Halaman

Kebijakan Luar Negeri Pemerintahan Soekarno untuk Menentang Pembentukan Federasi Malaysia yang Pro-Inggris di Semenanjung Malaya dan Kalimantan Utara


Oleh: Merial Ulfa/ B/ SI 5
Pada awal tahun 1960-an Inggris berencana melakukan dekolonisasi atas wilayah jajahannya di Semenanjung Malaya dan Kalimantan Utara.Inggris ingin mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya untuk membentuk Malaysia.Inggris  bermaksud untuk merubah Persekuruan Tanah Melayu menjadi Federasi Malaysia.Namun,tidak semua penduduk dikawasan itu setuju bergabung dengan federasi
Malaysia yang akan dibentuk. Pada tahun 1961,Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi.Di Utara adalah kerajaan Brunai dan dua buah koloni Inggris (Serawak dan Borneo Utara,kemudian dinamakan dengan sabah).
Pada Desember 1962, Syaikh,A,M,Azhari, pemimpin Partai Rakyat Brunai,melancarkan pemberontakan yang menentang pembentukan federasi dan menginginkan negara mardeka yaitu Kalimantan Utara. Presiden Soekarno mendukung para pemberontak.Soekarno menganggap Malaysia sebagai boneka Negara Britaniaraya.Presiden Ir.Soekarno mencurigai maksud Inggris yang mengubah nama Persekutuan Tanah Melayu menjadi Federasi Malaysia yang meliputi: (Malaya,Singapura dan Kalimantan Utara kecuali Brunai Darussalam yang menolak untuk bergabung).Soerkarno berpendapat konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris dikawasan ini.
Pada awalnya,rencana pembentukan Federasi Malaysia hanya menimbulkan polemik antara Malaysia dan Indonesia saja,terutama melalui siaran radio masing-masing. Keadaan diperkeruh oleh kebijakan Fhilipina.Presiden Diosdado Mascapagal mengajukan tuntutan atas Sabah karena wilayah itu pernah menjadi bagian Kesultanan Sulu. Situasi sedikit mereda ketika tingkat Menteri Luar negeri diadakan oleh ketiga negara untuk membicarakan rencana pembentukan Negara Federasi Malaysia. Selain itu,dibicarakan pula keinginan untuk membentuk federasi longgar diantara ketiga Negara,yang dikenal dengan Maphilindo (Malaysia,Philipina,Indonesia).Tujuan dari konfederasi ini adalah untuk memperketat kerjasama diantara mereka.
Ketegangan terus berkurang ketika Perdana Mentri Malaya Tuanku Abdul Rahman melakukan pertemuan tidak resmi dengan presiden Ir.Soekarno di Tokyo pada akhir Mei 1963.Keduanya sepakat untuk menyelesaikan perselisihan.Namun,saat perjanjian pembentukan Federasi Malaysia ditandatangani di London pada 8 Juli1963,Ir.Soekarno menuduh Tuanku Abdul Rahman'Melanggar janji'..Perselisihan ini akhirnya sampai pada PBB.[1]
Pada tanggal 14 September 1963,PBB mengumumkan hasil penyelidikan,yaitu sebagian besar penduduk diwilayah Sabah dan Serawak menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan Federasi Malaysia. Dan resmilah Negara Federasi Malaysia terbentuk.Dengan waktu bersamaan,akhirnya Singapura pun memisahkan diri dari Malaysia.Federasi Malaysia diproklamirkan dua hari kemudian yaitu 16 September. Menanggapi pengumuman ini,muncullah berbagai reaksi dari para pejabat pemerintahan Indonesia. Pada bulan November, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jendral A.H Nasution,menyatakan bahwa pada prinsipnya Indonesia menerima Malaysia sebagai sebuah fait accompli,yaitu peristiwa yang sudah terjadi dan harus diterima meskipun tidak disukai.Presiden Soekarno menolak pembentukan Negara baru tersebut. Bahkan,Presiden Soekarno berjanji akan menghancurkannya.
Sikap keras Presiden Soekarno dibalas Malaysia dengan memutuskan hubungan diplomatic dengan Indonesia. Sehingga terjadilah aksi saling balas membalas.Pemerintah Repuplik Indonesia juga menanggapi kebijakan Malaysia dengan memutuskan hubungan ekonomi dengan Malaysia,Singapura,Sabah dan Serawak.Indonesia juga menyatakan dukungan bagi perjuangan rakyat Kalimantan Utara dalam melawan neo-kolonialisme Inggris.Massa akhirnya menyerang dan merusak berbagai kepentingan Malaysia dan Inggris di Indonesia tepatnya di Jakarta.Sebaliknya,penduduk Malaysia membakar Kedutaan Besar Indonesia di Kuala Lumpur Malaysia.[2]
Semenjak demonstrasi anti Indonesia di Kuala Lumpur Malaysia, ketika para demonstran menyerbu gedung Kedutaan Besar RI,dengan membawa lambang negara garuda Pancasila pada Tuanku Abdul Rahman,Perdana Mentri Malaysia saat itu dan memaksanya untuk menginjaknya,dan merobek-robek fhoto  Presiden Soekarno.Pada akhirnya amarah Soekarno semakin tinggi dan meledak.Soekarno sangat murka,akan perlakuan demonstrasi tersebut karena massa Malaysia selain menginjak-nginjak lambang Negara Indonesia termasuk harga diri bangsa,namun juga menghina dirinya. Presiden Soekarno mengutuk tindakan dari Tuanku Abdul Rahman dan mengatakan : Sejak kapan seorang kepala Negara menginjak-injak lambang Negara lain?? Dan Presiden Soekarno akan berniat untuk membalas dendam dengan melancarkan sebuah gerakan yang lebih dikenal dengan sebutan Ganyang Malaysia.Maka pada 27 Juli 1963,Presiden Soekarno mengumumkan bahwa ia akan Mengganyang Malaysia. Memproklamirkan gerakan mengganyang Malaysia disampaikan melalui pidatonya yang bersejarah yaitu:
Kalau kita lapar itu biasa,kalau kita malu juga biasa,Namun,kalau kita lapar,kita malu karena Malaysia,kurang ajar,,! Kerahkan pasukan ke Kalimantan.Hajar cecunguk Malayan itu..! Pukul dan sikat jangan samapi tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysia keparat itu.Do'akan aku akan berangkat ke medan perang,sebagai patriot Bangsa,sebagai martir Bangsa,dan sebagai peluru Bangsa yang tidak mau di injak-injak harga dirinya.Serukan,,serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini,kita akan membalas perlakuan ini,dan kita tunjukan bahwa kita masih memiliki gigi yang kuat,dan kita juga masih memiliki martabat.Yoo.ayooo kita…Ganjang….Ganjang Malaysia…Ganjang Malaysia bulatkan tekad..Semangat kita badja,Peluru kita banjak,Nyawa kita banjak…Bila perlu satoe-satoe..! [3]
Untuk mencapai tujuannya Presiden Soekarno tentu tidaklah akan bisa berbuat sendiri,dan Soekarno meminta bantuan dari TNI. Namun bantuan yang diharapkan Presiden Soekarno kepada TNI,tidak mendapat dukungan sepenuhnya.
Duta besar AS di Indonesia pada saat itu Howard Jones melaporkan pada Washington bahwa ia bertemu Soekarno.Dan menyatakan kalau dia juga emosi .Howard Jones menyatakan simpatinya terhadap Indonesia. Tetapi Howerd Jones menekankan Pemerintahan Indonesia tidak bisa melakukana balas dendam hanya dengan mengandalkan bantuan AS saja,sementara  TNI-AD Indonesia terpecah dan tak sehaluan. Jenderal Ahmad Yani tidak bersedia mengerahkan pasukan untuk menyerbu Malaysia karena tidak merasa tentara Indonesia cukup siap menghadapi Malaysia yang dibelakangi Inggris. Namun, Jenderal AH Nasution setuju untuk mengganyang Malaysia karena ia khawatir isu Malaysia akan ditunggangi PKI untuk memperkuat posisinya di percaturan politik di Indonesia.
Melihat dukungan tentara yang setengah-setengah, Soekarno kecewa, padahal ia ingin sekali mengganyang Malaysia. Karena saat itu PKI merupakan pendukung terbesar gerakan mengganyang Malaysia, yang dianggap antek neo-kolonialisme dan imperialisme. Mau tidak mau,suka tidak sukanya TNI,,Presiden Soekarno harus mencari teman yang bisa di ajak bekerja sama untuk bisa melancarkan tujuannya menganyang Malaysia. Sejak saat itulah, hubungan Soekarno dan PKI bertambah kuat. Penyebab kegagalan itu bukan karena tentara Indonesia tidak berkualitas, tetapi para pemimpin TNI Angkatan Darat di Jakarta tidak tertarik untuk mengeskalasi konfrontasi.
Sementara itu, secara internasional pun posisi PKI bertambah kuat dengan semakin dekatnya hubungan Indonesia dengan China-Beijing. Kedekatan ini disebabkan kesuksesan China dalam menguji bom nuklir dan dukungan Beijing kepada konfrontasi Malaysia. Akan tetapi,di sisi lain  Soekarno juga  merasa khawatir dengan PKI yang dianggap terlalu kuat di Indonesia. Namun, masalahnya, ia amat memerlukan PKI untuk mengganyang Malaysia, apalagi karena Indonesia sendiri sudah terkucil di lingkungan internasional akibat konfrontasi tersebut.
Kekhawatiran Presiden Soekarno terlihat dalam dokumen CIA yang baru dideklasifikasikan beberapa tahun lalu, bertanggalkan 13 Januari 1965. Soekarno menyatakan tak bisa menoleransi gerakan anti-PKI karena ia butuh dukungan PKI untuk menghadapi Malaysia. Ia menyatakan, namanya sudah "jatuh" di dunia internasional dan Indonesia dianggap negara gila karena keputusannya membawa Indonesia keluar dari PBB. Karena memang diwaktu terbentuknya negara federasi Malaysia dan Malaysia di terima oleh PBB sebagai anggota tidak tetap,maka Presiden Soekarno menarik Indonesia dari keanggotaan PBB pada 20 Januari 1965. Dan membentuk Konferensi Kekuatan Baru [ Confernce of New Emerging Forces] atau Conefo.
Namun, Soekarno menekankan, suatu waktu, "giliran PKI akan tiba" dan saat itu gerakan menentang PKI sama dengan gerakan untuk menentang Soekarno. Soekarno berkata, "Kamu bisa menjadi teman atau musuh saya. Itu terserah kamu." Soekarno mengakhiri percakapan itu dengan berkata, "Untukku, Malaysia itu musuh nomor satu. Suatu saat saya akan membereskan PKI, tetapi tidak sekarang."
Dari sini terlihat, kedekatan Soekarno dengan PKI diakibatkan gagalnya TNI Angkatan Darat memenuhi keinginan Soekarno mengganyang Malayia. Soekarno di sini terlihat bukan sebagai antek atau pendukung PKI, tetapi ia memang berusaha menggunakan PKI untuk membantu kebijakannya dalam mengganyang Malaysia. Kegagalan para pemimpin TNI Angkatan Darat juga membuat tentara-tentara, seperti Brigadir Jenderal Suparjo kesal kepada para pimpinan Angkatan Darat. Mereka akhirnya merasa perlu melakukan operasi untuk mengadili para pemimpin TNI Angkatan Darat yang dianggap berkhianat kepada misi yang dibebankan Soekarno. Untuk melakukan hal ini, mereka memutuskan untuk berhubungan dengan orang-orang dari PKI karena dianggap memiliki misi yang sama, yakni mengganyang Malaysia. Hal ini akhirnya menyebabkan peristiwa yang sampai sekarang disebut sebagai G30S/PKI. [4]
Namun,pertimbangan PKI bukan didasarkan sekadar idealisme. PKI berusaha membangkitkan semangat nasionalisme Indonesia dan menempatkan PKI sebagai gerakan nasionalis yang lebih nasionalis daripada tentara, untuk memperkuat posisinya dalam percaturan politik di Indonesia, yang saat itu berpusat pada Soekarno, tentara, dan PKI.
Kita harus memerhatikan secara saksama jalur pemikiran para pemimpin Angkatan Darat saat itu. Mereka menghadapi buah simalakama. Mereka tidak mau mengeskalasi konflik karena tidak tak yakin akan bisa menang menghadapi Inggris. Di sisi lain, jika mereka tak melakukan apa-apa, Soekarno akan mengamuk. Tak peduli keputusan apa yang diambil, PKI akan tetap untung.
Akhirnya, para pemimpin Angkatan Darat mengambil posisi unik. Mereka menyetujui perintah Soekarno untuk mengirimkan tentara ke Kalimantan, tetapi tak akan benar-benar serius dalam konfrontasi ini agar situasi tak bertambah buruk yang menjadi perang terbuka Indonesia melawan Malaysia-Inggris (dan Australia-Selandia Baru). Tak heran, Brigadir Jenderal Suparjo, komandan pasukan di Kalimantan Barat, mengeluh, konfrontasi tak dilakukan sepenuh hati dan ia merasa operasinya disabotase dari belakang.
Pada 3 Mei 1964, pada sebuah rapat raksasa Presiden Soekarno mengumandangkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora), perintah itu berisi seruan untuk memperkuat ketahanan Revolusi Indonesia dan keinginan membantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya,Singapura,Brunai dan Sabah untuk membubarkan Negara boneka Malaysia.
Selama tahun 1963-1965,dalam pelaksanaan kegiatan Operasi Dwikora telah di adakan pelaksanaan kegiatan Operasi udara didaerah Sumatra,Riau,Kalbar,Kaltim dan Semenajung Malaysia.Sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan Operasi Dwikora adalah:
1)      Pengintaian dan pemotretan udara di Malaysia Barat dan Timur serta Lautan Selatan Pulau Jawa.
2)      Patroli udara dengan sasaran memeriksa"Reaction Time" lawan di Singapura dan Jeseltrom.
3)      Penerjunan yang dilaksanakan oleh anggota PGT AURI didaerah Lapis serta Hilir Kuala Lumpur.
Sementara itu,sasaran yang akan dikosongkan sebagai berikut:
Di Semenanjung Malaysia: Kuala Lumpur,Port Swittenham,dan Malaecea.Sedangkan pangkalan yang digunakan adalah Pangkalan AU Medan. Dan di Singapura : Singapura kota,Tengah Airfield dan Pelabuhan Singapura.Pangkalan yang digunakan dalam misi penyerangan adalah Pangkalan Tanjung Balai Karimundan Pulau Penuba. Serta di Kalimantan Utara : Labuhan Airfield Jesselton ,Kuching Kota,dan Tao Airfield.Pangkalan yang digunakan adalah satuan Debsema AURI Balutambang,satuan Debsemba AURI Kamayoran dan Pangkalan Udara Waru.
Perintah Presiden Soekarno untuk menggayang Malaysia, dijawab pimpinan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Mereka menggelar operasi Dwikora di sepanjang perbatasan Kalimantan dengan Sabah dan Serawak sekitar tahun 1964. ABRI tidak mengirim pasukan secara terbuka. Mereka mengirim gerilyawan-gerilyawan untuk membantu Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) yang berperang melawan pemerintah Malaysia.
Walau disebut gerilyawan, sebagian besar anggotanya justru pasukan elite ABRI. Seperti Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) atau Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dari TNI AU. Mereka bertempur bukan sebagai anggota ABRI tapi TNKU. Seragam ABRI diganti dengan seragam hijau TNKU. Identitas mereka pun dipalsukan untuk menghapus jejak keterlibatan Indonesia.
Dan setelah itu,Indonesia mengirim sukarelawan ke wilayah perbatasan dengan Malaysia,untuk melakukan penyusupan dan persiapan jika pecah perang diantara kedua pihak yang sedang bermusuhan. Pasukan Malaysia yang terdesak kemudian meminta bantuan Inggris. Dengan tidak tanggung-tanggung Inggris langsung mengirim sekitar satu batalyon pasukan komando Special Air Services (SAS). Inilah pasukan elite terbaik Inggris yang reputasinya melegenda ke seluruh dunia. Inggris juga mengirim pasukan Gurkha dan SAS tambahan dari Selandia baru dan Malaysia. Pertempuran pun berlangsung hebat antara SAS,pasukan Gurkha dan Tentara Nasional Kalimantan Utara.[5]
Pada tahun 1965,Indonesia menyadari kebijakan keras Indonesia terhadap Malaysia menyebabkan kerugian diplomatic bagi Indonesia. Kendati didukung oleh Negara-negara Komunis,politik konfrontasi akibatnya merusak hubungan diplomatic dan ekonomi Indonesia dengan negara-negara Barat. Negara Inggris,Australia, dan Selandia Baru sepakat akan mempertahankan Malaysia jika diserang oleh Indonesia.Pasuka ketiga  Negara tersebut terlibat baku tembak dengan sukarelawan Indonesia yang menyusup ke Semenanjung Malaya dan Kalimantan Utara. Sementara itu,Amerika Serikat menangguhkan hampir semua bantuannya kepada Indonesia.
Meskipun mengerahkan banyak pasukan sukarelawan Indonesia untuk menghadapi konfrontasi dengan Malaysia,banyak petinggi TNI-AU khawatir dengan kebijakan konfrontasi Presiden Soekarno.Mereka terutama sangat cemas atas meningkatnya pengaruh PKI di pulau Jawa ketika banyak tentara bertugas diperbatasan Malaysia.Oleh karena itu,TNI-AU mulai menghalangi konfrontasi dan mengadakan hubungan rahasia dengan Malaysia.
Akhir dari konfrontasi yaitu menjelang akhir tahun 1965 Jendral Soeharto mulai memegang kekuasaan di Indonesia setelah berlangsungnya peristiwa G30 S/PKI.Oleh karena konflik domestic ini,keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan mempertahankan wilayah yang menjadi federasi Malaysia,akhirnya menjadi berkurang dan perangpun makin mereda. Ditambah dengan kondisi Jendaral Soeharto yang telah memegang kekuasaan di Indonesia merasa agak enggan untuk melanjutkan masalah Operasi Ganyang Malaysia ini.
Konfrontasi dengan Malaysia berakhir setelah tersingkirnya PKI dan melemahnya kekuasaan Presiden Soekarno dalam perpolitikan Indonesia.Keadaan itu ditandai dengan penandatanganan Persetujuan Bangkok antara Wakil Perdana Mentri atau Mentri Luar Negeri Malaysia yaitu Tun Abdul Razak dan Mentri Luar Negeri Indonesia Adam Malik,yang dilaksankan pada 28 Mei 1966. Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesaian konflik. Kekerasan berakhir bulan Juni, dan perjanjian perdamaian ditandatangani pada 11 Agustus dan diresmikan dua hari kemudian.
            Akhirnya kedua pihak antara Indonesia-Malaysia membuka kedutaan masing-masing pada tanggal 31 Agustus 1967. Dan hubungan diplomatic dengan Singapura pun dibuka,yang telah memproklamirkan pemisahan diri dari Malaysia. Meskipun peperangan terjadi antara Indonesia dan Malaysia sehingga menorehkan sejarah bangsa masing-masing,namun pada akhirnya negara serumpun ini berdamai dan hidup berdampingan sebagai tetangga. Walau kadang ada saja yang membuat hubungan Indonesia dan Malaysia menghangat dan kadang mendingin. [6]
Notes:
[1] Oktorino,Nino.2009.Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Indonesia Raya.Jakarta:PT Lentera Abadi. Hal: 244.
[2] Oktorino,Nino.2009.Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Indonesia Raya.Jakarta:PT Lentera Abadi. Hal: 245
[3]    Sudirman,Adi.2014.Sejarah Lengkap Indonesia.Jogjakarta:Diva Press. Hal: 340
 [4]  Artikel Kompas bertajuk "Sukarno, Malaysia, dan PKI" tanggal Sabtu, 29 September      2007
[5]    Sudirman,Adi.2014.Sejarah Lengkap Indonesia.Jogjakarta:Diva Press. Hal: 341
[6] Oktorino,Nino.2009.Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Indonesia Raya.Jakarta:PT Lentera Abadi. Hal: 245
[6]    Sudirman,Adi.2014.Sejarah Lengkap Indonesia.Jogjakarta:Diva Press. Hal: 341
Oktorino,Nino.2009.Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Indonesia Raya.Jakarta:PT Lentera Abadi. Hal: 245
http://kang-soerip.blogspot.com/2013/12/sejarah-soekarno-ganyang-malaysia.html
Daftar Pustaka
Oktorino,Nino.2009.Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Indonesia Raya.Jakarta:PT Lentera Abadi
Sudirman,Adi.2014.Sejarah Lengkap Indonesia.Jogjakarta:Diva Press

No comments:

Post a Comment