Halaman

PARTAI INDONESIA RAYA ( PARINDRA )

abdullah 

 

Partai ini bermula pada persatuan partai partai kecil yang di lakukan pada tanggal 26 desember 1935 di solo yang di adakan kongres fusi, antara budi utomo dan persatuan bangsa indonesia ( PBI ). sehingga kongres fusi menghasilkan partai baru yang di sebut partai indonesia raya ( parindra ), dan Dr.Sutomo terpilih menjadi ketua di dalam partai baru ini yang di tetapkan di surabaya[1]

kalau kita melihat dari tujuan partai parindra dalam mewujudkan kemerdekaan indonesia, partai ini melakukan di antaranya ialah:

1.      melakukan kecerdasan secara politik, ekonomi, sosial kepada masyarakat sebagai bekal dalam menjalankan pemerintahan sendiri di masa depan.

2.      mengutamakan kesatuaan dan persatuaan indonesia tampa memandang suku,agama, ras,pendidikan dan kedudukannya.

3.      membentuk dan menjalankan aksi besar hingga memproleh pemerintahan yang demokratis berdasarkan kepentingan dan kebutuhan bangsa indonesia bukan kepentingan bangsa lain ataupun oknum oknum tertentu.

4.      bekerja keras di setiap bidang usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara ekonomi,politik,dan sosialnya.

5.      mengusahakan adanya persamaan hak dan kewajiban serta kedudukan dan hukum di seluruh warga negara indonesia[2]

Itulah tujuan yang di bagun oleh partai parindra ini dengan niat untuk membangun negara indonesia yang utuh dan kuat atau kokoh di dalam negara indonesia, kemudiaan kalau kita melihat pada tanggal dimana tanggal berdirinya partai parindra ini, partai parindra sudah memiliki 52 cabang dengan 2.425 anggota. sehingga pada tahun 1936 meningkat menjadi 57 cabang dan angotannya juga meningkat 3.25 anggota. pada kongresya di jakarta pada tanggal 15-18 mei 1937, partai ini mengambil sikap yang moderat. kenapa ia mengambil sikap ini karena sikap ini dapat menguntungkan dengan kondisi dan situasi pada saat itu, sehingga parindra dapat mendudukan wakilnya dalam volksraad, yaitu Muhammad Husni Thamrin. selain  itu juga partai ini banyak mengkeritik belanda bahkan terhadap petisi soetarjo 1936 yang lalu karena kurang mengakomodasi kepentingan rakyat tidak memikirkan rayat indonesia sendiri[3]

Kalau untuk pembangunan ekonomia rakyat partai parindra membentuk organisasi rukun tani, membentuk sarikat-sarikat kerja,menganjurkan swedi ekonomi dan mendirikan bank indonesia. kemudia kongres kedua di lakukan di bandung pada tanggal 24-27 Desember 1938. karena saat itu Dr. Sutomo sudah meninggal maka kongres di gantikan dengan K.R.M Wuryaningrat untuk menjadi ketua partai yang mengantikan Dr. Sutomo. kemudian di dalam kongres kedua ini mendapat keputusan bahwa. tidak menerima peranan indonesia menjadi anggota, berusaha keras mengurangi pengangguran dan meningkatkan tranmigrasi guna untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. sehingga sepak terjang partai ini begitu panjang dan gencar menjadi pelopor membentuk fraksi nasional bahkan dengan kegagalan petisi soedarjo, partai parindra melakukan persatuaan politik membentuk badan konsentrasi nasional yang di bentuk pada mei 1939, yang disebut gabungan politik indonesia ( GAPI ). Kalau kita meluhat lagi muhammad husni tamrin merupakan seorang pedagang dan anggota dari volksraad ia sering melakukan kontak dngan bangsa jepang sehingga ia memainkan kartu jepang ketika ia di politikus volksraad. Karena aktivitas ya yang kuat di volksraad pemerintah hindia belanda menganggap dia lebih bahaya dari pada soekarno, maka pada tanggal 9 Februari rumah tamrin di geleda oleh PID ( Dinas rahasia hindia belanda ) dan pada saat itu ia terkena sakit malaria selang dua hari husni tamrim meninggal dunia.

            Salah satu bukti kedekatan jepang dengan partai parindra ini ialah ketika husni tamrin meninggal dunia para anggota parindra memberi penghormatan dengan mengangkat tangan kanannya bukti lain adalah pembentukan gerakan pemuda yang di sebut surya wirawan ( matahari gagah berani ) yang disinyalir oleh pemerintah jepang. dengan demikian bahwa partai parindra di gambarkan dengan hindia belanda di awal berdirinya dan pemerintah jepang untuk kemerdekaan[4]

Pada paruh kedua tahun 1935, terdapat berbagai faktor perubahan dalam hubungan internasional di wilayah Asia-pasifik, seperti meningkatnya minat Jepang terhadap wilayah Selatan atau adanya pengakuan atas "philippine Commonwealth" yang memberikan batas otonomi yang sangat leluasa terhadap negara tetangga, filipina. Sebaliknya, di Indonesia, gerakan politis yang bersifat non-kooperatif terhadap belanda yang selama ini memimpin gerakan kebangsaan dipaksa bungkam pada saat itu. Denga lata bekanag "stabilitas" yang diberikan oleh kekuasaan besar pemerintah kolonial Belanda maka pada bulan Desember 1935 berdiri Perindra (Partai Indonesia Raya) yang berhaluan kooperatif moderat[5]

Parindra yang merupakan partai gabungan dua organisasi politik yang ada selama ini, yaitu Budi utomo (didirikan pada tahun 1908), organisasi sosial-politik paling tua,  dan Partai Bangsa Indonesia (didirikan pada tahun 1930), yang tergolong organisasi politik baru dan secara akfit melancarkan gerakan guna membangkitkan kesadaran dibidang sosial ekonomi yang terpusat di Jawa Timur, terutama di Surabaya. Dengan demikian, Parindra menjadi partai politik terbesar di Hindia-Belanda pada periode paruh kedua tahun 1930-an dan mempunyai keterkaitan yang erat dengan jepang yang berupaya berekspansi ke Selatan. Selanjutnya, supaya uraian mengenai sudut pandang Parindra terhadap jepang menjadi lebih jelas, sebelumnya dijelaskan secara singkat ciri khas politik yang penting yang terdapat pada partai ini.

Seperti yang diketahui dari asal-usul keenam pimpinan partai,partai ini dipimpin para intelektual Jawa yang kaya dan para priyayi yang progresif dan memiliki basis pendukung yang berasal dari golongan kaya di berbagai daerah.Sebagi prinsip, partai merekan secara aktif berusaha mendapatkan kursi dalam Volksraad pada tingkat pusat maupun provinsi, dan hal itu terbukti dari perolehan kursi terbanyak sebagai partai politik bangsa Indonesia dalam Volksraad (pada awal pendirianya, partai ini berhasil mengirimkan dua orang anggota, yaitu R.M.A Koesoemo Oetojo dan Soekardjo Wrijopranoto[6]

Di dalam anggaran dasar partai disebutkan bahwa tujuan dan gagasan ide partai paling mendasar adalah mewujudkan "Indonesia Mulia (dengan pengertian Indonesia yang makmur). Meskipun saat itu kata-kata ideologis "Merdeka"lah yang paling digandrungi dalam gerakan kebangsaan, Soetomo sebagai ketua partai dalam aktivitas politiknya tetap mengutamakan misi partai untuk mewujudkan Indonesia "Mulia" tersebut. Menurutnya, mewujudkan "merdeka" tidak otomatis membawa kemakmuran bagi suatu bangsa, tetapi mewujudkan "masyarakat yang makmur" pasti dilandasi kemerdekaan terlebih dahulu. Partai yang dipimpin oleh kaum intelektual Jawa yang tergolong lapisan kaya dan menitikberatkan aktivitas yang mengacu pada reformasi ini, mencoba mencari model modernisasi Indonesia bukan dari negara-negara Barat melainkan dari negara maju dikawasan Asia. Pada kesempatan berkunjung tersebut, Soetomo terkesan dan diilhami oleh cara penerapan ideologi "Wa-kon Yo-sai" (menerapkan ilmu dari barat dengantetap mempertahankan jiwa bangsa Jepang) serta sejenis kemiripan yang terdapat di antara budaya tradisional Jepang dengan kebudayaan Jawa.

kemudian pandangan parindra terhadap  Partai –partai politik bangsa Indonesia saat itu pada umumnya menyatakan sikap kritis terhadap fasisme. Tetapi pemahaman mengenai fasisme Jepang terdapat perbedaan pendapat. Parindra tidak mempetimbangkan kesamaan hakikat antara imperialisme Jepang dengan imperialisme Belanda, dan mempercayai Jepang guna memanfaatkan kekuatan jepang (bagi gerakan kebangsaan). Karena itu, mereka tidak menunjukan perlawanan saat berhadapan dengan peningkatan meliterisme Jepang.Parindra berbeda dengan Hatta dan kawan-kawan yang berpenapat bahwa mewujudkan perdamaian abadi diantara Jepang dengan Tiongkok atas dasar asas kesamaan derajat mutlak diperlukan demi stanilitas Asia.memandang konfrontasi total antara Jepang dan Tiongkok ini bagaikan "kebakarandiseberang tepi sungai." Partai ini selalu mengambil "jarak" dari tiongkok. Hal itu dapat diketahui dari beberapa hal, seperti, tidak pernah diizinkan keanggotaan partai bagi Tionghoa Perantauan, atau tidak pernah disinggung Tiongkok sebagai suatu "model" negara Asia yang harus dipelajari oleh Indonesia, padahal Jepang, Filipina, dan India sering disebut sebagai contoh negara Asia[7].

Parindra juga sering menurunkan tulisan mengenai kebijaksanaan ekspansi Jepang itu sendiri. Soeara Parindra memang selalu menyadari adanya minat besar Jepang terhadap Selatan dan sadar bahwa Jepang melihat terutama Indonesia sebagai kunci hidup bagi Jepang, karena wilayah tersebut merupakan sumber pemasok bahan-bahan mentah, pasar bagi Produk industri Jepang, dan sekaligus sebagai tempat tujuan emigrasi rakyat Jepang. Walaupun demikian, artikel-artikel mereka tidak menilai hal-hal tersebut sebagai "ekspansi fasisme jepang yang mengerikan telah mengarah ke Selatan." Malah orang-orang penting dalam partai Parindra, seperti Thamrin, bukannya menyatakan kewaspadaan terhadap jepang, tetapi mulai terang-terangan menyatakan rasa kecewanya terhadap belanda, karena pemerintah Hidia-Belanda berkali-kali menggagalkan mosi tuntutan reformasi di Volksraad. Artikel ini dengan jelas menceritakan kondisi selama itu. Situasi krisis yang dapat menimbulkan perang memang ada pula di kawasan Pasifik. Surat berbahasa Belanda mengkhawatirkan kemungkinan Jepang mulai menggarap wilayah Selatan sebagai kolonial mereka. Jika terjadi bentrokan dengan Jepang dan jika kemudian Belanda kalah, tanah dan bangsa Indonesia akan jatuh ke tangan Jepang. Surat kabar- surat kabar brbahasa Indonesia pun mengangkat masalah ini dalam pemberitaan dan mengusulkan agar masalah ini dirundingkan brsama-sama oleh wakil pemerintah Hindia-Belanda dengan bangsa Indonesia. Tetapi saat ini sesudah usul Sutardjo yang menyarankan perundingan antara kedua pihak itu ditolak, kita tidak dapat mengharapkan apa-apa lagi dari Belanda...singkat kata bangsa kita tidak mempunyai kekuasaan ataupun hak untuk membangun suatu negara Indonesia.Parindra memang menyadari ambisi Jepang ke wilayah Selatan. Tetapi bagi Parindra, Belandalah yang menjadi musuh utama untuk sementara waktu, sedangkan terhadap Jepang sebagai "musuhnya musuh" mereka memberi reaksi yang sangat naif karena ada rasa simpati terhadap Jepang sebagai tradisi partai, seperti diuraikan diatas. Walaupun kemudian sesudah kedudukan Jepang semakin terisolir dalam kencah politik internasional kawasan Asia-Pasifik dan kritik trhadapt Jepang di dalam negeri Indonesia mencapai suatu titik, pada dasarnya rasa simpati para mayoritas orang Parindra tetap tidak mengalami perubahan. Bahkan sepeninggal Soetomo (Mei 1938), dibawah kepemimpinan Thamrin, ketua bagian Politik yang dalam kenyataanya berlaku sebagai pimpinan tertinggi partai, parindra meningktakan kecenderungan untuk tertatik ke Jepang yang mengibarkan slogan "Asia untuk bangsa Asia"

DAFTAR PUSTAKA

 [1] Suwito, T. 2009.Sejarah Sekolah Menengah Atas ( Sma ) Dan Madrasyah Aliyah (Ma) Kelas Xi. Pusat Pembukuaan Departemen Pendidikan Nasional.Jakarta.

[2] Junaidi Al Anshori.2010.Sejarah Nasional Indonesia Zaman Pra Sejarah Sampai Proklamasi Indonesia.Pt, Mitra Aksara Panaitan.Jakarta.

[4] Nugroho Notosusanto.2008.Sejarah Nasional Indonesia V.Balai Pustaka. Jakarta

[6] Nyaman Dekker.2004. Sejarah Revolusi Nasional. Balai Pustaka .Jakarta

[7] http://www.sejarawan.com/117-partai-indonesia-raya-parindra.html

 

No comments:

Post a Comment