Halaman

SEJARAH PENDIDIKAN MESIR DALAM SEJUMLAH TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM


NURMI SUARI/SP.

      Sejarah Pendidikan di Mesir
Secara historis, modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai Napoleon Bonaparte yang berkebangsaan Perancis ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnan. Di antara tokoh-tokoh tersebut Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Ali
Pasha. Dua yang terakhir, secara historis, kiprahnya paling menonjol jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain. Berawal dari datangnya Napoleon Bonaparte di Alexandria, Mesir pada tanggal 2 Juli 1798 M. Tujuan utamanya adalah menguasai daerah Timur, terutama India. Napolen Bonaparte menjadikan Mesir, hanya sebagai batu loncatan saja untuk menguasai India, yang pada waktu itu dibawah pengaruh kekuasaan kolonial Inggris. Kedatangan Napolen ke Negara Mesir tidak hanya dengan pasukan perang, tetapi juga dengan membawa seratus enam puluh orang diantaranaya pakar ilmu pengetahuan, dua set percetakan dengan huruf latin, Arab, Yunani, peralatan eksperimen, diantaranya membawa teleskop, mikroskop, kamera, dan lain sebagainya, serta seribu orang sipil. Tidak hanya itu, ia pun mendirikan lembaga riset bernama Institut d'Egypte, yang terdiri dari empat departemen, yaitu: ilmu alam, ilmu pasti, ekonomi dan polititik, serta ilmu sastera dan kesenian. Lembaga ini bertugas memberikan masukan bagi Napoleon dalam memerintah Mesir. Lembaga ini terbuka untuk umum terutama ilmuwan (ulama') Islam. Ini adalah moment kali pertama ilmuwan Islam kontak langsung dengan peradaban Eropa, termasuk Abd al-Rahman al-Jabarti. Baginya perpustakaan yang dibangun oleh Napoleon sangat menakjubkan karena Islam diungkapkan dalam berbagai bahasa dunia. 

 Tokoh-tokoh Pembaharu Bidang Pendidikan di Mesir
1.  Muhammad Ali Pasya
Ali Pasya dilahirkan di Negeri Qaulah, Albani, di dalam wilayah Macedonia tahun 1182 H. Ayahnya Ibrahim perwira di dalam balententara Turki yang menjaga negeri itu. Ayahnya meninggal sewaktu Pasya berusi 4 tahuan, setelah itu ia di asuh Pamannya, namun tidak lama kemudian Pamannypun meninggal, kemudian diangkat menjadi anak pungut oleh Guburnur setempat, yang selanjutnya ia serahkan kepada seorang sahabat ayahnya. Masa Ekspedisi Napoleon  di Mesir,  membawah pengaruh sangat besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Mesir. ketika mereka mampu menguasai Mesir pasukan Napoleon yang datang dari Paris ini tidak hanya membawah tentara, namun juga membawah dalam rombongannya 500 kaum sipil dan 500 wanita. Diantara kaum sipil terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Napoleon juga membawa dua set alat percetakan dengan huruf latin, Arab, Yunani. Di Mesir mereka membentuj suatu lembaga ilmiah bernama Institut Egypte, yang mempunyai empat bahagian : bahagian Ilmu pasti, bahagian ilmu Alam, bahagian Ekonomi-Politik dan bahagian Sastra-Seni. Semangat pembaharuan yang dibawah oleh pasukan Napoleon ketika mereka menduduki Mesir inilah, salah satu yang memotivasi gerakan pembahruan para tokoh-tokoh pembaharu dalam islam salah satunya adalah Muhammad Ali Pasya yang memilki pengaruh besar bagi perkembangan pendidikan di Mesir.
Setelah kekuasaan Napoleon tumbang,   Muhammad 'Ali mengambil kekuasaann dia merupakan tokoh pembaharu Islam pertama yang mencoba melakukan pembaharuan dalam bidang pendidikan di Mesir. Menurutnya Mesir harus dijadikan Negara maju dan rahasia kekuatan pembaharuan Dunia Barat menuju kemoderenan melalui ekspedisi Napoleon telah dapat di tangkap di Mesir. Ali Menyatakan bahwa dasar kemajuan dunia Barat adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi didirikan sekolah-sekolah : Sekolah Meliter (1815), Sekolah Teknik (1816), Sekolah Kedokteran (1827), Sekolah Apoteker (1829), Sekolah Pertambangan (1834), dan Sekolah Penerjemahan (1836). Para pengajarnya banayak didatangkannya dari Eropa. Selain itu Pasya juga mengirim para pelajar-pelajar Mesir ke Eropa, terutama Paris, dan setalah mereka pulang ditugaskan untuk menterjemahkan buku-buku yang berbahasa Eropa ke dalam Bahsa Arab, disamping juga mengajar.

2. At-Thahtawi
Nama lengkapnya adalah Rifa'ah Badwi Rafi', lahir pada tahun 1801 M. di Thahtha, dan meniggal di Kairo pada tahun 1873 M. Ketika berumur 16 tahun, ia pergi ke Kairo dan belajar di al-Azhar. Karena kepintarannya, ia diutus oleh Muhammad Ali ke Paris guna mendalami bahasa asing dan mempertajam wawasan keagamaan dengan mengkaji teks-teks modern. Syaikh Al-'attar, yang menjadikan At-thawali sebagai salah satu murid kesayangannya yang banyak mempunyai hubungan dengan ahli-ahli ilmu pengetahuan prancis yang datang dengan Napoleon ke Mesir. Melihat  Al-tahtawi sebagai seorang pelajar yang sungguh-sungguh dan tajam pikirannya, Syaikh Al-'attar selalu memberi dorongan kepadanya untuk senantiasa menambah ilmu pengetahuan. Setelah selesai dari studi di di Al-azhar, Al-tahtawi mengajar disana selama 2 tahun kemudian diangkat menjadi imam tentara di tahun 1824. 2 tahun kemudian, ia diangkat menjadi imam mahasiswa-mahasiswa yang dikirim Muhammad ali ke paris. Ia tinggal disana selama 5 tahun. Samping tugasnya sebagai imam ia turut pula belajar. Imam-imam lainnya kurang mempergunakan kesempatan itu untuk menambah ilmu pengetahuan mereka. Karena semangat belajar iniliha, at-Thawali dikrim Muhammad Ali untuk belajar ke Paris untuk belajar selama 5 tahun. Selam ia berada di Mesir digunkannya untuk selalu membaca buku-buku prancis dengan pertolongan gurunya antara lain buku-buku sejarah, teknik, ilmu bumi, politik dan lain-lain. Ia juga membaca buku-buku karangan Montesquieu, Voltaire, dan Rousseau. Dengan semangat belajar ini, maka tidak heran kalau at-Thawali mampu  menguasai berbagai bahasa asing dan berhasil mendirikan sekolah penerjemahan dan menjadikan bahasa asing tertentu sebagai pelajaran wajib di sekolah. Diantara pendapat-pendapat baru yang dikemukakannya ialah ide pendidikan yang bersifat universal dan sama bentuknya untuk semua golongan. Pendidikan dalam Islam bukan hanya untuk anak laki-laki tetapi juga anak perempuan. Pendapat yang mengatakan, meyekolahkan anak perempuan makruh, ia lawan dengan fakta sejarah bahwa istri Nabi Muhammad Hafshah dan 'Aisyah pandai membaca dan menulis.

3. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir di Mesir Hilir, tepatnya di desa mana tidak dapat diketahui karena bapak dan ibunya adalah orang desa yang idak mementingkan tempat dan tanggal lahirnya. Tahun 1849 tahun yang umum dipakai sebagai tanggal lahirnya. Terdapat banyak sumbangsi pemikiran-pemikiran Muhammad Abduh bagi Islam, misalnya bidang 'Akidah Tauhid, dan kemajuan bidang Pendidikan. Dalam bidang Pendidikan, menurutnya, perluhnya dibuka sekolah-sekolah modern, dimana ilmu pengetahuan modern di ajarkan di samping ilmu pengetahuan agama. Dan ke dalam Al-Azhar perluh dimasukan ilmu-ilmu modern, agar ulama Islam mengerti kebudayaan modern dan dengan demikian dapat mencari penyelesaian yang baik bagi persoalan-persoalan yang timbul dalam zaman modern ini. Dan juga untuk sekolah-sekolah yang telah didirikan di Mesir, seperti sekolah Meliter, Administrasi dan lain-lainnya, perluh dimasukkan pendidikan agama yang lebih kuat, termasuk ke dalamnya sejarah Islam dan sejarah kebudayaan Islam. Berarti: Muhammad Abduh dalam gagasannya berupaya mengsingkronisasikan antara ilmu pengetahuan umum/sains dan ilmu Agama, namun yang perluh kita catat bahwa Muhammad Abduh mengungkapkan walaupun kita mempelajari ilmu umum/sains (misalnya: Astronomi,kimia,fisika,biologi,matematika,dll) tetapi ilmu pengetahuan agama (misalnya: Akidah Tauhid,Al-Qu'an,Al-Hadits,Balaghoh,mantiq dll) tetap menjadi prioritas utama.
4. Jamaludin Al-Afghani
Al-Afghani lahir 1835 M, namun terdapat beberapa versi yang menyatakan dimana tepatnya ia dilahirkan. Menurut pengakuannya sendiri ,ia dilahirkan di Asadabad, suatu kota di Konar, wilayah distrik Kabul di Afaghanistan, sedangkan versi lain menyebutkan ia dilahirkan di Asadabad dekat Harnadan Persia (Iran). Menurut Afgany, sebagaimana di jelaskan Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, hlm. 163. ilmu pengetahuan yang dapat menundukkan suatu bangsa, dan ilmu pula sebenarnya yang berkuasa di dunia ini yang kadangkala berpusat di Timur ataupun di Barat. Ilmu juga yang mengembangkan pertanian, industri, dan perdagangan, yang menyebabkan penumpukan kekayaan dan harta. Tetapi filsafat menurutnya merupakan ilmu yang paling teratas kedudukannya di antara ilmu-ilmu yang lain.
Jika dikaji lebih jauh Jamaludin Al-Afghani tidak mempunyai pengaruh cukup besar bagi pembaharuan dalam pendidikan, namun dia pengaruh pembaharuannya lebih besar dalam bidang politik sebagaimana yang diungkapkan oleh  Goldziher bahwa Al-Aghani lebih cendrung sebagai tokoh politik bukan sebagai pemimpin pembaharuan soal-soal agama. Namun disamping itu tidak boleh di lupkan bahwa kegiatan politik yang dijalankan Al-Afghani sebenarnya didasarkan pada ide-idenya tentang pembaharuan dalam Islam yang tidak bisal dilepaskan juga dari duni Pendidikan Mesir saat itu. kegiatan politik itu timbul sebagai akibta semestinya dari pemikiran-pemikirannya tentang pembaharuan. ia pada hakikatnya adalah seorang pemimpin politik sekaligus pemimpin pembaharuan dalam Islam.

5. Rasyid Ridha
Rasyid Ridha dilahirkan pada tahun 1865 di Al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang letaknya tidak jauh dari kota Tripoli (Suria). Menurut keterangan ia berasal dari keturunan Al-Husain, cucu Nabi Muhammad. Beliau juga merupakan salah satu murid terdekat dari Muhammad Abduh dan yang melanjutkan perjuangan Abduh setelah ia meninggal.
Terdapat pemikiran-pemikiran pembeharuan yang disumbangsikan Ridha untuk Islam. Dalam dunia pendidikan, Rasyid Ridha melihat perluhnya penambahan mata-mata pelajaaran umum pada kurikulum madrasah dan sekolah tradisional, di samping mata pelajaran agama. Pemikiran dan gagasan Rasyid Ridha dalam bisang pendidikan dapat dikatakan hampir sama dengan Muhammad Abduh, terlepas ia sebagai murid Muhammad Abduh. Yaitu: bahwa di sekolah Islam/Madrasah tradisional harus ditambah ilmu-ilmu pengetahuan umum/sains disamping yang menjadi prioritas utama adalah ilmu agama. Faktor utama yang melatarblakangi dirasa perlunya pengembangan materi-materi pelajaran umum/sains di pendidikan agama Islam di Mesir, supaya dapat melahirkan cendikiawan-cendikiawan dan ulama-ulama Muslim yang mampu menguasai di berbagai disiplin ilmu pengetahuan tidak hanya terbatas pada ilmu gama saja, dan juga sebagai benteng pertahanan untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dunia Eropa dan Barat.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Abidin Ahmad, H. Zainal, 1979, Sejarah Islam dan Ummatnya, Bulan Bintang, Jakarta.
2.      Nasution, Harun, 2003, Pembaharuan Dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta
3.      Asmuni, Yusran, 1998, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Dalam dunia Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta

No comments:

Post a Comment