Halaman

SEJARAH KOTA DUMAI


KIKI AMALIA/SR

A.    Asal Usul Nama Kota Dumai
Asal-usul Kota Duma dimulai dari versi cerita tentang Putri Tujuh. Putri raja yang menguasai suatu kawasn Kerajaan Sri Bunga Tanjung, yang pada waktu itu diperintah oleh Raut Cik Sima, raja perempuan yang memerintahkan kerajaan Sri Bunga Tanjung. Dia memiliki Tujuh orang Putri, dikenal dengan sebutan Putri Tujuh. Ketujuh Putri ini terkenal sangat cantik, namun yang paling cantik adalah putri bungsu, Mayang Sari namanya. keindahan dan kecantikan Mayan Sari ini memberikan satu nama lain buatnya, yaitu Mayang Mengurai.

Menurut cerita rakyat yang berkembang, suatu hari singgahlah di pelabuhan Sri Bunga Tanjung, laskar dari kerajaan Empang Kuala. Pada suatu hari pangeran dari kerajaan tersebut ingin menhirup udara segar dan ingin melihat keindahan alam daerah yang disinggahinya in, maka iya pergi berjalan-jalan. dia menyamar sebagai rakyat biasa agar lebih leluasa berjalan. Para pengawal pun menyamar sebagai orang biasa dan bebas kemana-mana.
Ketika pengawal sampai di pinggir lubuk pemandian sarang umai, sejenis landak berbulu tegak dan keras seperti duri, mereka tertegun melihat gadis cantik jelita dan mereka segera memberitahukan hal itu kepada pangeran, pangeranpun terpesona, "ya.... umai.. dumai, ya d'umai itu" kata baginda tergagap takjub. Berasal dari ucapan pangeran itu, yang setiap saat mengatakan di lubuk umai. D'umai.......d'umai akhirnya dua suku kata itu bertaut menjadi Dumai, sehingga derah atau kampung inipun Bernama Dumai.
Sejak peristiwa itu, masyarakat Dumai meyakini bahwa nama kota Dumai diambil dari kata "d'umai" yang selalu diucapkan Pangeran Empang Kuala ketika melihat kecantikan Putri Mayang Sari atau Mayang Mengurai. Di Dumai juga bisa dijumpai situs bersejarah berupa pesanggarahan Putri Tujuh yang terletak di dalam komplek kilang minyak PT Pertamina Dumai. Selain itu, ada beberapa nama tempat di kota Dumai yang diabadikan untuk mengenang peristiwa itu, di antaranya: kilang minyak milik Pertamina Dumai diberi nama Putri Tujuh; bukit hulu Sungai Umai tempat pertapaan Jin diberi nama Bukit Jin. Kemudian lirik Tujuh Putri sampai sekarang dijadikan nyanyian pengiring Tari Pulai dan Asyik Mayang bagi para tabib saat mengobati orang sakit. [1]
B.     Terbentuknya Kota Dumai
Tercatat dalam sejarah, pada era tahun 1930-an Kota Dumai merupakan sebuah dusun nelayan kecil yang terdiri atas beberapa rumah nelayan di pesisir timur Propinsi Riau, kini mulai menggeliat menjadi mutiara di pantai timur Sumatera. Kota Dumai merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Dumai dikukuhkan menjadi Kota Dumai dengan UU No. 16 tahun 1999 tanggal 20 April 1999 dimana status Dumai sebelumnya adalah Kota Administratif. Pada awal pembentukannya, Kota Dumai hanya terdiri atas 3 kecamatan, 13 kelurahan dan 9 desa dengan jumlah penduduk hanya 15.699 jiwa dengan tingkat kepadatan 83,85 jiwa/km2. Penduduknya bertambah ketika Jepang mendatangkan kaum romusha (pekerja paksa jaman penjajahan Jepang) dari Jawa. Seiring perubahan waktu, terjadi perubahan status Dumai sebagai berikut :
1.            Tahun 1945 - 1959, status Dumai tercatat sebagai desa.
2.            Tahun 1959 - 1963, Dumai masuk dalam wilayah Kecamatan Rupat.
3.            Tahun 1963 - 1964, Dumai berpisah dari Kecamatan Rupat dan berubah status menjadi kawedanan.
4.            Berdasar PP No.8 Tahun 1979 tertanggal 11 April 1979, Dumai berubah status menjadi Kota Administratif (merupakan kota administratif pertama di Sumatera dan ke-11 di Indonesia) di bawah Kabupaten Daerah Tingkat (Dati) II Bengkalis.
5.            Berdasar UU No.16 Tahun 1999 tanggal 20 April 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 50, tambahan Lembaran Negara Nomor 3829), Dumai berubah status menjadi Kotamadya sehingga menjadi Kotamadya Dati. II Dumai. Seiring perkembangan politik di Indonesia, berdasar UU No. 22 Tahun 1999 maka Kotamadya Dumai berubah menjadi Kota Dumai. Masa jabatan Walikota Dumai pertama dari tanggal 27 April 1999 sehingga tanggal 27 April dijadikan hari ulang tahun Kota Dumai. [2]
Terdapat beberapa filosofis yang cukup mendasar atas peningkatan status Dumai dalam pengelolaan wilayah administrasi pemerintahan adalah untuk memperpendek rentang kendali, mempercepat tingkat pelayanan dan memperbesar peran masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, disamping menangkap peluang pengembangan ekonomi. Kini, Dumai yang kaya dengan minyak bumi itu, menjelma menjadi kota pelabuhan minyak yang sangat ramai sejak tahun 1999. Kapal-kapal tangki minyak raksasa setiap hari singgah dan merapat di pelabuhan ini. Kilang-kilang minyak yang tumbuh menjamur di sekitar pelabuhan menjadikan Kota Dumai pada malam hari gemerlapan bak permata berkilauan.
Di dalam sejarah, kota Dumai pernah menjadi kota paling luas nomor dua di Indonesia setelah Kota Manokwari, di Papua. Akan tetapi, semenjak Kota Manokwari tersebut pecah dan kemudian terbentuk kabupaten Wasior, maka Kota Dumai pun menjadi kota terluas di Indonesia.
Kota Dumai dijuluki dengan Kota Pengantin Berseri. PENGANTIN BERSERI adalah singkatan dari Kota PENGANTIN (Pelabuhan, Perdagangan, Tourism dan Industri) BERSERI (Bersih, Semarak, Rukun dan Indah) di Kawasan Pantai Timur Sumatera sebagai penggerak kemajuan ekonomi dan budaya Melayu yang agamis menuju Dumai Kota "Sehat " (Sejahtera, Harmonis, Aman dan Tertib ) pada Tahun 2020. [3]
C.    Peninggalan Sejarah di Kota Dumai
Disetiap daerah pasti memiliki cerita dan peninggalan sejarah yang beranekaragam. Keanekaragaman inilah yang membuat suatu daerah itu mempunyai daya tarik tersendiri. Begitu juga di Kota Dumai yang banyak memiliki  cerita dan peninggalan sejarah yang begitu menarik.
1.            Goa Pelintung
Terletak di Kelurahan Pelintung, Kecamatan Medang Kampai. Lokasinya sekitar 35 Km. dari pusat kota. Goa ini dikenal juga dengan Bukit Kerudung (menyerupai kerudung). Konon menurut cerita rakyat, dulunya adalah tempat penyimpanan harta hasil perompakan oleh bajak laut Negeri Siam. Konon dulu di kampong Puak pernah di datangi oleh Armada yang berasal dari Siam.Armada Siam itu adalah perampok kapal kapal yang ada di kawasan selat Malaka. Kedatangan perampok Siam di kampong Puak untuk menyimpan harta harta hasil rampokan mereka. Kisah ini bermula dari suatu gua yang berbentuk bukit. Cerita rakyat yang berkembang di bukit itu dinamakan bukit kerudung. Bukit ini terdapat di kelurahan pelintung, kecamatan Medang Kampai kota Dumai.
2.      Makam Syech Umar dan Batu Beranak
Beliau adalah orang yang berkepribadiaan yang amat luhur, serta zuhud dan wara. Beliau adalah orang yang ikut serta dalam pembangun mesjid Agung Al-Karomah martapura.
3.      Makam Siti Laot
Dahulu, ada seorang wanita yang setia terhadap raja, kesetiannya disaat menuntunkan Lancang Kuning atau perahu yang membutuhkan wanita hamil jolong (baru pertama kali hamil) untuk dijadikan galang Lancang atau perahu. Alkisah Siti Laot yang dikala itu hamil, bersedia dijadikan galang Lancang untuk menurunkan lancing kuning tersebut. Siti Laot dimakamkan di Keluharan Pangkalan Sesai yang kemudian makamnya dijadikan situs sejarah. [4]
4.      Batu Tapak Harimau Asuhan Datuk Pawang Leon
Menurut cerita warga setempat, tapak harimau sakti ini merupakan tapak harimau asuhan Datuk Pawang Leon. Harimau ini memiliki kesaktian yang luar biasa untuk mengusir dan menghadapi musuhnya, hanya dengan sekali hentakan kakinya pada sebuah batu harimau tersebut bisa mengalahkan musuhnya. Hingga kini bekas hentakan kaki tersebut masih membekas di sebuah batu. Situs ini berada di kelurahan Pelintung Kecamatan Medang Kampai sekitar 25 km dari pusat kota.
5.            Makam Pawang Leon
Berada di sekitar 25 km dari pusat kota. Pawang Leon adalah seorang yang memiliki kesaktian sebagai peneroka yang sebelumnya tidak mampu membuka Kampung Pelintung, namun beliau mampu melakukan bersama harimau asuhannya serta para pengikutnya.
6.            Pesanggrahan Puteri Tujuh
Salah satu cerita rakyat yang masih berkembang di Dumai adalah Legenda Putri Tujuh. Cerita legenda ini mengisahkan tentang asal-mula nama Kota Dumai.
7.            Makam Ayahanda Puteri Tujuh ( 1776 - 1856 / 1196 - 1276 H )
8.            Makam Tok Kedondong Di Kawasan Patra Dock Dumai. [5]

DAFTAR PUSTAKA
[1]        Disandur dari buku: Legenda Puteri Tujuh: Asal Mula Kota Dumai. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan Adicita Karya Nusa, 2005

No comments:

Post a Comment