EKA ERNAWATI/PBM/BI
Aristoteles mengemukakan bahwa seni merupakan tiruan terhadap alam namun sifatnya harus ideal atau sempurna. Dalam buku "An Introduction to Aesthetic", E.F Carrit mengutip pendapat sekitar empat puluh ahli estetika yang representatif baik dari jaman dulu hingga jaman modern untuk menjelaskan pengakuan bahwa seni, sebagai proses kreatif, adalah dari suasana hati, perasaan dan jiwa. Dari kesepakatan ini ada dua hal yang dapat dicatat. Pertama, bahwa seni adalah ungkapan. Kedua, bahwa seni adalah jiwa, perasaan dan suasana hati yang diungkapkan. Immanuel Kant mengemukakan bahwa seni merupakan bentuk yang penampilan dan pengungkapannyatidak pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu ialah meniru alam. Sedangkan tradisi berasal dari bahasa latin "tradio" yang berarti diteruskan. Tradisi secara bahasa adalah sesuatu kebiasaan yang berkembang di masyarakat, baik yang menjadi adat kebiasaan atau yang diasimilasikan dengan ritual adat atau agama.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.
Menurut Prof. M.M. djojodiguno dalam buku "Asas-asas Sosiologi (1958)", kebudayaan/budaya adalah daya dari budi, yang berupa cipta, rasa, dan karsa. Cipta adalah ilmu pengetahuan, yang bersumber dari pengalaman lahir dan batin. Karsa adalah Norma – norma keagamaan/kepercayaan, yang bersumber dari "sangkan (lahir) dan paran (mati). Sedangkan rasa adalah norma keindahan yang menghasilkan kesenian, yang bersumber dari keindahan dan menolak keburukan atau kejelekan. Jadi, kebudayaan adalah hasil dari buah budi (gagasan) manusia yang berupa cipta, rasa dan karsa baik yang kongkrit ataupun abstrak yang bertujuan untuk mencapai kesempurnaan hidup. Sedangkan Dawson dalam buku "Age of the Gods", mengatakan bahwa kebudayaan adalah cara hidup bersama (culture is common way of life)
Setiap wilayah di dunia ini pasti mempunyai budaya tersendiri. Indonesia dikenal sebagai Negara yang kaya akan budaya. Setiap wilayah di Indonesia memiliki budaya dengan keunikan masing-masing. Begitu pula dengan Provinsi Riau yang mayoritas penduduknya adalah Suku Melayu. Provinsi Riau mememiliki 12 kabupaten kota. Salah satunya ialah kabupaten Rokan Hulu. Kabupaten Rokan Hulu juga dijuluki dengan sebutan "Negeri seribu suluk". Jumlah penduduknya pada tahun 2013 mencapai 552.558 jiwa. Dibagian Timur dan Tenggara Rokan Hulu, bermukim Suku Melayu yang memiliki adat istiadat dan bahasa daerah mirip dengan Kabupaten Rokan Hilir dan Bengkalis. Namun, disebelah Utara dan Barat Daya ditemukan penduduk asli yang memiliki kedekatan sejarah dengan etnis Rumpun Batak di daerah Padang Lawas di Provinsi Sumatera Utara. Mereka telah mengalami proses Melayunisasi sejak berabad yang lampau.
Selain itu juga banyak penduduk bersuku Jawa yang datang lewat program transmigrasi nasional sejak masa kemerdekaan maupun keturunan para perambah hutan asal Jawa yang masuk pada masa penjajahan lewat Sumatera Timur. Mereka tersebar di seluruh wilayah Rokan Hulu, terutama di sentra-sentra lokasi transmigrasi dan juga di areal perkebunan sebagai tenaga buruh. Juga banyak bermukim para pendatang asal Sumatera Utara bersuku Batak yang umumnya bekerja di sektor jasa informal dan perkebunan. Di daerah-daerah perniagaan ditemukan banyak penduduk pendatang bersuku Minangkabau asal Sumatera Barat yang umumnya bekerja sebagai pedagang. Selain itu juga didapati berbagai etnis Indonesia lainnya yang masuk kemudian sebagai pendatang. Pada umumnya mereka bekerja sebagai buruh pada sektor perkebunan.
Suku Melayu Rokan Hulu secara mayoritas adalah pemeluk agama Islam. Budaya Islam terlihat kental dalam tradisi adat dan budaya suku Melayu Rokan Hulu. Agama Islam masuk ke kalangan suku Melayu Rokan Hulu dibawa oleh orang-orang Melayu Riau sejak beberapa abad yang lalu.
Ada beberapa seni tradisi di Kabupaten Rokan Hulu yang berakar dari tradisi Islam, bahagian besar tergolong kepada seni tradisi lisan seperti: Dikie, Burdah, Koba, Berzanji, Gambus, dan Marhaban.
Dikie merupakan seni tradasi lisan yaitu 10 sampai 12 orang melantunkan kisah lahir nabi Muhammad yang disebut dalam Maulid Soropal Onom, dalam berkisah dengan memakai bahasa arab tanpa bantuan alat musik, dilantunkan oleh semua pezikir dengan bervariasi, salah satu contoh 3 orang naik berzikir dan disambut oleh peserta lain, kegiatan ini dilakukan duduk di tikar dan apabila berdiri pertanda diakhiri acara tersebut. Acara seperti ini dilakukan pada malam hari pada kegiatan cukur anak.
Burdah merupakan seni tradisi lisan yang pelantunnya terdiri dari 10 orang atau lebih dengan posisi duduk dengan membaca Kosidah Burdah memakai alat rabano, bahasa yang diapakai adalah bahasa arab yang isinya menghibur, memuji Nabi Muhammad SAW. Kegiatan ini dilakukan pada hajatan : kawin, menimang bonieh, malam moiniek padi, menyambut tamu, mandi koayie.
Koba adalah seni sastra lisan yang disampaikan seseorang dengan cerita atau berita, Sastra lisan Koba berfungsi sebagai media interaksi budaya, agama dan sosial dalam masyarakat melayu. Menurut pak Taslim (budayawan) ada beberapa sejenis koba yang dipakai di Rokan Hulu :
Bokoba, cerita yang diiringi dengan alat pukul bobano yang dipukul sambil bercerita dengan nada nada tertentu oleh sipenutur sastra lisan tersebut. Koba yang terkenal di Rokan Hulu adalah koba cerita Panglimo Awang yang diceritakan sampai tiga malam. Sedangkan Koba Bujang Jauh, Siti Jailun, Puti Lindong Bulan dan Tapah Non Godang hanya satu malam cukup untuk dikobakan.
Koba Duduk, cerita yang sipenutur tidak memukul alat bebano atau lainnya, hanya saja sesekali cerita tersebut diiramakan/dinyanyikan biasa dikenal dengan cerita Rao-rao dengan Puti lindung bulan. Cerita duduk, cerita biasa yang dilakukan seperti bercerita tentang dongeng, cerita lucu, dll.
Koba Boguliang, seorang ibu atau ayah yang bercerita, sesekali dinyanyikan untuk menidurkan anak dalam pengantar tidur.
Berzanji merupakan seni tradisi lisan yaitu 10 orang atau lebih dengan posisi duduk membaca buku Barzanji yang isinya kisah tentang perjuangan nabi Muhammad SAW dalam meneggakkan ajaran Islam dengan bahasa Arab tanpa diiringi rabano. Kegiatan ini biasa dilaksanakan untuk hajatan : bercukur anak, memberi nama anak.
Gambus merupakan musik hiburan yang berasal dari seni Islam yang dilengkapi alat musik gurun dan nyanyian gurun pasir yang berasal dari negeri arab. Dan Marhaban merupakan seni tradisi lisan yaitu terdiri dari 10 orang atau lebih yang membaca buku marhaban dengan isi pujaan dan hiburan untuk Nabi Muhammad SAW yang dilakukan berdiri dengan tidak memakai alat rabano. Marhaban biasa dipakai pada hajatan : Kawin, cukur anak, mandi bolimau. Ada juga dalam pelaksanaan cukur anak setelah Berzanji dilanjutkan dengan Marhaban.
Masyarakat Rokan Hulu sangat ramah dalam menyambut tamu. Mereka sangat menghargai tamunya. Dalam diri seluruh masyarakat Rokan Hulu sudah terpatri sebuah moto atau semboyan bahwa "Tamu adalah raja" untuk itu di Rokan Hulu jika kedatangan tamu, masyarakat selalu disebut dengan sebuah tarian, yang mereka namakan "Tari Persembahan" Dalam penampilan tari tersebut, para penarinya selalu ganjil dengan ketentuan beberapa penari ditambah satu orang pembawa tepak tempat sirih. Setelah para penari memperaga gerak-gerak tamu yang datang dengan maksud menyuguhkan sirih sebagai perlambang kehormatan.
Seni sebagai salah satu dari aspek kehidupan sangat dimaklumi di Rokan Hulu. Untuk itu masyarakat berupaya semaksimal mungkin mengekspresikan kesenian tersebut dalam berbagai bentuk. Dalam pengekpresian tersebut, mereka berusaha menyungguhkan pertunjukan-pertunjukan dengan ruh seni yang kuat.
Masyarakat Melayu secara keseluruhan sangat terkenal dengan dendang dan jogetnya. Di Rokan Hulu saat bulan purnama, panen padi dan waktu-waktu gembira juga selalu berdendang. Anak-anak mudanya dengan lincah selalu mengiringi dendangan tersebut denga joget hitam manis.
Selain itu, masyarakat melayu Rokan Hulu juga kaya akan permainan rakyatnya. Contohnya saja Lukah Gilo. Lukah Gilo adalah permainan dari suku Bonai Ulak Patian Kecamatan Kepenuhan perpaduan dari gerak dan ilmu kebatinan yang dimainkan pada acara-acara tertentu yang bersifat ritual bentuk permainannya memakai alat yang disebut lukah. Kemudian lukah itu dipegang bersama-sama, sambil membacakan mantra-mantra oleh salah seorang dari mereka sampai terasa lukah itu bergerak dengan sendirinya dengan sangat kuatnya hingga waktuyang ditentukan oleh tukang mantra.
Dari segi kesenian alat musiknya, Rokan hulu mempunyai Gondang Berogong yang merupakan perpaduan alat perkusi (alat pukul) tradisi Ogong, gendang dan celempong yang dimainkan oleh beberapa orang dengan Harmonisasi yang sahut menyahut. Isi musik yang kaya dengan improsisasi dan sangat merdu didengar dengan irama yang klasik. Kadangkala untuk lebih menarik perhatian penonton pemain gondang borogong sambil memainkan alat musiknya diselingi dengan gerak-gerak yang sangat menggelitik. Musik Gondang Borogong ini ditampilkan pada acara seperti menyambut tamu, pesta perkawinan dan upacara-upacara adat.
Rokan Hulu juga kaya akan masakan tradisionalnya. Dikutip dari buku "Masakan Tradisional Rokan Hulu" ada beberapa masakan tradisional Rokan Hulu yang dapat dikelompokkan penyajiannya dalam Ragam Campacahang, Asam Pdeh, Sayuo, Paih, Pokasam, Kokek, Baka, Giliang dan Tumbuk, Ragam Gulai, Kue, dan minuman serta ragam bumbu tradisional.
Mungkin juga tidak banyak masyarakat luar yang tahu jika Rokan Hulu mempunyai penangkaran kupu-kupu. Di dalam buku "Popehramu Rokan Hulu" berisikan kelompok penamaan kupu-kupu yang ada di Rokan, khususnya Rokan Hulu, serta koleksi lebih dari 100 spesies kupu-kupu yang ada di Rokan (Sumatera tengah).
Mungkin juga tidak banyak masyarakat luar yang tahu jika Rokan Hulu mempunyai penangkaran kupu-kupu. Di dalam buku "Popehramu Rokan Hulu" berisikan kelompok penamaan kupu-kupu yang ada di Rokan, khususnya Rokan Hulu, serta koleksi lebih dari 100 spesies kupu-kupu yang ada di Rokan (Sumatera tengah).
DAFTAR PUSTAKA.
4. Syam, Yusri. 2008. Popehramu Rokan Hulu. Rokan Hulu : Ragow Art Printing Rokan Hulu.
5. Syam, Yusri. 2010. Masakan Tradisional Rokan Hulu. Rokan Hulu : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Rokan Hulu bekerjasama dengan TIM Penggerak PKK Kab. Rokan Hulu.
No comments:
Post a Comment