PERJALANAN INDISCHE PARTIJ

Amrina Rosada/SIIV/A
                        Pergerakan nasionalisme Indonesia dipengaruhi oleh adanya kaum terpelajar yang telah banyak bergaul dengan bangsa luar sehingga membuka mata mereka tentang kesadaran akan perasaan senasib sepenanggungan sebagai satu bangsa yang memiliki hak untuk menentukan arah hidupnya sendiri (self-determination).
            Budi Utomo adalah organisasi pertama yang berdiri di Indonesia. Namun, keanggotaan dalam Budi Utomo masihlah terbatas dan belum ada tanda-tanda perjuangan kemerdekaan. 25 Desember 1912, berdirilah sebuah partai politik pertama di Indonesia. Partai ini adalah partai yang secara terang-terangan memiliki tujuan untuk mencapai kemerdekaan bagi Indonesia. Ini adalah salah satu perwujudan dari adanya rasa nasionalisme anak-anak bangsa untuk menuntun ke arah kemerdekaan dan juga menggerakan bangsa agar sadar untuk bersatu demi kemerdekaan. Partai inilah yang mengawali politik anak bangsa meski salah satu pendirinya adalah seorang Indo. Partai ini adalah Indische Partij. Indische Partij adalah partai politik pertama di Hindia Belanda. Didirikan oleh tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat. Melalui partai ini, Ernest Douwes Dekker mendesak pemerintah untuk mengubah garis kebijaksanaan yang ditempuh. Politik "Etis" yang dilaksanakan Belanda sejak awal abad ke-20 dihantamnya. Seperti diketahui, garis "politik etis" itu tidak lagi memperlakukan Hindia-Belanda sebagai daerah eksploitasi, sapi perahan untuk kemakmuran negeri Belanda, tetapi dimaksudkan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat pribumi. [1]
            Douwes Dekker, ia melihat adanya keganjian dalam masyarakat colonial, khususnya diskriminasi antara keturunan belanda murni dan keturunan indo. Selain itu douwes dekker juga melihat penderitaan masyarakat Indonesia pada umumnya. Ia beranggapan bahwa nasib kaum indo tidak ditentukan oleh pemerintahan colonial, tetapi terletak dalam kerja sama dengan rakyat Indonesia lainnya.[2] Maka dari itulah tiga serangkai ini ingin menyadarkan bangsa Indonesia pada waktu itu untuk melawan diskriminasi antara keturunan belanda murni dan indo. Dan untuk mrngurang penderitaan para rakyat Indonesia.
            Julukan tiga serangkai ini di berikan pada tiga orang ini karena Ernest Douwes Dekker mengadakan dan dua orang temannya itu yaitu Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat melakukan aksi antikolonial sehingga mereka sering dianggap sebagai tiga serangkai.[3]
Asas perjuangan Indische Partij adalah nasionalisme dan kooperatif. Semboyannya berbunyi : Indie los van Holland (Hindia bebas dari Holland) dan Indie voor Inders (Hindia untuk orang Hindia). Keanggotaanya bersifat terbuka bagi semua orang tanpa pandang bulu, dengan tujuan: membangkitkan rasa cinta tanah air Indonesia - membangun kerja sama untuk kemajuan tanah air mempersiapkan tanah air bagi kehidupan bangsa yang merdeka  Propaganda dilakukan di mana-mana bahkan ke seluruh Jawa baik secara lisan maupun tertulis. Propaganda Indische Partij ini disambut dengan antusias oleh orang-orang yang anti penjajah sehingga partai ini sudah memiliki 30 cabang di seluruh Jawa.[4]
            Para pemimpin Indische Partij berusaha mendaftarkan status badan hukum dari Indische Partij kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda melalui sidang parlemen tetapi pada tanggal 11 Maret 1913, penolakan dikeluarkan oleh Gubernur Jendral Idenburg (wakil pemerintah Belanda di negara jajahan). Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap oleh pemerintah kolonial pada saat itu dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan bergerak dalam sebuah kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.[5]
            Dalam tindak-tanduknya, ketiga tokoh pendiri partai ini sudah diperhatikan oleh pemerintah Belanda. Tindakan-tindakan ini mulai nyata pada 21 Maret -23 Maret 1913, ketika Belanda akan merayakan upacara peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari Perancis (Napoleon) dengan menggunakan pungutan dana dari Hindia Belanda. Melalui karangan-karangannya, douwes dekker didalam Het Tijdschrift kemudian dilanjutkan di dalam de Express propagandanya meliputi pelaksanaa suatu program "Hindia" untuk setiap gerakan politik yang sehat dengan tujuan menghapuskan perhubungan colonial, menyadarkan golongan indo dan penduduk bumi putra, bahwa masa depan mereka terancam oleh bahaya yang sama, yaitu Eksploitasi Kolonial.[6]
            Indische partij berdiri di atas dasar nasionalime. Indonesia merupakan national home, tempat semua orang, baik keturunan pribumi, belanda, cina, arab, dan lain-lain yang mengakui hindia sebagai tanah air dan bangsanya. Faham ini dikenal dengan istilah Indische natiolisme, atau nasionalisme Hindia.
            Melalui majalah De Express, Suwardi Suryaningrat menulis sebuah artikel yang mengkritik pemerintah Belanda dengan judul "Als ik eens Nederlander was" (Jika Aku Seorang Belanda). Berikut kutipannya "Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengkongsi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingan sedikitpu. Seandainya aku seorang Belanda, aku protes peringatan yang akan diadakan itu.Aku akan peringatkan kawan-kawan penjajah ,bahwa sesungguhnya sangat berbahaya pada saat itu mengadakan perayaan peringatan kemerdekaan. Aku akan peringatkan semua bangsa Belanda jangan menyinggung peradaban bangsa Indonesia yang baru bangun dan menjadi berani.Sungguh aku akan protes sekeras-kerasn". [7] Akibat dari tindakan yang radikal melalui artikel tersebut ,pemerintah Belanda dibuat resah dan pada tanggal 31 Maret 1913 , tiga serangkai diasingkan (diinternir). Douwes Dekker dibuang ke Timor (Kupang). Tjipto Mangunkusumo dibuang ke Banda sedangkan Suwardi Suryaningrat dibuang ke Bangka. Tidak lama kemudian mereka dieksternir (diasingkan) ke Belanda, namun pada tahun 1914 ,Cipto Mangunkusumo diizinkan kembali karena masalah kesehatan. Pada tahun 1917 Douwes Dekker dibebaskan dari hukuman dan Suwardi Suryaningrat pada tahun 1918 ,lalu kembali ke Indonesia.Bersamaan dengan waktu pengasingan 3 serangkai dimulai, pemerintah Hindia Belanda telah membubarkan Indische Partij. Partai ini sudah dilarang karena sikapnya yang radikal untuk menuntut kemerdekaan ,namun perjuangan masih terus berlanjut. Sebagian besar anggotanya berkumpul lagi dalam Serikat Insulinde dan Comite Boemi Poetra. Pengalaman di pengasingan atau dibuang tidak membuat tokoh-tokoh 3 serangkai jera dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
            Selanjutnya, Indische Partij berganti nama menjadi nama partai insulinde. Azasnya adalah "membina semangat nasionalisme hindia dengan memperkuat cita-cita persatuan bangsa". Seluruh anggotanya ditekankan untuk menyebut dirinya"indiers" (orang local atau Indonesia). Kemudia douwes dekker dan kawan-kawan dari negeri Belanda tahun 1918 tidak begitu bearti bagi partai Inulinde. Pada tahun 1919, Insulinde berganti nama menjadi National Indische Partij (NIP). Dalam perkembangannya, NIP tidak mempunyai pengaruh yang cukup terhadap rakyat Indonesia. Bahkan, akhirnya NIP hanya perkumpulan orang-orang terpelajar saja.
Notes:
[2]. alfian, Magdalena dkk. 2007. Sejarah SMA dan MA kelas XI. Jakarkata. Esis. Hal: 94
[6]. Tim nasional penulisan sejarah Indonesia. 2008. Zaman kebangkitan nasional dan masa hindia belanda. Jakarta. Balai pustaka. Hal: 350
Daftar pustaka:
alfian, Magdalena dkk. 2007. Sejarah SMA dan MA kelas XI. Jakarkata. Esis.
Tim nasional penulisan sejarah Indonesia. 2008. Zaman kebangkitan nasional dan masa hindia belanda. Jakarta. Balai pustaka.

Pendidikan Pada Masa Pembaruan di Mesir

Kiki Amalia/SP
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam kemajuan suatu negara. Pendidikan yang baik akan menghasilkan generasi yang baik sehingga akan berdampak bagi negara dan bangsa lebih maju. Setiap negara menyelenggarakan pendidikan sebagai upaya untuk membangun bangsa. Mesir terletak di bagian timur laut benua Afrika dan semenanjung sinai di Barat Daya benua Asia merupakan negara yang fokus pada sektor pendidikan untuk memajukan negaranya.
Mesir memiliki sistem pendidikan secara keseluruhan terbesar di Timur Tengah dan telah berkembang dengan pesat sejak awal 1990-an. Dalam beberapa tahun terakhir pemerintah Mesir telahdiberikan prioritas yang besar dalam memperbaiki sistem pendidikan. Menurut Indek Pembangunan Manusia (IPM), Mesir menempati peringkat ke 116 di IPM. Dengan bantuan Bank Dunia dan organisasi-organisasi multilateral lainnya Mesir bertujuan untuk meningkatkan akses pada perawatan anak usia dini dan pendidikan serta masuknya ITC di semua tingkat pendidikan, terutama pada tingkat tersier.[1]
Mesir terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di dunia, misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil Ramses. Mesir diakui secara luas sebagai pusat budaya dan politikal utama di wilayah Arab dan Timur Tengah. Secara histori, modernisasi pendidikan Mesir berawal dari oengenalan kemajuan ilmu oengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai Napoleon Bonaparte yangberkabangsaan Perancis ini memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharuan Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnam. Diantara tokoh-tokoh tersebut Muhammad Ali Pasya, Al-Tahtawi, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Jamaluddin al-Afgany, Ali Mubarak, dan Thaha Husain. [2]
1.                       Muhammad Ali Pasya
Setelah ekspedisi Napoleon Bonaparte, muncul dua kekuatan basar di Mesir yakni kubu Khursyid Pasya dan kubu Mamluk Muhammd Ali mengadu domba kadua kubu tersebut dan akhirnya berhasil menguasai Mesir. Rakyat semakin simpatik dan mengangkat sebagai wali di Mesir. Posisi inilah kemudian memungkinkan beliau melakukan perubahan yang berguna bagi masyarakat Mesir.
Salah satu bidang yang menjadi sentral pembaharuanya adalah bidang militer dan bidan-bidang yang bersangkutan dengan bidang militer termasuk pendidikan. Kemajuan dibidang ini tidak mungkin dicapai tanpa dukungan ilmu pengetahuan modern. Atas dasar ini lah sehingga perhatian di bidang mendapatkan prioritas utama. Muhammad Ali Pasya tidak pandai bacatulis, tetapi ia memahami betapa pantingnya arti pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk kemajuan suatu negara. Ini terbukti dengan dibentuknya Kementerian Pendidikan untuk pertama kalinya di Mesir dibuka sekolah militer (1815), sekolah teknik (1816), dan sekolah penerjemahan (1836). Selain mendirikan sekolah beliau juga mengirim pelajar-pelajar ke Eropa terutama ke Paris ±300 orang. Setelah mereka kembali ke Mesir diberi tugas menerjemahkan buku-buku Eropa ke dalam bahasa Arab di samping mengajar di sekolah-sekolah yang ada di Mesir.
Philip K.Hitty mengemukakan bahwa Muhammad Ali Pasya tidak hanya menerapkan corak dan model pendidikan Barat, tapi juga mempercayakan pendidikan kepada orang Barat, bahkan gurunya kebanyakan didatangkan dari Eropa.
Keberhasilan di bidang militer telah merubah Mesir menjadi negara modern yang kekuatannya mampu menandingi kekuatan militer  Kerajaan Usmani serta bermunculanlah para tokoh intelektual diMesir yangkelak melanjutkan gagasan-gagasan beliau khususnya dalam bidang pendidikan.
2.                        Al-Tahtawi
Beliau sangat berjasa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan di Mesir karena menguasai berbagai bahasa asing dan berhasil mendirikan sekolah penerjemahan dan menjadikan bahasaasing tertentu sebagai pelajaran wajib di sekolah.
Diantara pendapat baru yang dikemukakannya adalah pendidikan yang universal. Sasaran pendidikannya terutama ditunjukan kepada pemberian kesempatanyang sama antara laki-laki dan perempuan di tengahmasyarakat. Menurutnya, perbaikan pendidikan hendaknya dimulai dengan memberikan kesempatan belajar yangsama antara pria dan wanita, sebab wanita itu memegang posisi yang menentukan dalam pendidikan. Wanita yang terdidik akan menjadi isteri dan ibu rumah tangga yang berhasil. Mereka yang diharapkan melahirkan putra-putri yang cerdas.
Bagi al-Tahtawi, pendidikan itu sebaiknya dibagi dalam tiga tahapan. Tahap I adalah pendidikan dasar, diberikan secara umum kepada anak-anak dengan materi pelajaran dasar tulis baca, berhitung, al-Qur'an, agama, dan matematika. Tahap II, pendidikan menengah, materinya berkisar pada ilmu sastra, ilmu alam, biologi, bahasa asing, dan ilmu-ilmu keterampilan. Tahap III, adalah pendidikan tinggi yang tugas utamanya adalah menyiapkan tenaga ahli dalam berbagai disiplin ilmu.
Dalam proses belajar mengajar, al-Tahtawi menganjurkan terjalinnya cinta dan kasih sayang antara guru dan murid, laksana ayah dan anaknya. Pendidik hendaknya memiliki kesabaran dan kasih sayang dalam proses belajar mengajar. Ia tidak menyetujui penggunaan kekerasan, pemukulan, dan semacamnya, sebab merusak perkembangan anak didik. Dengan demikian, dipahami bahwa al-Tahtawi sangat memperhatikan metode mengajar dengan pendekatan psikologi belajar. [3]
3.                       Muhammad Abduh
Abduh adalah salah satu seorang murid Afgani. Beliau aangat terkenal khussunya dalam bidang pemikiran rasional sehingga digelar New Muttazilah. Namun demikian, beliau tidak ketinggalan dalam bidang pendidikan bahkan setelah menamatkan studinya di al-Azhar pada tahun 1877, beliau mengajar di berbagai tempat termasuk almamaternya sendiri.
Menurut Abduh, pendidikan merupakan lembaga yang paling strategis untuk mengadakan pembaharuan-pembaharuan sosial secara sistematis. Gagasannya yang paling mendasar dalam sistem pendidikan adalah bahwa ia sangat menentang sistem dualisme. Menurutnya, dalam lembaga-lembaga pendidikan umum harus diajarkan agama. Sebaliknya, dalam lembaga-lembaga pendidikan agama harus diajarkan ilmu pengetahuan modern.
Usaha yang dilakukan oleh Abduh dalam mewujudkan gagasan pembaharuannya adalah melalui Universitas al-Azhar. Menurutnya, seluruh kurikulum pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan saat itu. Ilmu-ilmu filsafat dan logika yang sebelumnya tidak diajarkan, dihidupkan kembali. Demikian juga dengan ilmu-ilmu umum perlu diajarkan di al-Azhar. Dengan memasukkan ilmu pengetahuan modern ke lembaga-lembaga pendidikan agama dan sebaliknya, dimaksudkan untuk memperkecil jurang pemisah antara golongan ulama dan ahli modern, dan diharapkan kedua golongan ini bersatu dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul di zaman modern. [4]
4.                       Rasyid Ridha
Rasyid Ridha sangat terkenal bersama denan Abduh (gurunya) menerbitkan majalah al-Manar yang kemudian menjadi sebuah tafsir modern yang bernama Tafsir al-Manar.
Dalam bidang pendidikan, Rasyid Ridha memandang bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bertentangan dengan Islam. Oleh karena itu, peradaban Barat modern harus dipelajari oleh umat Islam. Hal ini relevan dengan pendapat gurunya (Muhammad Abduh) bahwa ilmu pengetahuan yang berkembang di Barat wajib dipelajari umat Islam untuk kemajuan mereka. Beliau juga berpendapat bahwa mengambil ilmu pengetahuan Barat modern sebenarnya mengambil kembali ilmu pengetahuan yang pernah dimiliki umat Islam.
Usaha yang dilakukan di bidang pendidikan adalah membangun sekolah misi Islam dengan tujuan utama untuk mencetak kader-kader Muballig yang tangguh, sebagai imbangan terhadap sekolah misionaris Kristen. Sekolah tersebut didirikan pada tahun 1912 di Kairo dengan nama Madrasah al-Dakwah wa al-Irsyad. Dalam lembaga tersebut Ridha memadukan antara kurikulum Barat dan kurikulum yang biasa diberikan madrasah tradisional.
5.                       Jamaluddin al-Afgany
Afgany terkenal sebgai mubalig kondang dan suka berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya untuk membangkitkan semangat umat Islam untuk bangkit melawan penjajahan Barat secara bersatu. Salah satu idenya yang sangat terkenal adalah Pan Islamisme. Oleh karena itu beliau lebih dikenal sebagai tokoh pembaharuan di bidang politik dibandingkan pembaharuan di bidang pendidikan.
Menurut Afgany, ilmu pengetahuan yang dapat menundukkan suatu bangsa, dan ilmu pula sebenarnya yang berkuasa di dunia ini yang kadangkala berpusat di Timur ataupun di Barat. Ilmu juga yang mengembangkan pertanian, industri, dan perdagangan, yang menyebabkan penumpukan kekayaan dan harta. Tetapi filsafat menurutnya merupakan ilmu yang laping teratas kedudukannya di antara ilmu-ilmu yang lain.
Selain itu beliau juga dikenal sebagai pejuang prinsip egaliter yang universal. Salah satu gagasannya adalah persamaan manusia antara laki-laki dan perempuan. Menurutnya keduanya mempunyai akal untuk berpikir, maka tidak ada tantangan bagi wanita bekerja di luar jika situasi menginginkan.
Ini membuktikan bahwa pendidikan bagi beliau mendapat prioritas utama agar umat Islam bisa bangkit dari keterpurukan menuju kemajuan. Dalam hal menuntut ilmu tidak dibatasi kepada laki-laki saja melainkan perempuan pun harus ikut andil dalam bidang pendidikan tersebut. [5]
6.                       Ali Mubarak
Beliau dipandang sebagai pelopor pendidikan modern di Mesir karena mampu memadukan antara pendidikan yang berazaskan Islam dengan pendidikan Barat yang diperolehnya ketika belajar di Perancis.
Ali Mubarak dipandang sebagai peletak dasar dari Laihah Rajab, semacam rencana pendidikan yang terpadu bagi bangsa Mesir yang berdasarkan kerakyatan dengan sasaran pengembangan lembaga pendidikan, penelitian lembaga pendidikan di daerah dan penerbitan administrasi pendidikan yang dipusatkan di kantor pemerintah daerah.
Sebagai hasil dari Laihah Rajab itu, lembaga-lembaga pendidikan berkembang dengan pesat, baik kualitas maupun kuantitas, tetapi keasliannya tetap terpelihara. Pada perkembangan selanjutnya mendapat pengakuan yang wajar dari pemerintah mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
7.                       Thaha Husain
Beliau sangat berhasil dalam pendidikan. Terbukti setelah selesai di al-Azhar, kemudian ke Perancis untuk memperdalam ilmu pengetahuannya. Dan sekembalinya di Mesir, beliau diangkat menjadi pejabat penting dalam pemerintahan khususnya dalam urusan kementerian pendidikan.
Untuk meningkatkan intelektual umat Islam, beliau melihat bahwa perguruan tinggi adalah sarana terbaik mencetak ilmuwan dan tenaga ahli yang diharapkan melakukan perubahan-perubahan fundamental yang dapat memajukan Mesir yang saat itu masih berada pada kondisi yang memprihatinkan dan terkebelakang dalam berbagai bidang khususnya pendidikan, di banding dengan Dunia Barat.
Menurut beliau, universitas tersebut mencerminkan intelektual, keilmiahan, dan memiliki metode analisis modern. Kemerdekaan intelektual dan kemerdekaan jiwa menurutnya hanya bisa diperoleh melalui kemerdekaan ilmu dan intelektual.
Untuk mendapatkan kemerdekaan ilmu dan intelektual, maka beliau menegaskan agar sistem pendidikan Mesir harus didasarkan pada sistem dan metode Barat sejak tingkat menengah sampai ke Perguruan Tinggi, demikian juga metode penelitiannya.
Gagasan Thaha Husain ini memiliki arti penting bagi kemajuan ilmu pengetahuan di Mesir karena mampu melahirkan inovasi-inovasi baru dalam bidang pendidikan dan di sinilah muncul kemampuan belajar efektif dalam belajar yang sesungguhnya.[6]
Sistem pendidikan di mesir terdapat dua sistem yaitu Sistem Pendidikan Kebangsaan dan Sistem Pendidikan Al-Azhar.
1.                       Sistem Pendidikan Kebangsaan
Di bawah sistem ini, persekolahan peringkat rendah dan menengah ditadbir oleh Kementerian Pelajaran dan peringkat persekolahan tinggi ditadbir oleh Kementerian Pelajaran Tinggi. Tempo pengajian di bawah sistem ini adalah seperti berikut:
1.              Peringkat rendah (ibtadai)                  : 6 tahun
2.              Peringkat menengah rendah (i'dadi)   : 3 tahun
3.              Peringkat menengah atas (thanawi)    : 3 tahun
4.              Peringkat universitas (jamiah) : 4-6 tahun
Terdapat 11 universitas dibawah Sistem Pendidikan Kebangsaan yaitu:
1.             Universitas Kaherah
2.             Universitas Ain Shams
3.             Universitas Al-Menia
4.             Universitas Mansourah
5.             Universitas Helwan
6.             Universitas Terusan Suez
7.             Universitas Iskandariah
8.             Universitas Asyut
9.             Universitas Tanta
10.         Universitas Zaqaziq
11.         Universitas Al-Manoufia
2.                       Sistem Pendidikan Al-Azhar
Semua pusat pengajian Al-Azhar daaripeirngkta rendah hingga peringkat tinggi terletak di bawah pentadbiran Majelis Tertinggi Al-Azhar yang dipengerusikan oleh Syeikh Al-Azhar. Tempoh pengajian di bawah sistem ini adalah seperti berikut:
1.             Peringkat rendah (ibtadai)                   : 6 tahun
2.             Peringkat menengah rendah (i'dadi)   : 3 tahun
3.             Peringkat menengah atas (thanawi)    : 4 tahun
4.             Peringkat universitas (jamiah)             : 4-6 tahun
Mulai sesi 1992/1993, pihak Universitas Al-Azhar mula menghantar sebahagian pelajar-pelajar Malaysia ke tujuh buah cawangannya di luar Kaherah yaitu Iskandariah, Damanhur, Tanta, Mansourah, Zaqazik, Shibin El-Kom, dan Dumyat. Pihak universitas ini turut mengadakan fakulti yang berasingan di antara pelajar lelaki dan pelajar perempuan.
Sistem pendidikan di Mesir, baik disekolah negeri maupun Al-Azhar, dan pendidikan swasta lainnya, memang mewajibkan pelajar Muslim untuk menghafal Al-Quran. Selain itu, pengajian di mesjid-mesjid bagi jamaah, khususnya anak-anak sekolah juga berperan penting untuk mendorong warga mnghafal Al-Quran.
Sistem pendidikan di Mesir, sejak taman kanak-kanak sudah diwajibkan menghafal Al-Quran. Di Universitas Al-Azhar, misalnya bagi mahasiswaMesir program S-1 diwajibkan menghafal 15 juz (setengah) Al-Quran, program S-2 diwajibkan menghafal seluruh Al-Quran. Adapun program S-3 tinggal diuji hafalan sebelumnya.
Kewajiban menghafal Al-Quran  ini tidak berlaku bagi mahasiswa asing non-Arab, di mana program S-1 di ringankan, yaitu hanya diwajibkan hafalan delapan juz Al-Quran, dan program S-2 sebanyak 15 juz Al-Quran, sementara program S-3 baru diwajibkan hafal  seluruh Al-Quran.
Sementara itu, pemerintah Mesir dilaporkan setiap tahun mengalokasikan dana khusus sebesar 25 juta dolar AS (1,2 miliyar pound Mesir) untuk penghargaan bagi penghafalan Al-Quran. Penghargaan itu diberikan setiap peringatan hari-hari besar Islam bagi pemenang hifzul (penghafal) Al-Quran, berupa uang tunai maupun dalam bentuk beasiswa dan tunjangan hidup. Sudah menjadi tradisi di negeri Seribu Menara itu, perlombaan hafal Al-Quran di setiap hari-hari besar Islam dilakukan secara serentak dari tingkat pusat hingga ke daerah-daerah.[7]
Notes:
[1]          George Ienczowski. Timur Tengah di Tengah Kanca Dunia. Bandung: Sinar Baru Algen Sindo.
[2]          Drs. Abd. Rachman Assegaf, M.A. Internasionalisasi Pendidikan, Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-negara Islam dan Barat. Gama Media. Yogyakarta. 2003.

SEJARAH PENDIDIKAN KOREA


Agusniyarni/sp
Sejarah korea dimulai dari mitologi pendiri korea ,Dangun sampai masa tiga kerajaan yaitu masa kerajaan Silla bersatu, masa kerajaan Koryo,Masa kerajaan Chosun masa penjajahan jepang serta pembagian korea utara dan korea selatan  Serta masa Revoblik Korea.Menurut teks-teks kuno,pendidikan dikorea telah ada semenjak zaman tiga kerajaan (57 Sm-668M) dibawah system pendidikan cina yang memang sangat maju pada zaman itu.Pada tahun 372 institusi pendidikan tinggi dengan nama Taehak(Akademi Konfusius nasional)didirikan oleh kerajaan koguryo(37SM-668SM).institusi serupa dengan nama Kuhak(universitas konfisius terkenal)juga didrikan pada tahun 682ketika masa pemerintahan kerajaan shilla(57 SM-935M).
Kerajaan shilla juga menceritakan system pelatihan unik yang dinamakan Hwarangdo, untuk melatih para pemuda pemudi bangsawan.dan pada zaman ini hingga abad ke19 pendiddikan dikorea memfokuskan pada  mempelajari literature-literatur Cina dan Konfusionisme,hingga pada akhir abad ke 19  ketika korea membuka diri terhadap barat dan mulai juga mengadopsi pen doididkan model barat.
Dikorea juga terdapat kuil yang dinamakan kuil Seoul Munmyo,adalah sebuah kuil yang terletak di daerah seoul korea selatan,kuil seol munyo ini didirikan pada masa dinasti joseon pada tahun 1398,dan merupakan kuil konfisius tertua di korea ,yang terletak didalam konflek universitas Seonggyungwan,yang merupakan akademisi konfisius tertua dikorea,dan kuil itu sakarang dilestarikan oleh pemerintah korea selatan sebagai situs bersejarah ,dikorea.
Dikorea juga banyak tokoh –tokoh yang memperlapori pendidikan diantaranya  Yi sajudang,dimana dia menciptakan sebuah buku yang dinamakan buku"Taegyo Sangi" dimana isi buku ini mengenai petunjuk pra kelahiran  yang ditulis dengan huruf Cina  yang dibuat pada tahun 1800, yisudang  yang mementingkan pendidikan anak merasa kesal karena tidak ada buku yang berkaitan dengan pendididkan kelahiran.dan dia menulis buku ini berdasarkan sumber-sumber dari buku kuno.dan buku tulisannya ini sangatlah berpengaruh terhadap korea saat itu.dan pada saat modern saat ini buku itu masih digunakan karena ,buku ini dirasa sangat penting.[3]
Namun sekarang pendidikan di korea mirip dengan pendidikan di Indonesia yaitu enam tahun pendidikan awal dan 3 tahun pendidikan menengah atas dan setyelah itu baru kemudian pendidikan tinggi.usia sekolah dasarpun sama dengan usia sekolah dasar diindonesia yaitu mulai sekitar usia 6 tahun ,dan untuk tinggkat seterusnya pun tak jauh berbeda dari Indonesia.Namun beda halnya dengan pendidikan di korea utara dikendalikan oleh pemerintah dan wajib sampai jenjang menengah pertama .pendidkan di korea utara gratis dan negara menyediakan bagi siswa yang tidak mampu fasilitas pengajaran dan pendidikan gratis ,tetapi juga seragam dan buku panduan ,Heurestika secara aktif diterapkan  untuk membangun kemandirian dan keaktifan para siswa ,pendididkan  wajib berlangsung sebelas tahun dan melewati satu tahun pendidikan para sekolah 3tahun pendidkan dasar dan 6tahun pendidikan menengah  dan kurikulum sekolah di korea utara terdiri dari pokok-pokok bahasan akademik dan politik.[1]
Sekolah dasar dianggap sebagai sekolah rakyat dan anak-anak belajar  disekolahg ini pada umur 6-9 tahun.mereka kemudian melanjutkan kesekolah lanjutan umum atau sekolah lanjutan kejuruan bergantung pada kemampuan masing-masing ,mereka masuk kesekolah kejuruan pada umur 10 tahun dan menyudahi sampai usia 16 tahun.Pendidikan tinggi dikorea utara ini tidaklah wajib ,dean tahapan ini terdiri dari 2 sistem yaitu pendidikan tinggi akademik dan pendidkan tinggi untuk pendidikan berlanjut.
Sistem pendidkan tinggi akademik meliputi 3 jenis lembaga  yaitu:universitas,sekolah professional,dan sekolah teknik,dan tahap sarjana atau megister dan doctoral diserahkan kepada universitas bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan dan 2 universitas yang terkenal dikorea utara adalah Universitas Kim II-Sung dan universitas sains dan teknologi ryongyang dan kedua-dua nya itu terletak di Pyongyang.dan korea utara merupakan salah satu Negara yang melek huruf didunia dengan proporsi 99%.
Dan ujian masuk perguruan tinggi di korea ini sangatl;ah sulit .dan mungkin ini adalah salah satu penyebaba kenapa pelajar disana belajar dengan keras kompetisi masuk peguruan tinggi disana sangatlah kuat,walaupun akhir-akhir ini tidaklah setinggi dulu karena semakin banyaknya pelajar-pelajar  yang diterima oleh universitas-universitas  itu akibat penambahan kapasitas.penilaian dalam memasuki universitas ialah kombinasi dari pencapaian selama sma digabungkan dengan nilai ketika tes skolastik secara nasionalagar berbeda dari Negara lain yang hanya menillai dari hasil Snmptn saja. Rapor ketika Sma menyumbang 40%  dalm penentuan kelulusan akan tetapi ujian sekolah sama pentingnya dengan ujian masuk perguruan tinggi(yang disebut suneung ,tes kemampuan skolastik untuk masuk perguruan tinggi)maka pelajar disana tidak mempunyai waktu yang santai .meneurut statistic para pelajar di korea  menghapal 60-100 halaman setiap kali tes untuk bias mendapatkan nilai bagus.
Tes untuk masuk unversitas sangatlah penting karena menentukan masa depan siswa tersebut saking pentingnya ketiaka masa-masa mendekati ujian perkantoran buka jam 10 pagi untuk mengkomodasi para orang tua yang menemani anaknya belajar hingga malam ,dan pada sore harinya klub bermain juga tutup lebih awal.dan pada saat ujian polisi-polisi tidak segan untuk menemani mengantar anak-anak yang terlambat  dalam m,engikuti ujian .
Dan dikorea ada namanya program penilaian siswa internasional (program for Internasional Student Assigment)yang dijalankan oleh  OECD .dan walau pun siswa-siswa dikorea selatan mendapatkan rangking tinggi  pada tes komparatif internasional system pendidkan nya seringkali dikritik karena menerapkan cara pembelajaran yang pasif dan terlalu banyak menghafal.sistem pendidkan disini teratur karena menerapkan system konfisiusme yang tertanam sejak lama dari masyarakat korea.pendidikan dilihat sebagai  aspek penting dalam keberhasilan dan persaingan di negri ginseng ini.[2]
Dinegara ini terdapat lima mata pelajarang yang paling diutamakan diantaranya sebagai berikut:metematika,sains,bahasa korea,studi social,dan bahasa inggris.biasanya pendidikan fisik  atau olahraga dianggap tidak terlalu penting makanya banyak sekolah yang tidak memiliki gymnasium yang layak ,dan korea selatan merupakan Negara pertama  yang memberikan  akses internet yang berkecepatan tinggi di setiap sekolah.korea Institute For Curriculum  and Evulation (KICE) mengeluarkan hasil laporan Trend in Internationals Mathematics and Science Study(TIMSS) tahun 2011 yang diikuti oleh 300.000 siswa kelas 4  dari 50 negara  dan 300.000 siswa kelas 8 dari 42 negara.dan hasilnya siswa kelas 4 dikorea selatan meraih skor rata-rata 605 dalam matematik yaitu peringkat kedua dibelakang singapura  dan dalam bidang sains siswa-siswa korea selatan mendapatkan peringkat pertama dengan skor 587 point.prestasi ini pun diikuti oleh siswa kelas 8dalam matematik dan memperoleh  nilai 613,nilai tertinggi dari 42 negara lainnya ,sedangkan untuk sains  mereka menempati posisi ketiga dengan nilai 560. System pendidikan di korea berbeda dengan Negara Indonesia karena dikorea itu ada nama nya pendidkan wajib militer maka pada usia 22-24 tahun para remaja sudah bisa menyelesaikan kuliahnya anka rata-rata pria korea menyandang gelar sarjana (S1) pada umur 27. Karena mereka harus cuti dulu atau setelah lulus SMA langsung mengikuti wajib militer dulu sebelum meneruskan kuliah.
Namun dapat disimpulkan berbagai fakta system pendidkan di korea diantaranya sebagai berikut:
1.Siswa dikorea tidak ada yang merokok dan jika ketahuan merokok ia akan langsung dikeluarkan .
2.SMK di korea tidak ada ujian nasional karena lebih berfokus kepada kemampuan produktif tau keahlian.
3.Suneung atau ujian masuk perguruan tinggi di korea dilaksanankan pada setiap tanggal 13 November dan merupakan moment unik.
4.Suneung sangat ditunggu para pelajar kelas 3 SMA di korea karena pada hari itu mereka mati-matian untuk mengerjakan soal tes.
5.Keluarga biasanya membawakan siswa yang ikut ujian spanduk,yang bertujuan untuk memberikan penyemangat bagi anaknya.
6.Pelajar kelas 3 SMA dikorea sudah dibebaskan tugas rumah dan hanya disuruh konsen belajar untuk Suneung.
7.Saat seneung apabiloa lokasi ujian dekat dengan bandara ,stasiun, maka stasiun atau bandara tersebut  ditutup selam ujian.
8.saudara atau keluarga juga banyak memberikan hadsiah kepelajar sebelum mengikuti ujian.
9.Adik kelas juga ikut menyemangati kakak kelasnya yang ikut ujian dengan cara chearsleaders atau dengan yel-yel.
10.Peserta ujian juga ada pantangan memakan ssup rumput karena Licin,dan licin sama artinya dengan jatuh atau gagal.[4]
Notes:
[1] Pearl S Buch(1987) Negara dan Bangsa Jilid 4.PT.Widya Dara.terbitan khusus Grolier internasional.INC.
[2] Sejarah korea.Nur aini setiawati UGM pres 2003
[3] http://upaupapuspa.blogspot.com/2011/04/pendidikan-di-korea-selatan.html.
[4] http://konsultanpendidikan.com/2013/07/22/mengenai-lebih-dalam-tentang-negeri-ginseng-sistem-pendidkan-korea-selatan-part-1/.