Halaman

Wisata Budaya Pacu Sampan Leper Dari Kabupaten Indragiri Hilir

Dina Purwanti / PBM
Jika Kabupaten Kuantan Singingi mempunyai Wisata Budaya Pacu Jalur yang sudah dikenal secara Nasional maupun Internasional, maka Kabupaten Indragiri hilir yang memiliki julukan Negeri Seribu Parit atau Negeri Seribu Jembatan mempunyai Wisata Budaya Pacu Sampan Leper. Pacu Sampan Leper adalah Perlombaan Pacu Sampan Tingkat Kabupaten yang diadakan setahun sekali di Inhil.
Masyarakat Inhil selalu tumpah ruah menyaksikan kegiatan ini, dan beberapa wisatawan lokal dan internasional juga terlihat di sana. Kegiatan pacu sampan ini sudah mulai digelar sejak 1995 yang lalu. Kenapa sampan leper ini menjadi helat wisata unggulan di daerah pesisir yang memang sebagian garis pantainya berlumpur pada saat surut air laut ini? Moda transportasi ini menjadi satu-satunya solusi angkutan masyarakat di sana untuk beraktifitas mengingat kondisi geografis Inhil yang cukup berat dilalui. Pengemudi sampan leper ini harus bekerja keras mengayuh sampan jika sudah berada di atas bagian yang berlumpur dalam. Dengan hal itu, bisa dinilai bagaimana perjuangan berat masyarakat untuk bisa menaklukkan kondisi alam di sana. 

Sejarah Singkat Sampan Leper
Salah seorang tokoh masyarakat di Tembilahan bercerita tentang sejarah singkat lahirnya Sampan Leper itu. Dulu katanya, di kawasan Pekan Arba merupakan tempat rekreasi bagi mayarakat Kota Tembilahan, karena lokasinya ini berdekatan dengan Kota Tembilahan. Kawasan ini terdapat di pinggir Sungai Batang Sebatu yang dari tahun ke tahun mengalami pendangkalan dan mengakibatkan hubungan/transportasi antara Pekan Arba dengan desa-desa seberangnya menjadi sulit. Karena sulitnya hubungan ini, maka masyarakat berusaha mengatasinya dengan membuat sampan atau perahu yang berbentuk leper atau rata di bagian bawahnya dan dapat berjalan serta meluncur di pantai lumpur maupun di atas air, sehingga sampai sekarang dijadikan sebagai alat  transportasi.
Perahu yang digunakan juga berbeda dari perahu kebanyakan, dasar perahu berbentuk segitiga agar mudah memecah massa air. Perahu ini justru dasarnya datar atau disebut disana dengan leper. Hebatnya, sampan ini tidak hanya bisa digunakan di atas air, namun juga di atas lumpur bahkan di atas pasir. Meski sederhana, perahu unik ini selain menjadi daya tarik pariwisata, namun juga sudah menjadi bagian hidup masyarakat Inhil masa lalu.
Pacu Sampan Leper ini diselenggarakan oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Indragiri Hilir (inhil). Jika Pacu Jalur di Kuansing di atas sungai yang berair, maka sebaliknya untuk Pacu Sampan Leper.
Sampan leper ini merupakan perahu yang memiliki ukuran 1 x 3 meter dengan lantai dasar yang memiliki permukaan pipih dan datar. Hal itu sebagai penyesuaian agar dapat digunakan di atas air maupun lumpur.
Perlombaan Sampan Leper diadakan di kawasan wisata Kuala Getek Tembilahan dan diikuti oleh perwakilan seluruh kecamatan yang ada di Inhil. Pemerintah Kabupaten Inhil menyatakan akan terus mempertahankan kebudayaan Sampan Leper ini agar dikenal hingga ke seluruh pelosok negeri.
Pacu Sampan Leper dahulunya sering digelar di Pekan Arba, Kecamatan Tembilahan. Namun karena terjadi pendangkalan Sungai Batang Tuaka, maka pemerintah setempat memindahkan event ini di Kawasan Wisata Kuala Getek, Sungai Luar, Kecamatan Batang Tuaka.
Sungai luar, satu cabang Sungai Indragiri yang luasnya mencapai 150 meter, tempat lomba sampan lemper itu diadakan tiga kilometer jaraknya dari Tembilahan. Bila surut, airnya kering tempas sama sekali. Yang tinggal bukan pasir yang bisa membuat penduduk mudah berjalan kaki untuk menyebrangnya, tetapi adalah lumpur yang lunak dan cair.
Lomba pacu sampan leper ini hampir sama dengan lomba berenang. Ada berbagai gaya. Ada gaya duduk, gaya nyamping, gaya jongkok, dan adapula gaya dorong belakang. Pesertanya ada putra, ada putri, dan ada pula yang double dan double campur.
Sebenarnya dalam menentukan pelaksanaan pacu sampan leper ini tak mudah karena harus berdasarkan perhitungan alam, yang tidak dapat diadakan sesuai keinginan, yakni melihat kondisi pasang surut air di Sungai Indragiri. Pacu sampan leper ini hanya bisa dilakukan antara bulan Juli sampai dengan bulan Agustus yakni pada saat kondisi air sedang surut.
Perlombaan ini bukan main serunya. Sebab bukan saja ketangkasan para pemacu yang menjadi daya tariknya, tetapi juga peserta yang kurang terlatih berkayuh atau berpacu di atas yang bukan sekali-dua kali tersungkur ke dalam lumpur. Apabila mereka jatuh, sorak soraipun makin berkepanjangan. Sementara yang jatuh ke lumpur badannya, dari rambut sampai ujung kaki, penuh berlapiskan kubangan. Yang tampak hanya mata terkebil-kebil dengan giginya yang nyengir.
Pacu sampan leper merupakan suatu objek wisata tahunan Kabupaten Inhil, dan merupakan perlombaan yang langka di dunia, karena arena yang digunakan permukaan lumpur bukan di atas permukaan air.
Karena pekerjaan begini berawal dari Suku Laut di kuala Indragiri, saban kali lomba, orang-orang suku lautpun ikut berpartisipasi. Dan memang merekalah yang lebih sigap di atas lumpur. Setiap perlombaan pacu sampan leper sering kali mereka yang memenangkannya.
Hingga saat ini budaya pacu sampan leper masih tetap terjaga dan terus dikembangkan oleh Pemkab Inhil melalui Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata.



DAFTAR PUSTAKA
Indra, M Yamin. 2016. Inhil Pertahankan Lomba Pacu Sampan Leper Jadi Wisata Budaya. http://www.potretnews.com/berita/baca/2016/01/16/inhil-pertahankan-lomba-pacu-sampan-leper-jadi-wisata-budaya/ . (diakses tanggal 17 Mei 2016)
Martono, Hardjo. 2016. Pacu Sampan Leper, Wisata Budaya Negeri Seribu Parit "INHIL". http://lancangkuning.com/post/103/pacu-sampan-leper-wisata-budaya-negeri-seribu-parit-inhil.html  (diakses tanggal 17 Mei 2016)
Nurdin, M. 2016. Saatnya Menikmati Wisata Alam Indragiri Hilir. http://www.potretnews.com/artikel/wisata/2015/11/28/saatnya-menikmati-wisata-alam-indragiri-hilir-begini-potretnya/  (diakses tanggal 17 Mei 2016)
Thalib, Mosthamir. 1994. Kenang-kenangan dari Riau, Melancong Bumi Lancang Kuning. Jakarta : Pustaka Sastra.



No comments:

Post a Comment