana pengertian kebudayaan dan budaya dalam IBD mengacu pada pengertian sebagai berikut :
Kebudayaan dalam arti luas, adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah budaya atau sering disebut kultur yang mengandung pengertian keseluruhan sistem gagasan dan tindakan.
Kebudayaan ataupun yang disebut peradaban, mengandung pengertian luas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum, adat-istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat (Taylor, 1897:19).
arti kebudayaan menurut pendapat umum ialah suatu yang berharga atau baik (Bakker, 1984:21).
Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
A.L. Kroeber dan C.Kluckhohn (1952:34)
Dalam bukunyan Culture, a critical review of concepts and definitions mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Kebudayaan tidak dapat di pisahkan dari asal usul penduduk di suatu daerah dan pula tidak dapat dipisahkan dari keadaan geografis dan alam sekitarnya. Manusia mendukung kebudayaan, sedangkan alam membentuk dan memberikan corak atas kebudayaan itu, hal inilah yang mendorong manusia malakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan hidupnya.
karya sastra karangan penyair di Dumai nan memiliki kandungan sangat berharga untuk mengetahui beberapa khazanah warisan budaya tradisional Melayu di pesisir Dumai. Karya sastra tersebut adalah sajak Konon dan Kenen seperti Angin karya oleh A. Yani AB. Tentu masih banyak lagi karya-karya sastra di Dumai baik lisan maupun tulisan nan didalamnya memuat fakta-fakta sejarah, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keluhuran tradisi Melayu maupun produk-produk imajinasi sebagai bagian dari kekayaan budaya di pesisir Dumai.
Teks sajak dapat berfungsi sebagai sumber pengetahuan tentang budaya tradisional suatu masyarakat di sebuah daerah atau wilayah jika di dalam teks tersebut terdapat entitas dan identitas yang berkaitan dengan budaya tradisional.
Teks sajak dapat berfungsi sebagai sumber pengetahuan tentang budaya tradisional suatu masyarakat di sebuah daerah atau wilayah jika di dalam teks tersebut terdapat entitas dan identitas yang berkaitan dengan budaya tradisional.
A. Yani AB adalah singkatan nama Ahmad Yani bin H. Abu Bakar, salah seorang penyair di Dumai yang sajak-sajaknya diterbitkan oleh Yayasan Pusaka Riau dalam Kumpulan Sajak Pilihan Dewan Kesenian Dumai bertajuk Bulan-Bulan Kopak pada tahun 2010. A Yani AB lahir di Dumai, 20 September 1964.
Berikut ini adalah sebagian teks sajak karya beliau yang menjadi bahan telaah dalam pembacaan dan pemaknaan,
Konon dan Kenen seperti Angin2
kusapa engkau dalam sepisau kata sepi
bila jubah malam menangkup bulan tersadai
antara kasau bubung tua
serak rintih hujan bagai irama ratib terkirai
ditingkahi jerit pingkau katak kuang
semabau angin lembab bersiul jalang di selah
dinding tergajai
di situ kuingatkan dikau tentang Dumai
tentang masa kecil kita yang degil
di pondok tua ini kita dulu sama menimang suka
bermain sambar lakun bersama kawan-kawan
di laman belakang bawah pokok mempelam
sundalnya matahari membacinkan peluh
kita berpendar dalam surai debu-debu
tawa dan tengkar memecah sepi kampung nelayan itu
menimbulkan urat teking di batang leher
gaduh yang kini jadi rindu
Sajak ini terdiri dari 16 bait yang dalam setiap baitnya kaya akan majas.
Khazanah warisan budaya tradisi Melayu di pesisir Dumai yang terkandung dalam sajak Konon dan Kenen seperti Angin karya Ahmad Yani bin H. Abu Bakar adalah sebagai berikut:
1. Permainan Tradisional
2. Pengobatan Tradisional;
3. Kesenian Tradisional;
4. Mata Pencaharian Tradisional;
5. Tradisi Mengaji;
6. Kearifan lokal.
Permainan tradisional dalam sajak ini adalah Sembar Lakun. Sebuah permainan anak-anak yang mengejar musuh lalu menangkapnya dan memenjarakannya dalam sebuah lingkaran. Musuh yang telah ditangkap dapat bebas kembali jika dapat disentuh atau disembar oleh teman-temannya nan masih bebas di luar lingkaran. Begitu pula untuk menangkap musuh tentu dengan cara disentuh atau disembar.
Pengobatan tradisional dalam sajak ini adalah berobat dengan bomo, pengobatan tetemas dan mengurut. Pengobatan tradisional untuk mengobati sakit oleh bomo atau biasanya disebut juga sebagai dukun atau tabib. Tetemas adalah pengobatan tradisional Melayu untuk menyembuhkan demam panas akibat sesuatu hal yang tak dapat dijelaskan dalam dunia medis. Menurut kepercayaan penduduk Melayu di pesisir Dumai bahwa tetemas dapat menyembuhkan sakit yang diakibatkan keteguran mahluk halus dan mahluk-mahluk lain dari alam ghaib. Media pengobatannya adalah kunyit yang dibelah dua. Dalam proses membelah dan mengoleskan kunyit pada bagian-bagian tubuh yang menderita demam selalu disertai dengan membaca basmalah dan shalawat nabi.
Dalam sajak ini juga ada tentang upah-upah. Hal ini dapat dibaca pada baris terakhir bait ke-15. Larik kau ditaburkan beras kuning dilangkah pertamamu adalah salah satu prosesi tradisi untuk keselamatan, kesembuhan, semangat atau memulai sesuatu. Tentu saja dalam setiap prosesi tradisional seperti ini diiringi dengan pembacaan do'a.
Khazanah tentang alat musik tradisional dan tarian tradisional dinyatakan oleh Penyair Perindu Kearifan pada bait ke-11 yakni bermain alat musik gendang dan marwas untuk mengiringi tarian dzapin disertai petikan gambus dan nyanyian lagu Melayu. Sampai hari ini eksistensi musik tradisional Melayu seperti gendang, marwas dan gambus serta tari Dzapin masih dapat ditemukan di Dumai dan semerata tempat di Riau.
Ada pun mata pencaharian tradisional yang terdapat dalam sajak ini adalah nelayan dan bomo. Namun sekarang seiring perkembangan kemajuan teknologi maka pekerjaan sebagai nelayan dan bomo ada yang sudah termasuk mata pencaharian mutakhir berdasarkan perlengkapan dan peralatan yang digunakannya dalam bekerja.
Mengaji sebagai tradisi belajar membaca Al Quran sebagai wujud nyata mengamalkan Rukun Islam dan Rukun Iman juga dapat ditemukan dalam sajak ini. Biasanya guru mengaji adalah orang-orang yang sudah berilmu pengetahuan tentang Al Quran dan mendapat kepercayaan oleh masyarakat untuk mengajarkan cara membaca Al Quran dan artinya.
Penyair ini merindukan masa-masa saat dia masih kanak-kanak dengan berkumpul dan bermain dengan sahabat-sahabatnya.
Pada bait ke-14 digambarkan tentang daerah pesisir Dumai yang awalnya ditumbuhi pohon-pohon Bakau sudah berubah drastis sejak pembangunan pabrik-pabrik sebagai bagian dari ekspansi industri. Kelak jika habis hutan Bakau serta pelbagai kearifan lokal nan hidup dari eksistensi hutan Bakau, pantai sebagai tempat bermain anak-anak, laut Dumai sebagai lapangan kerja nelayan-nelayan di Dumai untuk mencari ikan-ikan dan memberi makan keluarganya niscaya bertambah lagi permasalahan kehidupan berbangsa dan bernegara
Masa lalu dan sekarang bagaikan angin nan mesti disikapi secara arif sebab didalam keduanya penuh dengan kekayaan kearifan lokal dan catatan sejarah peradaban manusia khususnya orang-orang Dumai yang masih akrab dan tunak dengan pesisir, pantai, hutan Bakau dan budaya tradisionalnya.
Selain itu juga termuat mengenai kearifan lokal nan erat kaitannya dengan eksistensi hutan Bakau yang ada di tepi pantai kota Dumai. Meskipun di sepanjang pesisir Dumai sudah banyak dibangun kawasan industri dengan pelbagai pabrik-pabrik dan fasilitas lainnya namun sampai sekarang masih ada daratan di tepi laut yang tergerus akibat abrasi. Ironis sekali jika pembangunan industri di suatu daerah begitu pesatnya namun tidak dibarengi dengan pembangunan untuk menjaga dan menyelamatkan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Tyas AG, dkk, 2010, Kumpulan Sajak Pilihan Dewan Kesenian Dumai Bulan-Bulan Kopak, Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, hal.47-52.
Drs.Djoko Widagdho,dkk.2004.Ilmu budaya dasar.
Djohan, azaly. 2006. Pemetaan Adat Masyarakat Melayu Riau Kabupaten/Kota Se- Provinsi Riau. Pekanbaru: Lembaga Adat Melayu Riau.
Koentjaraningrat, dkk. 2007. Masyarakat dan Budaya Melayu dalam Perubahan.
No comments:
Post a Comment