Showing posts with label INDONESIA ZAMAN HINDU-BUDHA. Show all posts
Showing posts with label INDONESIA ZAMAN HINDU-BUDHA. Show all posts

KERAJAAN SRIWIJAYA

MAMAN KURNIAWAN / PIS

Sriwijaya adalah nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing bagi Anda, karena Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara pada waktu itu (abad 7 - 15 M).
Jika Anda ingin mengetahui perkembangan Sriwijaya hingga mencapai puncak kebesarannya sebagai kerajaan Maritim, maka Anda harus mengetahui terlebih dahulu sumber-sumber sejarah yang membuktikan keberadaan kerajaan tersebut.
Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijaya selain berasal dari dalam juga berasal dari luar seperti dari Cina, India, Arab, Persia.

Sumber-sumber dari dalam negeri
Sumber dari dalam negeri berupa prasasti yang berjumlah 6 buah yang menggunakan bahasa Melayu Kuno   dan huruf Pallawa, serta telah menggunakan angka tahun Saka.Untuk mengetahui keberadaan prasasti tersebut, simaklah uraian materi berikut ini!
a. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Kedukan Bukit, di tepi sungai Talang dekat Palembang, berangka tahun 605 Saka atau 683 M. Isi prasasti tersebut menceritakan perjalanan suci/Sidayatra yang dilakukan Dapunta Hyang, berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara sebanyak 20.000 orang. Dari perjalanan tersebut berhasil menaklukkan beberapa daerah.
b. Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat kota Palembang berangka tahun 606 Saka / 684 M. Prasasti ini menceritakan pembuatan Taman Sriksetra untuk kemakmuran semua makhluk dan terdapat doa-doa yang bersifat Budha Mahayana.
c. Prasasti Telaga Batu ditemukan di Telaga Batu dekat Palembang berangka tahun 683 M.
d. Prasasti Kota Kapur ditemukan di Kota Kapur pulau Bangka berangka tahun 608 Saka / 686 M.
e. Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi tidak berangka tahun.
f. Prasasti Palas Pasemah ditemukan di Lampung Selatan tidak berangka tahun.

Keempat Prasasti yang disebut terakhir yaitu Prasasti Telaga Batu, Kota Kapur, Karang bukit, dan Palas Pasemah menjelaskan isi yang sama yaitu berupa kutukan terhadap siapa saja yang tidak tunduk kepada raja Sriwijaya.
Dari penjelasan tentang prasasti-prasasti tersebut, apakah Anda dapat memahami keberadaan kerajaan Sriwijaya? Untuk menambah lagi pemahaman Anda simaklah uraian materi tentang sumber-sumber sejarah Sriwijaya yang berasal dari luar negeri baik yang berupa prasasti maupun berita Cina dan Arab.

Sumber-sumber prasasti
Sumber yang berupa prasasti ditemukan di Semenanjung Melayu berangka tahun 775 M yang menjelaskan tentang pendirian sebuah pangkalan di Semenanjung Melayu, daerah Ligor. Untuk itu prasasti tersebut, diberi nama Prasasti Ligor.
Prasasti berikutnya ditemukan di India di kota Nalanda yang berasal dari abad ke 9 M. Prasasti tersebut menjelaskan pendirian Wihara oleh Balaputradewa raja Sriwijaya.
Sumber Berita Asing
Di samping prasasti-prasasti, keberadaan Sriwijaya juga diperkuat dengan adanya beritaberita Cina maupun berita Arab,Berita Cina, diperoleh dari I-Tshing seorang pendeta Cina yang sering datang ke Sriwijaya sejak tahun 672 M, yang menceritakan bahwa di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang menguasai agama seperti di India dan di samping itu juga, berita dari dinasti Sung yang menceritakan tentang pengiriman utusan dari Sriwijaya tahun 971 - 992 M.
Nama kerajaan Sriwijaya dalam berita Cina tersebut, disebut dengan Shih-lo-fo-shih atau Fo-shih, sedangkan dari berita Arab Sriwijaya disebut dengan Zabag/Zabay atau dengan sebutan Sribuza. Dari berita-berita Arab dijelaskan tentang kekuasaan dan kebesaran serta kekayaan Sriwijaya.Demikianlah bukti-bukti tentang sumber dari luar negeri yang menjelaskan keberadaan Sriwijaya, sehingga melalui sumber-sumber tersebut dapat diketahui perkembangan Sriwijaya dalam berbagai aspek kehidupan.
Untuk mengetahui lebih jelas perkembangan Sriwijaya dalam aspek-aspek kehidupan tersebut, maka simak uraian materi berikut ini.
Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik. Dapat diketahui bahwa raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga, dengan pusat kerajaannya ada 2 pendapat yaitu pendapat pertama yang menyebutkan pusat Sriwijaya di Palembang karena daerah tersebut banyak ditemukan prasasti Sriwijaya dan adanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan.

Sedangkan pendapat kedua letak Sriwijaya di Minangatamwan yaitu daerah pertemuan sungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan yang diperkirakan daerah Binaga yaitu terletak di Jambi yang juga strategis untuk perdagangan.Dari dua pendapat tersebut, maka oleh ahli menyimpulkan bahwa pada mulanya Sriwijaya berpusat di Palembang. Kemudian dipindahkan ke Minangatamwan.
Untuk selanjutnya Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui keberhasilan politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya untuk perdagangan. Hal ini sesuai dengan prasasti yang ditemukan Lampung, Bangka, dan Ligor. Bahkan melalui benteng I-tshing bahwa Kedah di pulau Penang juga dikuasai Sriwijaya.Dengan demikian Sriwijaya bukan lagi sebagai negara senusa atau satu pulau, tetapi sudah merupakan negara antar nusa karena penguasaannya atas beberapa pulau. Bahkan ada yang berpendapat Sriwijaya adalah negara kesatuan pertama. Karena kekuasaannya luas dan berperan sebagai negara besar di Asia Tenggara (M.Yamin).
Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Sriwijaya memiliki letak yang strategis di jalur pelayaran dan perdagangan Internasional Asia Tenggara. Dengan letak yang strategis tersebut maka Sriwijaya berkembang menjadi pusat perdagangan dan menjadi pelabuhan Transito sehingga dapat menimbun barang dari dalam maupun luar.

Dengan demikian kedudukan Sriwijaya dalam perdagangan internasional sangat baik. Hal ini juga didukung oleh pemerintahan raja yang cakap dan bijaksana seperti Balaputradewa. Pada masanya Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat yang mampu menjamin keamanan di jalurjalur pelayaran yang menuju Sriwijaya, sehingga banyak pedagang dari luar yang singgah dan berdagang di wilayah kekuasaan Sriwijaya tersebut.
Dengan adanya pedagang-pedagang dari luar yang singgah maka penghasilan Sriwijaya meningkat dengan pesat. Peningkatan diperoleh dari pembayaran upeti, pajak maupun keuntungan dari hasil perdagangan dengan demikian Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan yang besar dan makmur.

DAFTAR PUSTAKA
Riley-Smith, Jonathan, editor. The Oxford History of the Crusades. Oxford: 2002. ISBN 0-19-280312-3.
http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=118&fname=sej106_08.htm

PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA


Anisa Mutiara Priyadi/PIS
            Tersebarnya pengaruh Hindu dan Buddha di Indonesia menyebabkan terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan-perubahan itu terlihat dengan jelas pada kehidupan masyarakat Indonesia di berbagai daerah di Indonesia.
1.      Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat di Berbagai Daerah dengan Tradisi Hindu-Buddha
Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia menimbulkan perpaduan budaya antara budaya Indonesia dengan budaya Hindu-Buddha. Perpaduan dua budaya yang berbeda ini dapat disebut dengan akulturasi, yaitu dua unsure kebudayaan bertemu dan dapat hidup berdampingan serta saling mengisi dan tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut.
Namun, sebelum masuknya pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat di wilayah Indonesia telah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia diterima dan diolah serta disesuaikan dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia, tanpa menghilangkan unsur-unsur asli.
Oleh karena itu, kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitu saja. Hal ini disebabkan :
·         Masyarakat di Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayan yang cukup tinggi, sehingga masuknya kebudayaan asing menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
·         Masyarakat di Indonesia memiliki kecakapan istimewa yang disebut dengan local genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadiannya.
Munculnya pengaruh Hindu-Buddha (india) di Indonesia sangat besar dan dapat terlihat melalui beberapa hal seperti :
a.      Seni Bangunan
Seni bangunan yang menjadi bukti berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia pada bangunan Candi. Candi Hindu maupun Candi Buddha yang ditemukan di Sumatera, Jawa dan Bali pada dasarnya merupakan perwujudan akulturasi budaya local dengan bangsa India. Pola dasar candi merupakan perkembangan dari zaman prasejarah tradisi megalitikum, yaitu bangunan punden berundak yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha, sehingga menjadi wujud candi, seperti Candi Borobudur.
b.       Seni Rupa/Seni Lukis
Unsur seni rupa atau seni lukis India telah masuk ke Indonesia. Seni rupa Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha dari India adalah seni pahat atau ukir dan seni patung. Hal ini terbukti dengan telah ditemukannya arca Buddha berlanggam Gandara di Kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikendeng (Sulawesi Selatan). Seni rupa India pada Candi Borobudur ada pada relief-relief ceritera sang Buddha Gautama.
c.       Seni Sastra
Seni sastra India turut memberi corak dalam seni sastra Indonesia. Bahasa Sansekerta sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan sastra Indonesia. Prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia, seperti yang ditemukan di Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat, Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dalam bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Dalam perkembangan bangsa Indonesia dewasa ini, pengaruh bahasa Sansekerta cukup dominan terutama dalam istilah-istilah pemerintahan juga kitab-kitab kuno di Indonesia banyak yang menggunakan bahasa Sansekerta.
d.      Kalender
Diadopsinya system kalender atau penanggalan India di Indonesia merupakan wujud dari akulturasi, yaitu dengan penggunaan tahun Saka. Di samping itu,juga ditemukan Candra Sangkala atau kronogram dalam usaha memperingati peristiwa dengan tahun atau kalender Saka.
e.       Kepercayaan atau Filsafat
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat animisme dan dinamisme. Kemudian masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia mengakibatkan terjadinya akulturasi. Dibandingkan agama Hindu, agama Buddha lebih mudah diterima oleh masyarakat kebanyakan sehingga dapat berkembang pesat dan menyebar ke berbagai wilayah. Sebabnya adalah agama Buddha tidak mengenal kasta, tidak membeda-bedakan manusia, dan menganggap semua manusia itu sama derajatnya di hadapan Tuhan (tidak diskriminatif). Menurut agama Buddha, setiap manusia dapat mencapai nirwana asalkan baik budi pekertinya dan berjasa terhadap masyarakat.
f.       Pemerintahan
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha, bangsa Indonesia telah mengenal system pemerintahan. Sistem pemerintahan kepala suku berlangsung secara demokratis, yaitu salah seorang kepala suku merupakan pemimpin yang dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki kelebihan dari anggota kelompok suku lainnya. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha, tata pemerintahan disesuaikan dengan system kepala pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala pemerintah bukan lagi seorang kepala suku, melainkan seorang raja, yang memerintah wilayah kerajaannya secara turun-temurun.
g.      Sistem perdagangan dan transportasi
Kekayaan bumi Nusantara telah dikenal luas sejak dahulu. Kemenyan, kayu cendana, dan kapur barus dari Indonesia telah dikenal di Cina menyaingi bahan wangi-wangian lainnya dari Asia Barat. Begitu pula berbagai jenis rempah-rempah, seperti lada dan cengkeh, serta hasil-hasil kerajinan dan berbagai jenis binatang khas yang unik. Awalnya, pedagang-pedagang dari India yang singgah di Indonesia membawa barang-barang tersebut ke Cina.
Seiring dengan perkembangan perdagangan internasional, hubungan dagang antara Indonesia –India – Cina pun berkembang . Wolters berpendapat bahwa perkembangan ini akibat dari sikap terbuka dan bersahabat dengan orang asing serta penghargaan terhadap barang dagangan yang dibawa orang asing. Sikap ini pula yang memungkinkan agama Hindu-Buddha dapat berkembang di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA :
Badrika,I Wayan.2006.Sejarah Untuk SMA Kelas XI Program Ilmu Alam. Jakarta : Penerbit Erlangga

KERAJAAN KALINGGA/ HOLING

Kiki Amalia/PIS

Keberadaan Kerajaan Kalingga diketahui dari berita Cina pada masa Dinasti Tang. Menurut berita Cina, pada pertengahan abad VII Masehi terdapat kerajaan bercorak Hindu-Buddha bernama Holing atau Kalingga di Jawa Tengah.

a.                   Kondisi Geografis
Letak wilayah Kerajaan Kalingga masih diperdebatkan oleh para sejarawan. Berita Cina dari Dinasti Tang menyebut Kalingga sebagai She-p'o dan letaknya berada di laut selatan. Wilayah Kalingga berbatasan dengan P'o-Li (Bali) di sebelah timur, To-p'o-teng (Sumatera) di sebelah barat, laut di sebelah selatan, dan Chen-la (Kamboja) di sebelah utara.
Pada pertengahan musim panas apabila orang mendirikan gnomon setinggi 8 kak, bayangannya akan jatuh ke selatan dengan panjang dua kaki empat inci. Gnomon adalah alat untuk menentukan letak ketinggian matahari yang digunakan pada zaman kuno. Berdasarkan perhitungan tersebut, letak Kalingga berada pada posisi 6°8' LU. Oleh karena itu, Kalingga tidak mungkin berada di Jawa. Akan tetapi, keberadaan berita tersebut dibantah para sejarawan yang mengatakan bahwa penulis berita Cina membuat suatu kesalahan. Seharusnya waktu yang dicatat adalah pertengah musim dingin sehingga bayangan dari gnomon jatuh di sebelah utara. Oleh karena itu, posisi Kalingga akan berada pada posisi 6°8' LS. Dengan demikian, Kerajaan Kalingga terletak di sekitar pantai utara Jawa Tengah.
Keberadaan Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah, didukung para sejarawan Belanda seperti N.J. Krom, George Coedes, W.F. Mayer, dan W.J. van der Meulen. Mereka berpendapat bahwa pusat Kalingga berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Secara geografis wilayah pesisir utara Jawa Tengah strategis untuk perkembangan sebuah kerajaan. Sejak awal abad Masehi perairan di Laut Jawa sudah berkembang menjadi jalur perdagangan yang ramai. Oleh karena itu, Kalingga dapat membangun pelabuhan tersebut akan memudahkan Kalingga berinteraksi dengan dunia luar sehingga sektor perdagangan maritim dapat berkembang. Sementara itu, wilayah pedalaman Jawa Tengah yang subur dapat mendukung kedudukan perekonomian negara dari sektor agraris.

b.                  Kehidupan Politik
Pada abad VII Masehi Kerajaan Kalingga pernah dipimpin seorang ratu bernama Sima. Ratu Sima menjalankan pemerintahan dengan tegas, keras, adil, dan bijaksana. Ia melarang rakyatnya untuk menyentuh dan mengambil barang bukan milik mereka yang tercecer di jalan. Bagi siapa pun yang melanggar akan mendapat hukuman berat. Hukum di Kalingga dapat ditegakkan dengan baik. Rakyat taat terhadap peraturan yang dibuat ratu mereka. Oleh karena itu, ketertiban dan ketentraman di Kalingga berjalan baik.
Menurut naskah Carita Parahyangan, Ratu Sima memiliki cucu bernama Sahana yang menikah dengan Raja Brantasenawa dari Kerajaan Galuh. Sahana memiliki anak bernama Sanjaya yang kelak menjadi Dinasti Sanjaya. Sepeninggalan Ratu Sima, Kerajaan Kalingga ditaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya.

c.                   Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Kalingga mengembangkan perekonomian  perdagangan dan pertanian. Letaknya yang dekat dengan pesisir utara Jawa Tengah menyebabkan Kalingga mudah diakses oleh para pedagang dari luar negeri. Kalingga merupakan daerah penghasil kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading sebagai barang dagangan. Sementara wilayah pedalaman yang subur, dimanfaatkan penduduk untuk mengembangkan pertanian. Hasil-hasil pertanian yang diperdagangkan antara lain beras dan minuman. Penduduk Kalingga dikenal pandai membuat minuman berasal dari bunga kelapa dan bunga aren. Minuman tesebut memiliki rasa manis dan dapat memabukkan. Dari hasil perdagangan dan pertanian tersebut, penduduk Kalingga hidup makmur.

d.                  Kehidupan Agama
Kerajaan Kalingga merupakan pusat agama Buddha di Jawa. Agama Buddha yang berkembang di Kalingga merupakan ajaran Buddha Hinayana. Pada tahun 664 seseorang pendeta Buddha dari Cina bernama Hwi-ning berkunjung ke Kalingga. Ia dating untuk menerjemahkan sebuah naskah terkenal agama Buddha Hinayana dari bahasa Sanskerta dalam bahasa Cina. Usaha Hwing-ning dibantu oleh seorang pendeta Buddha dari Jawa bernama Jnanabadra.

e.                   Kehidupan Sosial Budaya
Penduduk Kalingga hidup dengan teratur. Ketertiban dan ketentraman sosial di Kalingga dapat berjalan dengan baik berkat kepemimpinan Ratu Sima yang tegas dan bijaksana dalam menjalankan hukum dan pemerintahan. Dalam menegakkan hukum Ratu Sima tidak membedakan antara rakyat dengan anggota kerabatnya sendiri.
Berita tentang ketegasan hukum Ratu Sima pernah didengar oleh Raja Ta-Shih. Ta-Shih adalah sebutan Cina untuk kaum muslim Arab dan Persia. Raja Ta-Shih kemudian menguji kebenaran berita tersebut. Ia memerintahkan anak buahnya untuk meletakkan satu kantong emas di jalan wilayah Kerajaan Ratu Sima. Selama tiga tahun kantong itu dibiarkan tergeletak di jalan dan tidak seorang pun berani menyentuh. Setiap orang melewati kantong emas tersebut berusaha menyingkir.
Pada suatu hari putra mahkota tidak sengaja menginjak kantong itu sehingga isinya berhamburan. Kejadiaan ini membuat Ratu Sima marah dan memerintahkan hukuman mati untuk putra mahkota. Akan tetapi, para menteri berusaha memohon pengampunan untuk putra mahkota. Ratu Sima menanggapi permohonan itu dengan memerintahkan agar jari kaki putra mahkota yang menyentuh kantong emas dipotong. Peristiwa ini merupakan bukti ketegasan Ratu Sima dalam menegakkan hukum.

Sumber:
Raharta, Ringgo. 2013. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Semester 1. Klaten: Intan Pariwara

PRASASTI-PRASASTI PENINGGALAN KERAJAAN SRIWIJAYA

Rinaldi Afriadi Siregar / PIS



Prasasti-Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya - Sebagai Kerajaan Maritim yang besar, wilayah kekuasaan Sriwijaya juga amat sangat besar, hal ini dibuktikan dengan peninggalan prasastinya yang dapat ditemukan diberbagai tempat, seperti yang berikut ini.
1. Prasasti Ligor
Prasasti Ligor merupakan prasasti yang terdapat di Ligor (sekarang Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand). Prasasti ini merupakan pahatan ditulis pada dua sisi, bagian pertama disebut prasasti Ligor A atau dikenal juga dengan nama manuskrip Viang Sa sedangkan di bagian lainnya disebut dengan prasasti Ligor B.
Isi:
Dari manuskrip Ligor A ini berisikan berita tentang raja Sriwijaya, raja dari segala raja yang ada di dunia, yang mendirikan Trisamaya caitya untuk Kajara.[2] Sedangkan dari manuskrip Ligor B berangka tahun 775, berisikan berita tentang nama Visnu yang bergelar Sri Maharaja, dari keluarga Śailendravamśa serta dijuluki dengan Śesavvārimadavimathana (pembunuh musuh-musuh yang sombong tidak bersisa).
2. Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas Pasemah, prasasti pada batu, ditemukan di Palas Pasemah, di tepi Way (Sungai) Pisang, Lampung. Ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuna sebanyak 13 baris. Meskipun tidak berangka tahun, namun dari bentuk aksaranya diperkirakan prasasti itu berasal dari akhir abad ke-7 Masehi.
Isi: 
Isinya mengenai kutukan bagi orang-orang yang tidak tunduk kepada Sriwijaya.
3. Prasasti Leiden
Prasasti Leiden merupakan manuskrip yang ditulis pada lempengan tembaga berangka tahun 1005 yang terdiri dari bahasa Sanskerta dan bahasa Tamil. Prasasti ini dinamakan sesuai dengan tempat berada sekarang yaitu pada KITLV Leiden, Belanda.
Isi:
Prasasti ini memperlihatkan hubungan antara dinasti Sailendra dari Sriwijaya dengan dinasti Chola dari Tamil, selatan India.
4. Prasasti Kota Kapur
Prasasti ini ditemukan di pesisir barat Pulau Bangka. Prasasti ini dinamakan menurut tempat penemuannya yaitu sebuah dusun kecil yang bernama "Kotakapur". Tulisan pada prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuna, serta merupakan salah satu dokumen tertulis tertua berbahasa Melayu. Prasasti ini ditemukan oleh J.K. van der Meulen pada bulan Desember 1892.
Isi:
Prasasti Kota Kapur adalah salah satu dari lima buah batu prasasti kutukan yang dibuat oleh Dapunta Hiyaŋ, seorang penguasa dari Kadātuan Śrīwijaya.
5. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang,Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuna. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia
Isi:
Menyatakan bahwa Dapunta Hyang mengada- kan perjalanan suci (sidhayarta) dengan perahu dan membawa 2.000 orang. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan beberapa daerah.
6. Prasasti Hujung Langit
Prasasti Hujung Langit, yang dikenal juga dengan nama Prasasti Bawang, adalah sebuah prasasti batu yang ditemukan di desa Haur Kuning, Lampung, Indonesia. Aksara yang digunakan di prasasti ini adalah Pallawa dengan bahasa Melayu Kuna. Tulisan pada prasasti ini sudah sangat aus, namun masih teridentifikasi angka tahunnya 919 Saka atau 997 Masehi.
Isi:
Isi prasasti diperkirakan merupakan pemberian tanah sima.
7. Prasasti Talang Tuwo
Prasasti Talang Tuwo ditemukan oleh Louis Constant Westenenk (residen Palembang kontemporer) pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang,
Isi:
Isi prasasti Talang Tuo adalah berupa doa-doa dedikasi, dimana hingga kini, doa-doa demikian masih dijalankan dan diyakini. Prasasti ini memperkuat bahwa terdapat pengaruh yang kuat dari cara pandang Mahayana pada masa tersebut, dengan ditemukannya kata-kata seperti bodhicitta, mahasattva, vajrasarira, danannuttarabhisamyaksamvodhi, dimana istilah-istilah bahasa Sanskerta tersebut memang digunakan secara umum dalam ajaran Mahayana.
8. Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu 1 ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru (tidak jauh dari Sabokingking), Kel. 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1935. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional dengan No. D.155. Di sekitar lokasi penemuan prasasti ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2, yang berisi tentang keberadaan suatu vihara di sekitar prasasti. Pada tahun-tahun sebelumnya ditemukan lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra. Bersama-sama dengan Prasasti Telaga Batu, prasasti-prasasti tersebut kini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.
Isi:
Isinya tentang kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak taat kepada perintah dātu. Casparis berpendapat bahwa orang-orang yang disebut pada prasasti ini merupakan orang-orang yang berkategori berbahaya dan berpotensi untuk melawan kepada kedatuan Sriwijaya sehingga perlu disumpah.
9. Prasasti Karang Birahi
Prasasti Karang Brahi adalah sebuah prasasti dari zaman kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada tahun 1904 oleh Kontrolir L.M. Berkhout di tepian Batang Merangin. Prasasti ini terletak pada Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi.
Isi:
Isinya tentang kutukan bagi orang yang tidak tunduk atau setia kepada raja dan orang-orang yang berbuat jahat. Kutukan pada isi prasasti ini mirip dengan yang terdapat pada Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu.

DAFTAR PUSTAKA :

SEJARAH KEHIDUPAN DAN POLITIK KERAJAAN SINGASARI

Desi purnama indah /PIS
Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik turun. Ketika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Banyak daerah-daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada pemerintahan Anusapati, kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian karena ia larut dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri.
Politik Dalam Negeri
  1. Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih Raganata digantikan oleh Aragani, dll.
  2. Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat putra Jayakatwang (Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi menantunya.
  3. Memperkuat angkatan perang.



Politik Luar Negeri
  1. Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu untuk menguasai Kerajaan melayu serta melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.
  2. Menguasai Bali.
  3. Menguasai Jawa Barat.
  4. Menguasai Malaka dan Kalimantan.



Berdasarkan segi budaya, ditemukan candi-candi dan patung-patung diantaranya candi Kidal, candi Jago, dan candi Singasari. Sedangkan patung-patung yang ditemukan adalah patung Ken Dedes sebagai Dewa Prajnaparamita lambing kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam wujud patung Joko Dolog, dan patung Amoghapasa juga merupakan perwujudan Kertanegara (kedua patung kertanegara baik patung Joko Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa Kertanegara menganut agama Buddha beraliran Tantrayana).
Sebagai sebuah kerajaan, perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung singkat. Hal ini terkait dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana kerajaan yang kental dengan nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan Singasari sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanegara sendiri. Dalam serangan itu Kertanegara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.
Pararaton, Nagarakretagama dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden Wijaya, cucu Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanegara lolos dari maut. Berkat bantuan Aria Wiararaja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desa Majapahit. Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang di Kadiri. Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa. Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Singasari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.


Sumber :  Sujatmoko,ivan. Kerajaan Singasari 

.Sumber :SEJARAH untuk SMA jilid 2 kelas XI Program Ilmu Sosial