Halaman

ISLAM DI AFRIKA UTARA

AIDIL FEBRIANSYAH/ PIS

A.  Kedatangan Islam di Afrika Utara
Pada masa Nabi SAW, pertama kali ada kontak Islam dengan afrika yaitu setelah para sahabat hijrah ke Habsyi dan mereka disana dapat perlakuan baik dari masyarakat maupun dari penguasa yaitu Raja Najasyi atau Negus. Pada masa Khalifah Umar bin Khotob, panglima Amr bin Ash menguasai mesir(639-644 M) dan setelah mengalahkan Bizantium. Sepuluh tahun sebelumnya Mesir berada di bawah kekuasaan Sasania. Kota Fusfat dijadikan sebagai Ibu kota islam pertama di bumi Afrika. Seterusnya semasa Khalifah Usman bin Affan dia mengirim Abdullah Ibnu Saad Ibnu Abisarah, yang berhasil mengalahkan tentara Romawi dan seterusnya dengan 20.000 pasukan ia berhasil melawan tekanan-tekanan Bizantium dan terus maju sampai kebarkah dan Tripoli jatuh ditangannya. Pasukan Abdullah maju terus kearah Caarthage, ibu kota Romawi di Afrika Utara waktu itu. Akhirnya atas permintaan dari pengusa Bizantium diadakan genjatan senjata. Mendengar berita perjanjian damai tersebut Raja Konstantine sangat marah dan ia menghendaki supaya semua wilayah kekuasaannya yang jatuh ditangan kaum muslim harus direbut kembali. Pada saat itu poitik di madinah kurang mendukung untuk melanjutkan perang yang akhirnya usman terbunuh dan keadaan kacau dan Ali juga terbunuh.



Pada masa Muawiyah bin Abu Sofyan ia mengutus Uqbah bin Nafi' menjadi gubernur di Afrika dengan ibu kota Fusfat, ia memimpin pasukan menghadapi tentara musuh yang mengacau Fezzan dan Wadah. Ia juga berhasil meluluhkan keadaan sepenuhnya dalam catatan sejarah Uqbah lah yang pertama kali menembus pasir sahara, menembus wilayah sudan termasuk Ghana dan membuka jalan sampai kota Awdaghost. Namun ia dipecat dari jabatan gubernur diganti dengan Abul Muhajir. Hal itu dikarenakan muawiyah memiliki hubungan perjanjian rahasia denga Maslamah dan Abul Muhajir, akan tetapi setelah periode pemerintahan Yazid I, Uqbah bin Nafi' berhasil merebut hatinya Abul Muhajir menjadi bawahannya. Pada tahun 681 M, Uqbah membumi hanguskan kota dan masjid Koiroan yang dibangun Abul Muhajir yang sebenarnya kota dan masjid tersebut didirikan oleh Uqbah. Pada periode ini Uqbah berhasil memperluas wilayah sampai ke Maroko, berarti seluruh Ifrikiyah dan daerah Al-Magrib Al-Asho jatuh ditangannya. Maka Uqbah dijuluki Alexander muslim. Akan tetapi setelah peristiwa Tahuya, Kusaila menguasai Oiroan, sebagian tentara arab lari ke Mesir. Orang-orang Bar-Bar berontak dibawah pimpinan Kussaila dan berhasil, menghalau kaum muslim dari seluruh al magrib dan ifrikiyah setelah Abdul Malik bin Marwan memegang tampuk kekuasaan kekholifahan Umayah, memutus Zuhair bin Kois Albalawi, wakil setia Uqbah bin Nafi'. Ia berhasil mengalahkan Kusaila dan kembali ke Barkah untuk mempertahankan dari serangan Bizantium yang pada akhirnya Zuhair gugur, sedangkan Kholifah Abdul Malik sedang sibuk menghadapi lawan politiknya antara lain, Abdullah Ibnu Zubair dan golongan Khowarij di Arab, Irak, Persia. Maka kesempatan itu dimanfaatkan pasukan Raja Konstantine dan tentara Islam Bar-Bar banyak yang gugur dan sisanya terusir ke Mesir.
Kholifah Abdul Malik kemudian mengirim Hasan Ibnu Nukman sebagai pengganti Zuhair, sementara itu di Timur orang Arab disibukkan perang saudara yang menyebabkan kurang perhatian pusat ke Afrika, disamping itu orang Bar-Bar yang telah menguasai Ifrikiah muncul Kusaila II, Khahina (pendeta wanita yakni ahli nujum)[1].


B.       DINASTI-DINASTI ISLAM DI AFRIKA UTARA.
Berikut ini beberapa dinasti yang pernah ada di Afrika Utara. Akan tetapi dalam kajian ini, tidak di uraikan secara mendala kecuali dinasti patimiah, karena dinasti tersebut memiliki hasil peradaban yang cukup luar biasa. Beberapa dinasti tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Dinasti Idrisiah di Maroko.
Cucunya Hasan bin Ali, yaitu Idris Ibnu Abdullah melakukan pemberontakan terhadap Abbasiyah pada 786 M namun karena kalah ia melarikan diri ke Maroko disana ia mendirikan Dinasti Idrisiyah (788-974M) dengan ibu kota Fez. Inilah merupakan Dinasti Syiah pertama dalam sejarah islam. Karena dinasti ini terletak antara kekuatan islam besar yaitu Ummayah di Andalusia dan Fatimiah di afrika utara. Akhirnya panglima dari Hakam dua di Andalusia, yaitu Gholib Billah malakukan aneksasi wilayah Idrisiah setelah itu maka berakhirlah wilayah Dinasti Idrisiah, dalam buku lain menceritakan di Negeri Maroko (setelah jatuhnya pemerintahan Almuwahidin) telah berdiri sejumlah peerintahan. Adapun pemerintahan yang terpenting diantaranya adalah pemerintahan orang-orang Al Hafsiyah di Tunis, Bani Abdul Wa'ad di Al Jazair, pemerintahan Bani Marin kemudian Bani Watas di Maroko. Seiring perkembangan jaman, pemerintahan-pemerintahan ini melemah disebabkan oleh pertentangan dan perpecahan serta jauhnya mereka dari akidahnya. Sehingga orang-orang salib dapat membagi-bagi Negeri mereka dan mengambil kekayaannya.
Pemerintahan Bani Marin mengusai maroko setelah orang-orang al muwahidin pada tahun 668 H. kemudian negri itu tunduk pada Bani Watas, sampai akhirnya dikuasaui oleh Al Asraf (keturunan Hasan bin Ali) Sa'diyun.[2]
2.    Dinasti Aghlabiah.
Khalifah Harun Al Rasyid mengutus Ibrahim Ibnu Al Aghlabi sebagai penguasa Ifrikiah, mereka berkuasa secara independen dengan penguasa yang bergelar Amir dan mempengaruhi kawasan laut tengah. Dengan armada laut yang kuat mereka jadi Polisi di Itali, Prancis, Korsika, dan Sadinia kemudian mereka menguasai Sisilia dan Malta sampai Pulau Cereat, bahkan sampai dilaut Eghian. Dinasti Aghlabiah 800-909 M berpusat di Sijil Masa, berdiri ketika khalifah Harun Al Rasyid mengangkat Ibrahim Ibnu Al Aghlab sebagai penguasa Ifrikiah (Tunisia) pada 800 M untuk membendung kekuatan-kekuata luar dengan Abasiah terutama membendung dari serangan dinasti Rustamiyah  (Khawarij) dan Idrisiah. Upaya terkhir untuk memperkuat Negara berlangsung pada masa pemerintahan Khair Al Din ia mendukung pendirian perguruan Sadiki untuk melatih pegawai-pegawai pemerintah dan mengangkat sejumlah Superfisor untuk perguruan Masjid Zaituna. Di bawah kepemimpinannya pemerintah membentuk kantor-kantor baru untuk mengelola harta wakaf dan mereorganisir pengadilan muslim, khususnya untuk menghadapi tuntutan persamaan Bangsa Eropa. Terakhir, program reformasi meliputi pembentukan sebuah penerbitan percetakan pemerintah yang menerbitkan buku-buku teks untuk kepentingan pelajar Sadiky dan untuk mereproduksi naskah-naskah Klasik Hukum Islam.[3] Kedua dinasti ini sama-sama berusaha exspansi ke Al Maghrib untuk melemahkan kekusaan Abbasiyah di Afrika dan sekitarnya. Periode ini membawa Afrika Utara dan kawasan Pesisir Laut Tengah dalam banyak kemajuan. Dinasti ini dilenyapkan oleh Dinasti Fatimiah ketika menguasai ibukota Sijil Masa, dengan mengalahkan penguasa terakhir Yadatullah Al Aghlabi pada 909 M.
3.    Dinasti Ibnu Toulun
Di syiria dan mesir berdiri dinasti toulonia (828 M), pendiri dinasti ini adalah Ahmad Ibnu Toulun yang semula ditugaskan oleh penguasa Abbasiah sebagai penguasa Mesir. Pada periode ini, kegiatan intlektual, arsitektur berkembang dan maju. Banyak rumah sakit, masjid, dan menara didirikan. Misalnya, Masjid Ibnu Toulun di Mesir yang sangat populer gaya arsitekturnya dalam sejarah. Putra Ibnu Toulun yakni Saiban 904-905 M mengembalikan Mesir dalam kekuasaan Abbasiah.
4.    Dinasti Ikhshid 935-969 M.
Muhammad Ibnu Tuhus mendirikan Dinasti Turki yang ia mendapatkan restu dan nama dinasti ini dari Khalifah Al Razy, menggunakan nama Ikshid (gelar kehormatan yang biasa digunakan raja-raja Sasania sebelum islam), tidak lama kemudian ia menguasai Syam, Palestina, dan kedua kota suci islam, Mekkah dan Madinah serta masjidnya. Abdul Misek Kapur berkuasa dengan sukses. Penguasa terakhir dari dinasti ini, Abul Fawaris Ahmad. Ia dikalahkan oleh Jauhar, panglima perang dari Dinasti Fatimiah.
5.    Kekholifahan dinasti Fatimiah.
a.       Awal Berdirinya
Ketika dinasti abasiah dibagdad mulai melemah lahirlah kekhalifahan fatimiah, salah satu dinasti islam beraliran Syi'ah Ismailiah, pada tahun 909 M di Afrika Utara setelah mengalahkan dinasti Aghlabiah di Sijil Masa. Kekuasaan Syi'ah tersebut berakhir pada 1171 M. Orang-orang Syi'ah beranggapan bahwa yang berhak memangku Jabatan Imamah adalah keturunan dari Fatimah binti Rasulullah, kekhalifahan ini lahir diantara dua kekuatan politik Abbasiah di Baghdad dan Umayah dua di Kordova. Abu Abdullah Alhusain Al-Syi'i, salah seorang propagandis utama dari pemimpin Syi'ah Isma'iliah, berasal dari Yaman sebagai utusan utama dari Imam Mahdi. Al-Syi'i berhasil mempengaruhi masyarakat Bar-Bar tersebut untuk mengikuti misinya. Pada saat itu, Ziadatullah Al-Aghlabi 903-909 M (Dinasti Aghlabiah) sedang berkuasa di Afrika Utara yang berpusat di Sijil Masa. Pasukan Al-Syi'i berhasil mengalahkan pasukan Aghlabi sebanyak dua kali. Al-Syi'i kemudian mengundang Said agar datang untuk memangku jabatan sebagai pemimpin. Mendengar kemajuan Al-Syi'i, Said meninggalkan Salamiah, pusat kegiatan Syi'ah secara rahasia, menuju ke Afrika Utara dengan menyamar sebagai pedagang, meskipun menyamar Said tetap tertangkap di Sijil Masa. Said mengumumkan dirinya sebagai pendiri Dinasti Fatimiah di Rokodah sebagai ibu kota. Mulailah sejak saat itu berdirilah kekhalifahan Fatimiah dengan Khalifah Pertama adalah Said dengan gelar Ubaidillah Al-Mahdi. Menurut Saunders tidak seorangpun yang dapat melacak asal usulnya secara jelas karena sifat rahasia dalam gerakan Syi'ah menjadi penghalang bagi pencarian bukti-bukti sejarah. Said terkenal dengan Imam Ubaidillah Al Mahdi denga pusat kekuasaannya di Rokodah .
Setelah Mesir diketahui sebagai daerah yang makmur dan punduduknya dapat menerima berbagai Aliran Mazhab, maka Muis menyerang Mesir dengan alasan untuk melindungi kaum Syi'ah  yang ada di sana. Pada masa Muis inilah puncak kejayaan Fatimiah terukir, ia berhasi menyamai keberhasilan Abdurrahman di Andalusia.
1.    Kemajuan.
Orang fatimiah beranggapan bahwa Afrika Utara sebagai tanah air mereka yang kedua oleh karena itu mereka sangat keras dan berhati-hati dalam melaksanakan politik daerah kekuasaannya yang luas mulai dari Al Maghrib sampai Mesir. Sesudah itu merembes ke Syam, Palestina, dan Hijas serta Yaman. Pusat pemerintahan berada di Mesir (Kairo). Wilayah kekuasaan terbagi menjadi empat wilayah, yaitu wilayah Qus, yaitu wilayah terbesar yang meliputi wilayah Mesir. Wilayah Timur meliputi daerah Bilbis, Koliup dan Asmum. Wilayah barat yang meliputi Manup dan Abyar.
Wilayah Iskandariah, yaitu meliputi Pesisir Laut Tengah. Disamping itu juga terdapat tata administrasi yang memiliki tugas mengurusi kelancaran tata pemerintahan yaitu urusan militer, departemen kemakmuran, urusan perhubungan, dan urusan kepolisian. Disamping itu, mereka sudah mengenal adanya ketatanegaraan. Pemungutan pajak  dilaksaanakan dengan administrasi yang teratur, maksud untuk mendapatkan biaya dalam menyuplai pembiayaan dan perlengkapan militer. Itulah sebabnya mereka dapat membentengi kekuasaannya dengan kuat.
Peran atas sosial diambil dari khalifah-khalifah sebelumnya dan juga dilandaskan pada aturan-aturan keagamaan. Peranata-peranata menjadi hak keturunan  yang berlaku itu secara umum banyak diambil dari kekhalifahan Abbasiah, sebagaimana Abbasiah juga mengambil dari dinasti Umayah. Menurut mereka kholifah itu hak dari Ali yang mendapat  wasiat dari Rasul  untuk menggantikanya dan untuk seterusnya hak kholifah tersebut  menjadi hak keturunan Fatimah.
Pada saat itu di Sudan ,negara negara di Sub Sahara yang berkulit hitam, kini negara negara tersebut mayoritas penduduknya beragama islam ,ditemukan tambang emas,dari sana emas mengalir ke Cordofa dan Kairo,hasil penambangan emas di Sudan tersebut banyak dijadikan dana untuk pembangunan masjid dan dijadikan pula untuk tujuan tujuan urbanisasi seperti pembuatan istana ,masjid,dan pasar-pasar besar.
Pada masa Al Aziz (976-996 M) Masjid Al Azhar mengalami perubahan mendasar yang menjadi Universitas.Yaqub ibn Killis,wazir pada zaman Mu'iz  dan Al Aziz, diberi mandat oleh Al Aziz sebagai pelindung ilmu pengetahuan ia mendirikan sebuah Akademi Kebudayaan. Pada waktu itu ilmuan-ilmuan yang bermadzhab Sunni tidak mau datang ke Kairo. Pada masa Al-Aziz di perpustakaan Negara terdapat 200.000 buah naskah. Sebagai perbandingan, menurut Maqrizi di perpustakan "pribadi " kholifah Hakam II 961-976 M di Kordova, dijumpai 600.000 buah naskah dan di perpustakaan Al-Mustansariyah, lanjutan dari bait Al-Hikmah di Baghdad terdapat  80.000 buah naskah. Atas perintah Al-Aziz dilakukan penerjemahan buku-buku ke dalam bahasa Arab. Kholifah Al-Hakim Bi Amrillah 996-1021 M mendirikan akademi yang sejajar dengan lembaga-lembaga yangdi Kordova, Baghdad, dan lain-alin. Pada 1005 M akademi ini diberi nama Dar Al-Hikmah atau kampung kebijaksanaan. Selain ilmu-ilmu keislaman juga diajarkan ilmu astronomi, astrologi, kedokteran, kimia, filsafat, dan sebagainya. Bidang arsitektur juga perkembang pada masa Dinasti Fathimah. Salah satu bukti yang paling kuat adalah berdirinya Masjid Al-Azhar yang dibangun oleh Jenderal jauhar pada 972 M.
2.    Kemunduran dan kehancuran.
Dinasti Fatimiah di Mesir mulai mengalami kemunduran ketika Bani Saljuk bersama pasukannya datang ke Baghdad dan mengusir keluarga Bani Buwaihiyah bahkan akhirnya menangkap tokohnya yang bernama Al-Bassasiri. Dinasti ini tidak dapat memberikan pertolongan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti Fatimiah tersebut antara lain, mesklipun doktrin Ismailiah yang dianut oleh Fatimiah menekankan masalah keagamaan dan perkembangan ilmu pengetahuan, paham ini belum dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat islam yang kebanyakn berpaham sunni. Walaupun Fatimiah dapat menaklukan daerha-daerah di atas, mereka mengalami kesulitan pengawasan secara seksama . di daerha Syiria dan Palestina Fatimiah tidak dapat menguasai secara penuh, sehingga terjadi pemberontakan. Semasa Al-Aziz orang Turki dan para budak direkrut menjadi tentara, hal ini jelas menimbulkan konflik karena adanya fiksi dalam tubuh militer ketika masing-masing mereka merasa kuat. Pertikaian ini pada akhirnya membawa kelemahan Fatimiah.





DAFTAR PUSTAKA

Darsiti Soeratman 2012.Sejarah Afrika.Yogyakarta.Ombak
Ira.M.Lapidus. Sejarah Sosial Umat Islam Bagian Tiga: PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Syfi'i Maarif, Ahmad. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam: Pustaka Book Publisher. Yogyakarta. 2007
Ahmad Al Husairy. Sejarah Islam Sejak Nabi Adam Hingga Abad XX: Akbar Media. Jakarta
Wahyudi Djaja.2015.Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno Hingga Eropa Modern.Yogyakarta: Ombak

No comments:

Post a Comment