Halaman

Sejarah Pendidikan Wanita Di Kerajaan Siak Sri Indrapura

Donal Manalu/A/S/Riau

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan selalu menarik untuk di bahas, terutama bagi setiap bangsa di dunia dalam mencerdaskan kehidupan bangsanya. Oleh sebab itu sering dikatakan bahwa pendidikan sebagai sarana untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Hal ini di tandai dengan munculnya kaum intelektual yang telah banyak mendapatkan pendidikan di luar negeri.  Mereka menerapkan pendidikan yang dapat bartanggung jawab kepada bangsanya sendiri dan punya pola pemikiran maju untuk terlepas dari kaum penjajahan dan kolonialisme memalului pendidikan.
Perjuangan Pergerakan Nasional muncul akibat di laksanakannya politik etis di indonesia,perlu di ingat bahwa  bukan hanya kaum pria saja yang turut serta dalam perjuangan untuk mencapai kemajuan dan kemerdekaan bangsa tetapi kaum wanita pun merasa mendapat kesempatan untuk berjuang melawan penjajahan. Maka timbullah pergerkan wanita di daerah-daerah yang sifatnya perorangan atau kelompok-kelompok yang mempunyai tujuan sama yaitu ingin memajukan kerja sama untuk kemajuan wanita khususnya dan masyarakat pada umumnya. [1]
Selain di pulau jawa di sumatra juga didirikan perkumpulan kerjainan Amai Setia di Sumatra Barat oleh Rohana Kudus dan Dinniyah Putri School yang didirikan oleh Rahmah El Yunusiah pada tahun 1922 di payakumbuh dan  padang panjang, yaitu semacam sekolah keterampilan dan agama yang di kususkan untuk remaja putri dan ibu-ibu. Di Riau khususnya di Siak Sri Indrapura perkumpulan wanita dalam bentuk sekolah-sekolah yang di bangun oleh Sultan Syarif Kasim II dan permaisuri, karena beliau melihat pendidikan bukan untuk kaum lelaki saja. Tetapi kaum wanita juga berhak mendapat pendidikan. Walaupun waktu itu kedudukan sosial wanita di sepelekan namun peranannya sebagai isteri di dalam keluarga maupun ibu yang memberikan fungsi dan hak hidup kepada anak-anaknya di dalam rumah tangga. [2]
Perkembangan pendidikan bagi wanita mulai di lakukan di Siak Sri Indrapura setelah Sultan Syarif Kasim II dan Permaisuri mendirikan beberapa sekolah bagi kaum wanita. Hal ini lakukan agar kaum wanita merasakan pendidikan juga dan sederajat dengan pria. Sebagai seorang yang terpelajar, Sultan memandang penting untuk memajukan pendidikan bagi rakyat siak. Pada awal Sultan Syarif Kasim II memerintah jumlah lembaga pendidikan sangat sedikit, hanya ada sebuah sekolah desa (Volk School) sehingga tidak mencukupi untuk anak-anak di seluruh daerah kerjaan Siak Sri Indrapura, dan juga belum tersedianya pendidikan agama yang berbentuk sekolah. Beliau melihat pendidikan di kerajaan siak sudah cukup ketinggalan dengan daerah lain seperti medan, karena pada masa memerintah Sultan pernah berkunjung ke medan. Beliau melihat pendidikan di medan sudah mengalami kemajuan dengan adanya beberapa lembaga yang didirikan, salah satunnya berupa pendidikan agama islam berupa Madrasah-madrasah yang berbentuk sekolah.
Awal abad ke 20 terjadi perubahan-perubahan dalam masyarakat Riau dan Indonesia pada umumnya, perubahan itu antara lain di sebabkan masuknya pengaruh kebudayaan bangsa Eropa kedaerah kita. Pengaruh tidak langsung adalah melalui pembaharuan pendidikan islam yang terjadi pada akhir abad ke 19 di mesir. Setelah di dorong munculnya pujangga-pujangga  melayu di pulau penyengat dalam organisasi Russdydiah  Club diantara anggotanya terdapat perempuan. Kemudian kebanyakan kebudayaan melayu tersebut di persubur lagi oleh adanya politik etis oleh pemerintah Belanda pada awal abad 20, dalam dasawarsa kedua abad 20 dilaksanakan di riau [3]
Pada tahun 1915 saat Sultan Syarif Kasim II dilantik sebagai sultan di Kerjaan Siak Sri Indrapura pada waktu itu usianya masih 23 tahun, pendidikan yang tersedia di siak sangat sedikit, kondisi pendidikan bagi anak-anak dalam kota Siak tidak mencukupi untuk anak-anak seluruh Kerajaan Siak. Sehingga belanda mendirikan sekolah di Kerjaan siak, yang bertujuan untuk membentuk para siswa sebagai pegawai belanda dan lebih banyak membentuk para pelajar yang  mencintai bangsa Belanda.  Tindakan pemerintah belanda atas indonesia adalah untuk menegruk kekayaan alam indonesia membuat nasib indonesia menderita lahir batin.
HIS (Holland Inlands School) merupakan sekolah yang didirikan Belanda dengan biaya yang di bebankan kepada Sultan Siak yang didirikan pada tahun 1915. HIS merupakan sekolah umum dengan menggunakan dua bahasa pengantar. Di sekolah ini kelas 1 sampai kelas III, menggunakan bahasa melayu, kelas IV sampai kelas VI menggunkan bahsa belanda. Kepala sekolah di pimpin oleh orang belanda bernama Adolf, kemudian baru di ganti menjado orang pribumi yang bernama Maneer Ramli. Mata pelajaran yang diajarkan Belanda adalah bahasa belnda, berhitung ilmu bumi, ilmu ukur dan lain-lain.
Sultan Syarif Kasim II merupakan sultan yang sangat bijaksana. Beliau pendidkan  sangatlah penting, bukan hanya untuk kaum laki-laki tetapi pendidikan juga di perintukkan untuk kaum wanita. Sultan melihat sekolah yang didirkan Belanda lebih mengutamakan pendidikan laki-laki. Melihat keadaan seperti itu  Sultan dan permaisuri mendirikan sekolah bagi kaum wanita, agar wanita siak maju dalam pendidikan dan bisa menumbuhkan rasa nasionalisme. Sekolah khusus untuk anak-anak perempuan pertama kali didirkan di Siak Sri Sriindrapura bernama Sulthana Latifah oleh permaisuri Sultan Siak yang bernama Tengku Agung Syarifah Latifah. Nama sekolah itu di ambil dari nama permaisuri Sultan, karena sekolah ini berdiri atas prakarsanya yang menginginkan  agar kaum perempuan melayu maju pendidikannya seperti daerah lainnya. Latifah School berdiri tahun 1926 dengan lama pendidikannya 3 tahun.sistim pembelajaran atau metode yang di dunakan pada sekolah wanita ini adalah dengan para siswa langsung mempraktekkan materi yang di ajarkan untuk mata pelajaran keterampilan.  Sedangkan untuk mata pelajaran agama sistem pembelajaran guru menerangkan didepan kelas dan muridnya menerima pelajaran.Pelajaran yang diberikan sama dengan pelajaran yang di berikan pada sekolah belada (Volkschool) tetapi ada tambahan pelajaran lain yaitu pelajaran agama dan keterampilan wanita. [4]
Setelah Sultan mendirikan sekolah Sulthana Latifah, pada tahun 1929 Sultan Syarif Kasim II mendirikan Madrasah Nisak. Madrasah ini didirikan sultan bersama dengan pimpinan sekolah Diniah Putri Panjang. Madrasatul Nisak ini merupakan Madrasah yang di khususkan kepada kaum wanita, Sultan Syarif Kasim II beserta Permaisuri Tengku Agung berharap agar terjadi keseimbanggan pendidikan antara kaum laki-laki dengan kaum wanita demi kemajuan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Adsar pertimbangan Sultan dan Permaisuri untuk mendrikan Madrasatul Nisak adalah berpedoman kepada Hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi, yang artinya tuntutlah ilmu semenjak bayi sampai keliang lahat, hadis riwayat.
Dalam Madrasatul Nisak, terdapat dua tingkatan yaitu :
1.      Tingkat Ibtidayah lama pendidikan 5 tahun
Mata pelajaran yang diajarkan yaitu pengetahuan agama islam antara lain membaca tafsiran Alquran, rukun iman, rukun islam, Tauhid, Fiqih, Kesenian Arab. Pengetahuan umu meliputi : menulis arab melayu, menulis bahasa latin, ilmu falaq, berhitung, keterampilan menjahit dan memasak.
2.      Tingkat Tsanawiyah  lama pendidikan 2 tahun
Mata pelajaran yang diajarkan pengetahuan agama terdiri dari bahasa Arab, Tauhid, Fiqih, berpidato, kesenian islam dan laian-lain. Pengetahuan umu terdiri dari bahasa inggris, bahasa prancis, ilmu ukur, keterampilan wanita memasak, menjahit, menganyam dan lain-lain.
Sebagai kepala sekolah Madrasatul Nisak dipercayakan kepada Tengku Secha, kemanakan Sultan yang berasal dari Mesir., sedangkan guru-gurunya berasal terdiri dari lulusan universitas Al-Azhar dari Mesir, lulusan Diniyah Putri padang panjang, serta guru pembantu yang diangkat karena mendapat nilai yang baik.
            Dengan berdirinya sekolah-sekolah ini mulailah anak-anak perempuan wilayah Kerajaan Siak memasuki sekolah kepandaian putri. Dengan adanya sekolah dan madrasah Nisak mulailah terangkat derajat dan martabat golongan wanita di Siak Sri Indrapura, seta terjadilah sosialisasi di sekolah karena selama ini mereka terikat oleh adat istidat dan kebudayaan yang mengharuskan mereka tetap tinggal di rumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Di lingkunga Istana Tengku Maharatu mendirikan asrama putri yang bernama istana limas yang menampung anak-anak yatim piatu, mereka disekolahkan di sekolah Latifah School. Usaha Sultan Syarif Kasim II dan Permaisuri dalam meningkatkan pendidikan kaum wanita bukan hanya untuk kaum laki-laki saja, kaum wanita juga berhak mendapat pendidikan yang layak. [5]
Notes :
1.      Ohorella, dkk.1992. Peranan Wanita Indonesia Dalam Masa pergerakan Nasional. Jakarta.Hlm:32
2.      Maleha Aziz,1995. Sejarah Pandidikan di Siak Sri Indrapura, Lembaga Penelitian UNRI: Pekanbaru. Hlm:41
3.      Marlely Rahim,1989. Sejarah Pendidikan Wanita Sebelum Tahun 1950. UNRI: Pekanbaru. Hlm: 68
4.      http://pendidikan4sejarah.bolgspot.com/2011/03/pendidikan-masa-kerajaan-islam.html
5.      Yuni Saputri.2007. Skiripsi Tentang Sejarah Pendidikan Wanita di Siak Sri Indrapura. Skiripsi.Pekanbaru.hlm:41
Daftar Pustaka
- Yuni Saputri.2007. Skiripsi Tentang Sejarah Pendidikan Wanita di Siak Sri Indrapura. Skiripsi.Pekanbaru.
- Maleha Aziz,1995. Sejarah Pandidikan di Siak Sri Indrapura, Lembaga Penelitian UNRI: Pekanbaru.

No comments:

Post a Comment