Meyzerina Novela
Kecamatan
Langgam merupakan salah satu kecamatan dari 12 Kecamatan yang ada di Kabupaten
Pelalawan. Secara Geografis, kecamatan Langgam berbatasan dengan:
1. Sebelah
Utara berbatasan dengan Kecamatan Bandar Petalangan
2. Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Ukui
3. Sebelah
Timur berbatasan dengan Kecamatan Bunut
4. Sebelah
Barat berbatasan dengan Kabupaten Kuantan Singingi
Secara administratif, kecamatan Langgam dengan wilayah seluas 144.245,09 Ha adalah kecamatan yang terletak di Kabupaten Pelalawan yang terdiri dari 1 kelurahan dan 7 desa yaitu Kelurahan Langgam, Desa Tambak, Desa Segati, Desa Sotol (Bakung), Desa Langkan (Trans), Desa Gondai, Desa Penarikan dan Desa Padang Luas.[1]
Dari
kutipan tersebut, dapat kita ketahui bahwa Kecamatan Langgam memiliki batasan
wilayah dengan Kecamatan Lainnya yang ada di Kabupaten Pelalawan. Demikian juga
dengan wilayah yang dicakupinya dapat dikategorikan sebagai Kecamatan yang
cukup luas. Tentunya wilayah-wilayah Kecamatan Langgam terdiri dari beberapa
desa dan kelurahan yang saling berdekatan dan berbatasan antara satu dengan yang
lainnya.
Berbicara
mengenai asal mula nama, Sejarah Nama “ Langgam “ menarik sekali untuk diulas
karena penamaannya berasal dari ucapan yang dilontarkan oleh penduduk setempat.
Dikisahkan, menurut orang-orang tetua, dahulunya nama Langgam berasal dari kata
Lenggam. Kata Lenggam ini merupakan penyebutan dari masyarakat ketika bekas
jemari mereka tertempel setelah memegang buah yang berbentuk seperti Mangga
golek. Dalam bahasa Indonesia Lenggam sama artinya dengan Lekam/bekas. Buah
yang menyerupai Mangga Golek ini mempunyai batang Pohon seperti Embacang.
Karena pengucapan kata Lenggam sering diucapkan, maka pohon buah tersebut di
namakan pohon Lenggam yang kemudian berubah penyebutan menjadi Langgam. Selain
itu, kata Langgam juga digunakan sebagai nama daerah tumbuhnya Pohon tersebut.
Dahulunya
Pohon Langgam dapat dijumpai di tebing sungai Kampar, tepatnya di dekat Masjid
bawah (Nurul Islam). Namun sayangnya, Pohon ini sudah tidak pernah lagi tumbuh
di daerah Kecamatan Langgam sehingga ketika generasi muda beranjak dewasa,
mereka bertanya-tanya dan penasaran seperti apa bentuk dan wujud Pohon Langgam
tersebut. Kata Langgam ini bukanlah kata yang pertama kali digunakan untuk nama
daerah tersebut. Karena dahulunya daerah itu bernama Laut Embun Jatuh atau
Lawuik Ombun Jatuh. Daerah tersebut merupakan kawasan jalur Perdagangan. Ketika
para pedagang melintasi daerah tersebut maka pada saat itu mereka selalu
menyaksikan fenomena alam. Fenomena alam tersebut membuat mereka takjub dan
terkesima, dikarenaka mereka akan merasa sedang melintasi hamparan salju dan
air. Sehingga dari fenomena alam ini maka daerah itu diberi nama Laut Embun
Jatuh atau Lawuik Ombun Jatuh. Seiring waktu, Kabut tebal itu perlahan membeku
dan berubah menjadi daratan yang tidak luas namun memanjang.
Uniknya,
Daratan tadi mempunyai pulau ditengah lautan serta di tumbuhi sekuntum bunga
yang mekar. Karena itulah Daratan ini kemudian diberi nama “ Ranah Tanjung
bunga”. Ranah memiliki arti Tanah, Tanjung berarti tanah yang menjorong ke
Lautan sedangkan Bunga adalah tanaman hias yang memiliki aroma yang wangi. Tak
hanya itu, penamaan daerah tersebu juga ada cerita rakyatnya. Tersebutlah,
datuk bandaharo kayo dan istrinya yang bernama si Omeh munah yang berasal dari
Koto Candi ingin berlayar ke malaka. Mereka berlayar berminggu-minggu, hingga
suatu hari tibalah mereka di wilayah yang dulunya bernama Laut Embun Jatuh.
Ketika Perahu mereka melintasi daerah tersebut, mereka disuguhkan dengan
pemandangan yang membuat mata takjub dan terkesima. Dalam penglihatannya, Pulau
tersebut bukan lagi Embun ataupun Kabut melainkan Sekuntum bunga mekar.
Akhirnya,
istri sang Datuk mengajak suaminya singgah sebentar untuk beristirahat karena
mereka telah melakukan perjalanan yang sangat melelahkan. Ajakan sang istri
lansng disambut dengan senyum dan anggukan oleh sang Datuk. Ketika telah tiba
ditepi tebing pulau, sang Datuk menyampaikan keinginannya untuk menetap di
pulau tersebut. Rupanya apa yang disampaikan sang Datuk, juga terpikir oleh si
Omeh Munah. Konon, mereka itulah manusia pertama penghuni daratan baru itu.
Datuk Bandaharo kayo mulai menebang kayu untuk membangun sebuah pondok tempat
tinggal mereka berdua. Setelah pondok selesai, sang Datuk memikirkan tentang
nama yang baik untuk daerah yang mereka huni. Istrinya mengusulkan bahwa
pemberian nama daerah yang mereka tempati itu disesuaikan dengan keadaan
alamnya. Sehingga terbersitlah nama Ranah Tanjung Bunga.[2]
Seiring
berjalannya waktu, Ranah Tanjung Bunga kian berkembang dan dikenal di kalangan
para Pedagang. Tak pelak, sudah menjadi kebiasaan bagi pedagang untuk mampir
sekedar melepas penat di Ranah Tanjung Bunga. Biasanya, mereka akan
beristirahat dibawah Pohon besar yang disebut Pohon Langgam. Pohon Langgam ini
kian terkenal, dengan begitu Orang-orangpun menyebut daerah tersebut bukan lagi
Ranah Tanjung Bunga melainkan Daerah Langgam.
Kecamatan
Langgam ini sangat kental dengan adat istiadat dan tradisi leluhurnya. Itulah
sebabnya Kecamatan Langgam mempunyai Lembaga adat sendiri yang terdiri dari
beberapa Gelar serta Jabatan, seperti: Datuk Penghulu adat, Datuk Bandaharo,
Datuk Kerjan, Datuk Majo dan Datuk Lelo. Petinggi adat ini tinggal di beberapa
desa di Kecamatan Langgam. Mereka akan bertemu saat diadakannya acara yang
berkaitan dengan adat. Sehingga banyak Adat Istiadat di Langgam yang masih
dipertahankan hingga saat ini seperti adat Mandi Balimau Potang Mogang,
Pengobatan Badeo, Tradisi Perkawinan, Malelang (Pelelangan) Danau dan ada
banyak lagi.
Di
Langgam sendiri terdapat 3 suku yakni Melayu, Domo Pangkalan dan Domo Sebuang
Parit. Ketiga suku ini hidup berdampingan satu sama lain. Menariknya, meskipun
memiliki 3 suku yang berbeda, di daerah Langgam juga mengenal pantangan
pernikahan sesuku. Artinya bahwa jika seorang laki-laki berniat ingin menikahi
seorang perempuan yang berasal dari suku yang sama atau sebaliknya, seorang
perempuan ingin menikah dengan laki-laki dari suku yang sama maka pernikahan
itu lebih baik tidak dilaksanakan karena merupakan pantangan adat di daerah
Langgam. Jikapun tetap dilaksanakan maka mereka akan terbuang dari adat, yang
berarti bahwa setiap acara adat maka mereka tidak akan diundang.
Sekarang,
Kecamatan Langgam telah menjelma menjadi kecamatan yang bisa dikatakan maju,
baik dalam Infrastruktur maupun pendidikan. Perkembangan Infrastruktur tersebut
dapat dilihat dari Pembuatan Jalan Aspal, Jembatan yang menyeberangi sungai Kampar, Pembangunan
Sekolah Tinggi Teknopolitan, Puskesmas, Pembangunan Rumah Layak Huni,
Pembangkit Listri Tenaga Mesin Gas (PLTMG) serta lain sebagainya.
Sedangkan
perkembangan dalam Pendidikan, dapat dilihat dari data Jumlah Murid sekolah
menurut tingkat pendidikan di kecamatan Langgam Tahun 2019, adalah sebagai
berikut:[3]
- Desa Segati memiliki jumlah murid 123 TK, 1755 SD Negeri, 660 SMP Negeri, dan 260 SMA Negeri
- Desa Sotol memiliki jumlah murid hanya di jenjang SD Negeri sebanyak 179
- Desa Tambak memiliki jumlah murid sebanyak 29 TK, 302 SD Negeri dan 240 SMK Negeri
- Desa Langkan memiliki jumlah murid 107 TK, 1118 SD Negeri, 386 SMP Negeri, dan 271 SMA Negeri
- Desa Pangkalan Gondai memiliki jumlah murid 48 TK, 811 SD Negeri, dan 126 SMP Negeri
- Desa Penarikan memiliki jumlah murid 26 TK, dan 222 SD Negeri
- Kelurahan Langgam memiliki jumlah murid 72 TK, 453 SD Negeri, 206 SMP Negeri, dan 280 SMA Negeri
- Desa Padang Luas memiliki jumlah murid 33 TK, dan 248 SD Negeri
Jika
ditotalkan secara keseluruhan maka diperoleh jumlah murid di Kecamatan Langgam
dari 1 Kelurahan dan 7 Desa yaitu sebanyak 438 siswa TK, 5.088 siswa SD Negeri,
1378 siswa SMP Negeri, 811 siswa SMA Negeri dan 240 siswa SMK Negeri.
Selain
itu, daerah Kecamatan Langgam ini juga dikenal dengan daerah Rawan, baik dikala
musim hujan maupun dikala musim kemarau. Hal itu ditandai dengan peristiwa alam
yang sering terjadi tiap tahunnya. Ketika musim penghujan antara bulan Oktober
hingga Desember maka kawasan Kecamatan Langgam akan terendam banjir., bahkan
beberapa rumah warga di pinggir sungai juga terendam banjir. Dan ketika musim
Kemarau tiba, maka akan terjadi Karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan), baik di beberapa
desa maupun di kelurahan Langgam itu sendiri.
Kecamatan
Langgam juga memiliki beberapa tempat menarik yang tentunya dapat dikunjungi. Seperti
Danau Kajuid, Balai anjungan yang biasanya digunakan sebagai tempat prosesi
Upacara Balimau Kasai Potang Mogang, Kolam Putri Tujuh, Makam Datuk Engku Raja
Lela Putra, Rumah Singgah Datuk Engku Raja Lela Putra, Masjid Nurul Islam yang
terletak di tebing Sungai dan Rimbo Tanah Beguo (Hutan Tanah yang bergua).
Kesimpulan
Kecamatan
Langgam merupakan salah satu dari 12 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pelalawan.
Kabupaten Pelalawan ini adalah salah satu Kabupaten hasil dari Pemekaran
Wilayah Kabupaten Kampar. Kecamatan Langgam memiliki asal nama dari Laut Embun
Jatuh, kemudian seiring dengan perubahan waktu maka berganti nama menjadi Ranah
Tanjung Bunga. Hal ini didasarkan karena Kondisi Alam pada saat itu dan juga
dari cerita rakyatnya. Dimana diceritakan bahwa penamaan Ranah Tanjung Bunga
berasal dari Pemikiran Datuk Bandaharo Kayo dan Istrinya Si Omeh munah yang
terkesima dengan sekuntum bunga yang mekar di daerah tersebut.
Seiring
dengan perkembangannya, Ranah Tanjung Bunga menjadi tempat berlalu lintas
pedagang. Adapun penamaan Langgam berasal ketika Para pedagang beristirahat di
sebuah pohon kayu yang besar dan memiliki buah seperti mangga golek. Jika buah
tersebut dipegang maka bekas jemari para pemegang akan menempel di kulit buah.
Bekas jemari itu dalam bahasa masyarakat disebut Lenggam, sedangkan dalam
bahasa Indonesia dinamakan Lekam. Kata Lenggam lama-kelamaan berubah menjadi
Langgam. Dengan begitu, pohon kayu tersebut diberi nama Pohon Langgam Dan juga
Orang-orangpun menyebut daerah tersebut bukan lagi ranah tanjung bunga
melainkan Daerah Langgam. Kecamatan Langgam kini telah menjadi Kecamatan yang
bisa dikatakan maju. Meskipun tergolong maju, adat istiadat masyarakat masih
dipertahankan. Hal itu terlihat dari beberapa acara keadatan yang masih
dipertahankan seperti Balimau Kasai Potang Mogang, Pengobatan Badeo, Tradisi
Perkawinan, Malelang (Pelelangan) Danau dan ada banyak lagi. Tentunya ini
menjadi daya tarik yang dimiliki Kecamatan Langgam.
[1] Respository, Uin-suska. BAB
II Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Langgam. 2019. https://www.google.com/url?sa=t&sorce=web&rct=j&url=http:respository.uin-suska.ac,id/19780/7/BAB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwiK9-qXrJHAhWBYisKHSQOCAQFjAPegQIARAB&usg=AOvVaw0kel1jEJNtqm10aMtW1Z25
Diakses 20 November 2020
[2] Dedi Arman. “ Sejarah
Pebatinan Petalangan di Langgam “. 2018, https://kebudayaan.kemendikbud.go.id/bpnbkepri/sejarah-pebatinan-petalangan-di-langgam/
. Diakses 26 November 2020
[3] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pelalawan. Kecamatan Langgam dalam Angka 2020. BPS Kabupaten Pelalawan.
Pangkalan Kerinci. 2020. Hal. 24
DAFTAR PUSTAKA
Arman, Dedi.
2018. Sejarah Pebatinan Petalangan di Langgam. Artikel. https://kebudayaan.kemendikbud.go.id/bpnbkepri/sejarah-pebatinan-petalangan di-langgam/ Diakses 26 November 2020.
Badan Pusat
Statistik Kabupaten Pelalawan. 2020. Kecamatan
Langgam dalam Angka 2020. BPS
Kabupaten Pelalawan: Pangkalan Kerinci
Respository.
Uin-suska. 2019. BAB II Gambaran Umum
Lokasi Penelitian Kecamatan Langgam.https://www.google.com/url?sa=t&sorce=web&rct=j&url=http:respos tory.uinsuska.ac,id/19780/7/BAB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwiK9qXrJHAh BYisKHSQOCAQFjAPegQIARAB&usg=AOvVaw0kel1jEJNtqm 0aMtW1Z25 Diakses 20 November 2020
No comments:
Post a Comment