Yossy Shinta Dewi
Kesalahpahaman atau misunderstanding merupakan suatu kondisi dimana
informasi yang diterima oleh seseorang memiliki makna atau esensi yang berbeda
antara pemberi dengan penerima informasi yang berpeluang menciptakan konflik.
Kesalahpahaman biasanya timbul dari hal-hal yang sepele dalam kehidupan
sehari-hari sampai masalah politik dan kultural yang menentukan hajat hidup
orang banyak.(1)
Pokok utama yang dibahas dalam bagian ini adalah tentang bagaimana persepsi Australia dalam melihat pokok permasalahan negara-negara anggota ASEAN. Negara-negara anggota ASEAN masih memandang demokrasi, persamaan dan stabilitas sebagai suatu persoalan yang serius. Namun, dalam persepsi Australia, persoalan yang dianggap serius oleh negara anggota ASEAN dianggap sebagai persoalan yang biasa saja oleh Australia. Adapun beberapa perbedaan penting antara kondisi yang
dihadapi negara anggota ASEAN dengan Australia sebagai berikut : (2)1. Keadaan sekarang
Orang-orang Australia sulit dalam memahami persoalan yang terjadi di
negara anggota ASEAN karena adanya perbedaan yang signifikan dalam bidang
ekonomi, sosial dan politik. Selain itu, tantangan yang dihadapi oleh Australia
juga sangat berbeda dengan negara anggota ASEAN. Contohnya, penduduk pulau Jawa
di Indonesia hampir mendekati angka 100 juta jiwa penduduk. Semua penduduk
harus memiliki rumah, pekerjaan dan memperoleh pendidikan. Sedangkan luas Pulau
Jawa sedikit lebih luas dari Negara Bagian Victoria yang pendukungnya berjumlah
tiga orang. Jika suatu saat di Pulau Jawa terjadi bencana atau kerusuhan soaial
pasti akan menyebabkan banyak korban jiwa dibandingkan Australia. Hal ini
menunjukkan bahwa negara anggota ASEAN memiki persoalan dan tantangan yang
lebih tinggi dan kompleks dibandingkan dengan Australia.
2. Keanekaragaman
Masyakarat negara anggota ASEAN terdiri atas masyarakat yang mayoritas
beraneka ragam dan multikultural atau bisa disebut dengan heterogen.
Keanekaragaman yang terdiri atas ras, bahasa, agama, adat istiadat, keadaan
geografis, serta penghasilan sosial dan status sosial. Keanekaragaman ini
menjadi tantangan yang besar jika tidak ditangani dengan tepat.Sedangkan di
Australia masyarakatnya relatif modern sehingga tidak perlu menghadapi
tantangan serta dampak yang dihasilkan oleh keanekaragaman ini. Contohnya,
Indonesia yang menggunakan semboyan Bhinneka Tunggal Ika untuk menjaga
persatuan dan kesatuan dari keanekaragaman. Hal ini tidak pernah terjadi di
Australia sejak lahirnya federasi (Commonwealth of Australia). (3)
3. Ketidakmerataan
Negara anggota ASEAN memiliki persoalan tentang ketidakmerataan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Dari ketidakmerataan ini dapat
menimbulkan masalah baru yaitu kesenjangan sosial. Dalam hal ini negara- negara
anggota ASEAN memandang ketidakmerataan sebagai suatu persoalan yang serius
sehingga melakukan berbagai upaya kebijakan untuk menekan kesenjangan sosial
yang terjadi di negaranya. Namun, Australia malah terkejut jika ketidakmerataan
sebagai persoalan yang serius karena di Australia sendiri kesenjangan sosial
sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.
4. Perubahan yang cepat
Dikawasan ASEAN terjadi perubahan yang cepat dibidang teknologi dan
sosial sehingga akan menimbulkan future shock diberbagai bidang dan menyebabkan
ketidakmerataan penghasilan antara pekerja terlatih dan tidak terlatih serta
antar warga kota dengan penduduk pinggiran kota dan pedesaan. Berbeda dengan
kondisi di Australia, perubahan ini tidak menjadi masalah yang serius dan perlu
perhatian khusus untuk menanggapinya.
5. Kebingungan tentang nilai
Negara-negara anggota ASEAN sedang menanggulangi krisis identitas yang
mana kaum milenial menginginkan modernisasi yang cepat, akan tetapi disatu sisi
juga mengkhawatirkan dampak terhadap nilai-nilai dan hubungan tradisional yang
telah ada sejak dulu. Adanya kebingungan tentang nilai-nilai juga menjadi
persoalan yang perlu diperhatikan oleh negara-negara anggota ASEAN. Namun bagi
orang Australia, mereka tidak merasakan serta memahami tentang kebingungan yang
dirasakan oleh negara di kawasan ASEAN. Bahkan mereka juga tidak menganggap
kebingungan nilai ini menjadi suatu persoalan yang perlu diperdebatkan.
Dari penjelasan mengenai perbedaan kondisi dan persoalan negara-negara
anggota ASEAN jika dilihat dari persepsi Australia maka akan menimbulkan
berbagai kesalahpahaman. Adapun kesalahpahaman yang dimaksud sebagai berikut :
(4)
1. Kemerdekaan Nasional
Kemerdekaan nasional berarti merdeka dalam semua bidang seperti ekonomi,
sosial dan budaya serta politik tanpa adanya tekanan dari pihak manapun.
Rata-rata negara-negara anggota ASEAN pernah dijajah. Mereka tahu seperti apa
rasanya ditindas, dirampas, dan merasa tidak terpenuhi hak kelangsungan
hidupnya di segala bidang. Adanya rasa tersiksa dan sengsara baik secara fisik
maupun mental menyebabkan munculnya perhatian khusus terhadap kemerdekaan
nasional.
Kemerdekaan nasional ini menjadi pokok permasalahan yang harus
diperdebatkan oleh negara-negara ASEAN baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Hal ini untuk mencegah terjadinya penjajahan dan perampasan kemerdekaan
nasional secara berulang. Namun, jika persoalan tersebut dihadapkan dan
diperdebatkan bersama orang Australia mereka akan memandang itu menjadi
persoalan biasa karena tidak pernah dialami orang Australia. Tentu saja akan
terjadi kekeliruan dan kesalahpahaman antara Australia dengan ASEAN. Australia
merasa negara ASEAN terlalu berlebihan dalam melihat suatu persoalan, begitu
juga dengan ASEAN yang merasa bahwa Australia "tidak punya hati" jika
merasa hal ini biasa saja. Padahal sebenarnya, adanya perbedaan sosio-kultural
dan sosio-politik antara negara-negara ASEAN dengan Australia.
Maka dari itu, dengan adanya perbedaan tersebut seharusnya bisa menjadi
alat untuk penengah dalam memandang satu sama lain. Dalam artian kesalahpahaman
tersebut bisa diluruskan jika mengingat adanya perbedaan yang dimiliki oleh
setiap negara. Karena pada dasarnya setiap negara mempunyai pandangan
masing-masing dalam menghadapi suatu persoalan.
2. Ideologi
Di kawasan ASEAN terdapat kebijakan dan sikap yang menyatakan bahwa
kelompok elite yang ada di negara-negara anggota ASEAN tidak bersimpati terhadap
nilai-nilai kebebasan Barat. Adanya suatu kecurigaan besar yang diyakini
terlalu "laissazfaire" yang berlatar belakang sejarah dan masa kini.
(5) Jika dari latar belakang sejarah, orang-orang negara ASEAN masih memiliki
ingatan tentang bagaimana rasanya dijajah dan penderitaan berkepanjangan yang
dibuat oleh orang berkulit putih. Adanya ingatan itu yang menimbulkan sikap
anti-imperialis.
Sikap anti-imperialis ini sangat penting bagi negara anggota ASEAN. Jika
tidak memiliki ideologi dan sikap anti imperialis serta anti kolonialis maka
rata-rata negara ASEAN yang pernah dijajah tidak akan pernah merasakan
kemerdekaan. Walaupun retorika tentang anti kolonialis dan imperialis itu sudah
tiada tapi perasaan anti kolonial dan anti Barat berpengaruh besar terhadap
pemikiran ekonomi dan politik saat ini. (6) Sikap ini seolah-olah menjadi
tameng preventif bagi negara anggota ASEAN terhadap negara Barat dan orang
kulit putih. Namun, sikap anti
imperialis ini ternyata kurang dihargai oleh Australia. Dalam perspektifnya,
mereka memandang sikap ini "terlalu berlebihan" sehingga membuat
Australia harus memiliki pertimbangan lagi untuk menjalin hubungan dengan
negara-negara anggota ASEAN, baik dibidang ekonomi maupun politik.
3. Implikasi Ideologi
Adanya kecurigaan terhadap "segala sesuatu yang berbau Barat"
membuat masyarakat negara ASEAN menjalani kehidupan pribadi maupun sosial
dengan pendekatan-pendekatan non Barat. Sejak 1970-an, mereka hidup dengan
pendekatan Asia dan mempunyai cara tersendiri untuk mengatasi masalahnya.
Adapun contoh-contoh untuk memperjelas cara ASEAN menghadapi persoalannya
antara lain :
1. Radio Australia
Pada akhir tahun 1970-an, adanya rasa tidak puas terhadap Radio
Australia dikalangan para pejabat Indonesia. Sehingga terjadilah pengusiran
koresponden Radio Australia yaitu Warwick Beutler dari Indonesia pada tahun
1980. Pengusiran ini bukan tanpa alasan melainkan karena adanya keyakinan bahwa
radio australia secara terus menerus menyajikan laporan berita yang negatif dan
dianggap sebagai sikap bermusuhan terhadap pemerintahan Indonesia. Selain itu,
Radio Australia menyiarkan begitu banyak cerita yang ditujukan kepada pada
pendengarnya di Indonesia dalam bahasa Indonesia. Tindakan Indonesia ini
dianggap terlalu berlebihan dan mendapat kritik luas di Indonesia. Mereka
menganggap tindakan itu sebagai bukti kecilnya apresiasi Indonesia terhadap
kebebasan pers. (7)
Berikut beberapa hal mengenai penyebab terjadinya kesalahpahaman tentang
Radio Australia :
1. Adanya kebenaran bahwa radio Australia menyiarkan berita yang negatif
sehingga Indonesia merasa jengkel dengan hal tersebut. Hal itu diakui oleh
Beutler bahwa terjadi kesalahan isi siaran yang dipancarkan oleh radio
Australia yang menyebabkan ia ditegur oleh manajer senior radio Australia. Pihak
Indonesia merasa itu sebagai upaya pelecehan,meremehkan dan ketidakseriusan
para jurnalis atau media Australia dalam menyiarkan berita sesuai fakta yang
benar.
2. Penyiaran yang tanpa diminta tentang berita-berita dalam negeri
Indonesia kepada bangsa Indonesia dalam bahasa Indonesia. Tentu Indonesia
merasa bahwa Australia ikut campur tangan dalam urusan masalah Indonesia.
Sehingga timbullah pertanyaan yang membuat kesalahpahaman seperti atas dasar
apa Australia berhak mencampuri urusan Indonesia?
3. Adanya tuduhan yang dibuat
Australia kepada Indonesia bahwa pemerintah Indonesia secara sinis memberangus
radio Australia untuk kepentingan politik. Mereka merasakan bahwa keputusan
Indonesia tersebut tidak sejalan dengan keinginan rakyat Indonesia. Australia merasa
bahwa Indonesia kurang memahami kode etik jurnalis dan kurang setuju untuk
mendapat pembinaan serta pengawasan dari pemerintah Indonesia. Jika orang
Australia yang mengeluarkan pernyataan itu, maka sangat berpeluang untuk
menimbulkan konflik. Di satu sisi orang Australia sangat yakin bahwa mereka
lebih maju dan mampu untuk kepentingan rakyat Indonesia. Tentu saja hal ini
sangat tidak sesuai dengan pemerintahan Indonesia.
Maka dari itu, harusnya ada kesadaran bahwa kesalahpahaman ini
disebabkan oleh perbedaan nilai diantara kedua negara. Dalam persepsi
Australia, hal itu dianggap sebagai sebuah berita dengan kebebasan pers.
Sedangkan dalam persepsi Indonesia itu bukanlah hal sepele tentang sebuah
kebebasan pers, tapi sudah lebih jauh dari itu yang melibatkan rasa kebangsaan.
2. Perkembangan dalam Tahun-Tahun Terakhir di Malaysia
Sikap anti Barat di Malaysia juga terlihat jelas ketika Perdana Menteri,
Dr. Mahathir berbicara tentang nasionalisme dan solidaritas kuat di kalangan
ASEAN. Ketika ia mengkritik nilai-nilai kebebasan ala Barat (Western Liberal
Values), beliau mendapat dukungan yang sangat kuat baik dari dalam negeri
maupun ASEAN. Contohnya, Malaysia yang berorientasi terhadap kebijakan politik
ekonomi Dunia Timur (Goverment's Look East Policy). Mereka lebih memilih meniru
teknologi dari Jepang dan Korea Selatan daripada teknologi Barat. (8)
Pada tahun 1982, dilaksanakan resepsi kenegaraan antara Malaysia dan
Australia. Ketika menjamu Perdana Menteri Australia, Malcom Fraseer dan pejabat
resmi lainnya, Dr. Mahathir menggunakan momen itu untuk mengkritik kebijakan
Australia di bidang ekonomi, imigrasi dan hal tertentu.(9) Menurutnya sentimen
kolonial itu sulit dihilangkan. Banyak orang serta lembaga Australia yang
menganggap dirinya sebagai "pelindung" dan bersikap puas akan diri
sendiri serta memiliki sifat egois yang tinggi. Para pejabat Australia terkejut
dengan pernyataan itu dan memandang Dr. Mahathir melakukan rasisme.
Selain itu, Malaysia pernah mengusir politisi Australia karena dianggap
sebagai ancaman keamanan negara. Pemerintah mengusir seorang anggota Parlemen
Australia yang bernama Nick Xenophon. Xenophon tiba di bandara Malaysia lalu ia
ditahan dan diminta untuk segera kembali ke Australia dengan penerbangan yang
paling awal. Peristiwa pengusiran itu sempat menimbulkan ketegangan antara
pemerintah Malaysia dengan Australia. Peristiwa ini dikecam oleh pemimpin
oposisi Malaysia yaitu Anwar Ibrahim. (10)
Negara-negara di ASEAN menganggap nasionalisme dan solidaritas itu
penting serta kebebasan ala Barat itu kurang sesuai bagi negaranya. Sedangkan
Australia menganggap itu pembelaan diri negara yang tidak demokratis terhadap
kritik internasional dan menganggap ASEAN terlalu berlebihan dalam menilai
kebebasan liberalisme.
3. Ekonomi Pancasila di Indonesia (11)
Pancasila adalah dasar negara, pandangan hidup dan falsafah hidup paling
fleksibel bagi Indonesia. Ekonomi pancasila tidak berada di pihak ekonomi
kapitalis dan ekonomi sosialis ataupun gabungan dari keduanya. Ekonomi
pancasila adalah sistem ekonomi yang independen dan berjalan sejajar di samping
kedua sistem ekonomi yang ada. Menurut Australia, rumusan pancasila kurang
tegas tetapi mengakui bahwa pancasila juga mengandung kekuatan penting di
dalamnya. Dan melihat bahwa tidak ada satu orang pun atau bangsa manapun yang
mampu memandang pancasila sebagaimana adanya, kecuali bangsa Indonesia. Hal
inilah yang menjadi pertimbangan Australia untuk bekerjasama di bidang ekonomi.
4. Persamaan Hak
Kesalahpahaman bisa terjadi karena hasil keadaan yang digambarkan dengan
membandingkan konsep penting persamaan hak atau equality. Rata-rata negara
ASEAN yang telah merasakan langsung bagaimana hidup yang melarat, menderita dan
tidak terpenuhinya di segala bidang membuat negara ASEAN menaruh perhatian
khusus pada persamaan hak dan keadilan sosial. Bagi negara ASEAN persamaan hak
dan keadilan sosial itu sangat penting. Tetapi bagi orang Australia, persamaan
hak dan keadilan sosial itu dianggap tidak penting atau biasa saja.
Di Australia, persamaan hak cenderung dipusatkan pada penyebaran dan
pemerataan penghasilan. Sedangkan di ASEAN persamaan hak itu diprioritaskan dan
ditekankan pada "Domestic Rasial Inequalities" serta ketidaksamaan
internasional antara bangsa kaya dan miskin. Perbedaan antara Australia dan ASEAN
terletak pada aspek utama mana yang dari persamaan hak dan keadilan itu
diberikan prioritas.
Kesimpulan
Perbedaan pandangan tentang ketidaksamaan menyebabkan kesalahpahaman di
kedua belah pihak. Persepsi bangsa Australia terhadap hal rasial merupakan hal
yang asing dan menimbulkan perasaan tidak senang. Australia tidak menyukai
praktek tenaga kerja murah di ASEAN dan tekanan dari Asia untuk mengurangi
proteksi industri Australia. Sedangkan persepsi ASEAN, hal rasial bersifat
penting dan memandang Australia tidak peka serta mementingkan diri sendiri,
terutama mengenai keengganan Australia membuka pasar bebas terhadap barang
Asia. Sikap anti-Barat yang
ditanamkan menjadi ideologi di negara ASEAN merupakan sikap preventif agar
tidak terjadi lagi penjajahan. Namun, Australia menganggap itu sebagai suatu
tindakan yang berlebihan dan terlalu nasionalisme dan tidak mau menerima
pengaruh dari luar. Padahal faktanya, negara-negara di ASEAN tidak sepenuhnya
bersikap anti-Barat. Contohnya di Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Thailand,
negara-negara tersebut masih melakukan kerja sama ekonomi dengan negara yang
ada di Eropa maupun Amerika Serikat. Negara-negara tersebut melakukan
ekspor-impor hasil barang industri, seperti mobil, sepeda motor, laptop,
handphone dan sebagainya. Ini membuktikan bahwa sikap anti-Barat itu bukan
sepenuhnya membenci "hal yang berbau Barat" tetapi sikap untuk
menjaga agar kolonialisme tidak terjadi lagi di negara ASEAN. Kedua belah pihak merasa benar dan sudah adil serta saling merasa bahwa pandangan pihak lain dangkal jika berada di
posisinya. Padahal perbedaan sosio-kultural dan sosio-politik yang menjadi
penyebab utama kesalahpahaman ini. Sejatinya, suatu bangsa memiliki persoalan
yang dianggap penting dengan caranya masing-masing. Jadi, untuk mengurangi
kesalahpahaman ini hendaknya negara-negara di dunia terutama Australia dan
ASEAN saling menghargai perbedaan dan cara mengatasi persoalannya masing-masing
di berbagai bidang agar tidak menimbulkan konflik.
(1)Unasignorina."Kesalahpahaman dan Cara Mengatasinya Dalam Komunikasi Antarbudaya".28Januari2012,https://unepetitechose.wordpress.com/2012/01/28/kesalahpahaman-dan-cara-mengatasinya-dalam-komunikasi-antarbudaya/amp/.
Diakses pada 27 November 2020
(2) Siboro,J.Sejarah Australia.Tarsito.Bandung.1989. Hal 199
(3) Siboro,J.Sejarah Australia.Tarsito.Bandung.1989. Hal 200
(4) Siboro,J.Sejarah Australia.Tarsito.Bandung.1989. Hal 202
(5) Siboro,J.Sejarah Australia.Tarsito.Bandung.1989. Hal 202
(6) Siboro,J.Sejarah Australia.Tarsito.Bandung.1989. Hal 205
(7) Siboro,J.Sejarah Australia.Tarsito.Bandung.1989. Hal 205
(8) Siboro,J.Sejarah Australia.Tarsito.Bandung.1989. Hal 207
(9) Siboro,J.Sejarah Australia.Tarsito.Bandung.1989. Hal 208
(10) Oke Zone."Anwar Ibrahim Kecam Pengusiran Politisi Australia".20 Februari
2013.https://www.google.com/amp/s/news.okezone.com/amp/2013/02/20/411/764480/anwar-ibrahim-kecam-pengusiran-politisi-australia. Diakses 27 November
2020
(11) Sumiatie.Sejarah Australia &
Oceania.Universitas PGRI.Palang Karaya.2015.Hal 83
DAFTAR PUSTAKA
Siboro,J.1989.Sejarah Australia.Tarsito.Bandung
Siboro,J.1989.Sejarah Australia.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Jakarta
Sumiatie. 2015. Sejarah Australia & Oceania.Universitas PGRI.Palang Karaya
Unasignorina."Kesalahpahaman dan Cara Mengatasinya Dalam Komunikasi Antarbudaya".28anuari2012,https://unepetitechose.wordpress.com/2012/01/28/kesalahpahaman-dan-cara-mengatasinya-dalam-komunikasi-antarbudaya/amp/
Oke Zone."Anwar Ibrahim Kecam
Pengusiran Politisi Australia".20 Februari
2013.https://www.google.com/amp/s/news.okezone.com/amp/2013/02/20/411/764480/anwar-ibrahim-kecam-pengusiran-politisi-australia
No comments:
Post a Comment