Halaman

MASUKNYA FILSAFAT ISLAM KE YUNANI


INDAH NUSANTARI/SP/14A

Filsafat Islam adalah pengetahuan tentang segala yang ada dan harus dibuktikan melalui metode atau cara yang digunakan untuk menyelidik asas dan sebab suatu benda tersebut, berdasarkan pemikiran agama islam yang sesuai dengan Al-Quran dan Al-Hadist. Filsafat islam masuk dan dijumpai kaum muslimin pada abad ke-8 M atau 2 H melalui filsafat Yunani. Kebudayaan dan filsafat Yunani masuk ke daerah-daerah islam (Siriah, Persia, Mesopotami,dan Mesir) melalui  ekspansi Alexander Agung. Alexander datang dengan tidak menghacurkan peradaban dan kebudayaan Persia, bahkan sebaliknya ia berusaha menyatukan kebudayaan Yunani dan Persia.

Hal ini memunculkan pusat-pusat kebudayaann Yunani didaerah tersebut diataaranya filsafat kemudian pada masa Dinasti Bani Umayyah, filsafat mulai berpengaruh kepada kebudayaan Arab. Seiring dengan zaman dan waktu barulah pada masa Bani Abbasiyah kebudayaan Yunani berkembang semakin cepat terutama filsafat, karena orang-orang Persia pada masa itu memiliki peranan penting dalam struktur pemerintahannya. Dan pada zaman Al-Makmun melakukan penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu pengetahuan kedalam bahasa Arab. Ketersediaan buku-buku terjemahan tersebut dimanfaatkan oleh kalangan muslim untuk berkenalan dengan ilmu pengetahuan dan filsafat. Dari wilayah-wilayah dari belahan timur tersebut terutama Baghdad ilmu filsafat dalam islam dan mulai berkembang luas.
Pada abad ke-4 H dengan dorongan dan bantuan dari penguasa, terutama pada masa pemerintahan khalifah Hakam II (350-366 H/937-953 M) di Andalusia Spanyol, filsafat islam belahan timur baru masuk secara besar-besaran ke dunia islam belahan barat tersebut (Spanyol). Berkembangnya ilmu filsadat di dunia islam ini pada akhirnya telah melahirkan  sejumlah filosof terkenal dari kalangan muslim. Mereka antara lain Al-Kindi, Ar-Rozi, Al-Farabi, Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd. Mereka memanfaatkan materi filsafat dari para filsuf Yunani, seperti Plato, Aristoteles, Phytagoras, Demokritos dan Plotinus, serta berpegang teguh pada ajaran Al-Quran, dan Al-hadist.
Meskipun para filosofi menaruh kekaguman kepada Plato, Aristoteles dan yanglain-lain, pemikiran mereka itu tidak diterima mentah-mentah. Berbagai ulasan dan kritik dilontarkan terhadap kejanggalan-kejanggalan yang ada pada pemikiran filosof Yunani, terutama yang berkenan dengan Aqidah. Diantara kritik yang mashur yang ditulis Al Farabi dengan judul Al Jam'u Bainal Ra'yai Al Hakimain ( Perpaduan antara dua filosof, Plato dan Aristoteles).
Orang yang dianggap sebagai filosof Islam pertama adalah Al Kindi yang nama aslinya Abu Yusuf bin Ishak (806-873 M). Keturunan Arab asli ini adalah anak Gubernur Kufah pada masa pemerintahan Al Ma'mun dan Ahmad, bahkan menjadi guru Khalifah tersebut. Dengan sponsor Khalifah dia menjadi pelopor, penerjemah buku-buku asing. Al Kindi  dalam risalahnya mengemukakan kebaikan-kebaikan filsafat, utuk menjawab pandangan sebagai ulama yang menganggap ilmu itu berasal dari orang-orang kafir dan hanya meluruskan jalan menuju kekufuran.
Menurut Al Kindi filsafat justru merupakan ilmu yang tidak bias ditinggalkan oleh setiap orang yang berfikir. Filsafat adalahilmu untuk memahami sesuatu kebenaran menurut kemampuan manusia, yang mencakup Ilmu Ketuhanan dan Keesaan, dan Ilmu Keutamaan. Dengan demikian filsafat mempelajari semua yang berguna dan cara memperolehnya. Jadi tujuan filsafat berifat teori, yaitu memperoleh kebenaran, dan bersifat praktis yakni mewujudkan kebenaran itu dalam bentuk perbuatan. Semakin dekat seseorang kebenaran, semakin dia mendekati kesempurnaan.
Meskipun tidak mempunyai system filsafat sendiri, dank arena itu tidak bias disebut sebagai pendiri filsafat Islam, Al Kindi sangat berjasa dalam merintis masuknya filsafat dalam dunia Arab. Dia menggunakan istilah-istilah Arab untukmenggantikata-kata Yunani dengan definisi yang ringkas tetapi tepat. Dia melakukan telah dalam bidang Matematika, Fisika, Psikologi, dan Ketuhanan dengan berangkat dari pemikiran Yunani namun tetap mempertahankan kepribadian sendiri. Dia tidak sekedar meneruskan pemikiran Plato dan Aristoteles akan tetapi memilih yang sesuai dengan pemikiran dan keyakinan Islam.
Orang yang dipandang sebagai pelopor Filsafat Islam adalah Al Farabi (870-950 M). Nama aslinya Abu Nashr Muhammad bin Tharkhan. Ayahnya orang Iran danibunya orang Takeshtan. Ketika remaja Al Farabi bermukim di Baghdad, pusat pemerintahan ilmu pengetahuan pada masa itu. Pernah berguru di Harran, pusat kebudayaan Yunani di Asia Kecil tetapi kemudian kembali ke Baghdad. Selama 30 tahun di kota itu dia mendalami, mengajar, menulis buku-buku, dan mengulas filsafat. Al Farabi telah mampu menciptakan Mazhab filsafat yang khas, dan menjadi guru atau acuan bagi filsuf yang kemudian seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd. Masyarakat menggelarinya "guru kedua", sedangkan yang dipandang sebagai 'guru pertama' adalah Aristoteles. Tulisan Al Farabi banyak diterjemahkan kedalam bahasalain, terutama Ibrani.
Saying sekali karangan-karangan filsuf itu kebanyakan berupa makalah pendek sehingga tidak terlalu dikenal. Filsafat Al Farabi merupakan campuran antara filsafat Aristoteles dan Neo Platonisme dengan pemikiran Islam dari aliran Syi'ah Imamiah. Dia sangat percaya kepada ketunggalan filsafat, karena baginya kebenaran itu satu. Perbedaan pendapat dan aliran hanyalah sesuatu yang nampak di permukaan. Sedangkan hakekat kebenaran hanya diketahui orang-orang tertentu. Dengan pandangan dasar seperti itu dia selalu berusaha untuk memadukan aliranyang bermacam-macam itu. Bahkan dia berusaha mempertemukan filsafat yang merupakan buah pikiran manusia yang disebut Wahyu.
Filsuf Islam yang berikutnya adalah Ibnu Sina (980-103 M). Dia dilahirkan dan dibesarkan di Bukhara. Pada masa kecilnya ia belajar Al-Qur'an dan astronomi, kemudian Matematika, Fisika, Logika dan Metafisika. Sesudah itu mempelajari ilmu kedokteran sehingga dikenal sebagai dokter yang pandai. Karena keberhasilannya menyembuhkan para penguasa negeri, Ibnu Sina berkesempatan mempelajari ilmu di perpustakaan-perpustakaan yang tertutup bagi orang kebanyakan.
Dalam masa hidup yang singkat, dan di tengah kesibukan berpolitik yang padat, Ibnu Sina ternyata berhasil menulis buku-buku yang sangat bagus. Diantaranya yang paling terkenal Asy Syifa. Bukuini terdiri atas uraian tentang Logika, Matematika, dan Metafisika.
Masa kegemilangan Filsafat Islam mengalami penurunan yang tajam ketika muncul pemikiran besar Al Ghazali (1058-1111 M). Dia dilahirkan di Gazalah, dekat kota Tus yang waktu itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan islam. Pendidikannya dimulai dengan belajar Al Qur'an kepada ayahnya sendiri, kemudian kepada beberapa guru yang diantaranya adalah para Sufi besar. Lapangan ilmu yang didalaminya cukup luas yakni Ilmu Fiqh, Ilmu Kalam, Manthiq, Filsafat, dan Tasauf.
Pada masa pematangannya diabelajar di Madrasah Nizamiyah di Nisabur, yang dipimpin oleh ulama besar Al Haramain Al Juwaini, seorang penganut Asy'ariyah. Al Ghazali kemudian menggantikan tugas gurunya tersebut. Lebih dari 100 buku yang ditulis, meliputi berbagai bidang ilmu. Diantaranya yang sangat terkenal adalah Ihya 'Ulumuddin dan  Al Mungidz min ad dholal, yang membicarakan aneka masalah keagamaan. Dalam bidang filsafat dia menulis dua buku yakni Maqosid al Falasifah (Tujuan para Filsuf), dan Tahafut al Falasifah (kesalahan para Filsuf). Buku-buku ini melancarkan kritik yang keras terhadap filsafat dan para filosof.
Al Ghazali memang pernah mengalami keraguan yang besar dalam hati karena syak terhadap apa yang telah dipelajarinya. Dia mulai tak percaya kepada pengetahuan inderawi karena ternyata bahwa indera itu sering kali salah. Kemudian dia mencoba mempercayai akal akan tetapi ternyata akal juga sering keliru. Kemudian dia menempuh jalah tasauf untuk memperoleh kebenaran dan jalan inilah yang bagi Al Ghazali mendatangkan kepuasan sejati. Proses ini ditulis dalam Al Mungidz min ad Dholal. Terhadap filsafat dia menyatakan penolakan yang keras. Pemikirannya itu dituangkan dalam Maqosid al Falasifah, kemudian ditegaskan lagi dalam Tahafut al Falasifah. Al Ghazli mengemukakan sepuluh kesalahan falsafah, tiga diantaranya dianggap sebagai pembawa kekufuran.
Tiga hal tersebut adalah pendapat bahwa alam ini qadim (terdahulu, tidak berawal), bahwa Tuhan tidak mengetahui rincian-rincian, dan bahwa kebangkitan di hari Kiamat nanti hanyalah kebangkitan roh, tidak ada kebangkitan jasmani. Pada pokonya Al Gjazali berpendapat bahwa pikiran-pikiran tersebut menyesatkan, karena umat  akan mengecilkan arti Tuhan, yang sama qadim-nya dengan alam, yang tidak mengetahui hal-hal rinci. Selain itu menurut Al Ghazali, pendapat itu jelas bertentangan dengan Al Qur'an.
Karena kritik-kritiknya yang pedas terhadap filsafat, maka orang berbeda pendapat tentang apakan Al Ghazali seorang filsuf atau bukan. Namun faktanya ialah Al Ghazali tetap menggunakan logika dan cara berfikir filsuf untuk menyerang apa yang disebutnya sebagai sepuluh kesalahan filsafat. Dia juga tetap menggunakan berbagai argument filsafat untukmasalah keagamaan berbagai argument filsafat untuk masalah keagamaan lainnya. Pengaruh Al Ghazali ternyata sangat besar di kalangan umat  Islam, dan tetap terasasampai sekarang. Keterangannya yang disertai argument logis dan mudah dimengerti, menjadikan pemikirannya sangat popular sampai kelapisan awam.
Para pemikiran generasi sesudahnya banyak mengeritik Al Ghazali sebagai penyebab kemunduran Islam, karena dia telah menciptakan suasana anti filsafat, yang berarti menolah berfikir secara mendalam. Akan tetapi para pendukungkan menyatakan bahwa Al Ghazali hidup justru di tengah kelesuan yang diakibatkan karena orang tidak lagi menghayati jiwa ajaran Islam. Orang disibukkan hanya untuk melakukan ibadah ritual tanpa memahami maknanya, atau disibukkan oleh pertentangan pendapat yang tidak ada habisnya tentang masalah yang tidak  ada nilai kegunaannya. Oleh karena itulah dia bekerja keras untuk menghidupkan kembali semangat Islam, antara lain melalui bukunya Ihya 'ulumuddin.
Kritik Al Ghazali terhadap filsafat tentu saja tidak diterima dengan suka rela oleh para filsuf. Serangan balik dilakukan terutama oleh Ibnu Rusyd (1261-1198 M). Filsuf yang bernama asli Abdul Walid Muhammad bin Ahmad Ibnu Rusyd.dia dilahirkan di Cordova dari keluarga hakim yang mempunyai kedudukan tinggi. Pada mulanyadia memperoleh kedudukan yang baik pula di bawah Khalifah Abu Yusuf Al Manshur, bahkan dianggap sebagai "Raja Segala Pikiran" karena pendapatnya diikuti oleh semua orang. Akan tetapi kemudian dia dipenjarakan sebagai akibat fitnah yang yang dilancarkan orang-orang yang tidak suka filsafat. Karena pembelaan para penganutnya dia kemudian dibebaskna tetapi tidak lama kemudian terkena fitnah lagi dan diasingkan ke Maroko.
Fisuf ini merupakanpengagum Aristotels dan dikenal sebagai pengulas Aristoteles yang paling terkemuka. Hasil karyanya yang membel filsafat antaralain Tahufat al Tahafut yang menguraikan kesalahan Al Ghazali dalam bukunya Tahafut al Falasifah. Bukunya yang lain Bidayatul mujtahid mempunyai nilai yang sangat tinggi di bidang Ilmu fiqh. Pada masa Ibnu Rusyd ini pemikiran-pemikiran Aristoteles 'di murnikan' dari pengaruh Neo Platonisme dan memperoleh penerimaan yang paling baik di kalangan cendekiawan Islam. Akan tetapi setellah itu kemudian merosot bersamaan dengan merosotnya pengaruh filsafatdan untuk masa yang sangat panjang tidak bangkit kembali.
Al- Farabi berkata : Filsuf adalah orang yang menjadikan seluruh kesungguhan dari kehidupannya dan seluruh maksud dari umurnya mencari hikmah yaitu mema'rifati Allah yang mengandung pengertian mema'rifati kebaikan.
Ibnu Sina mengatakan, hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan dapat menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala hakikat baik yang bersifat teori maupun politik menurut kadar kemampuan manusia.

DAFTAR PUSTAKA
1.       Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. 2008. Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia.
2.       JWM. Bakker SY. 1978. Sejarah Filsafat dalam Islam. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
3.      Pearl S. Buch. 2002. Negara dan Bangsa. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abdi.
4.      Anne Pellowski. 1977. The World of Storytrlling. New York: Library of Congres Cataloging in Publication Data.

No comments:

Post a Comment