Halaman

PERISTIWA RENGASDENGKLOK HUBUNGANNYA DENGAN PROSES PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI

JUMIATI/SIIV/A

A . Peristiwa Rengasdengklok
            Di setiap momen peringatan kemerdekaan republic Indonesia, kita diingatkan lagi oleh satu peristiwa yang mengawali proklamasi kemerdekaan republic indonesia yaitu peristiwa rengasdengklok. Tanpa peristiwa itu, barangkali kita tidak akan merdeka seperti saat ini. Peristiwa rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari "penculikan" yang dilakukan oleh sejumlah pemuda yaitu soekarni,, wikana dan chairul shaleh dari perkumpulan "menteng 31' terhadap soekaerno dan hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 agustus 1945 pukul 04.00 wib.[1]
            Adanya berita dari siaran radio yang diterima oleh golongan pemuda bahwa jepang sudah kalah dalam perang pasifik semakin jelas dengan dijatuhkan bom atom oleh sekutu di kota Hiroshima melemah dan keharusan jepang melakukan penyerahan diri tanpa syarat pada pihak sekutu memicu aksi beberapa organisasi bawah tanah dan para tokoh pemuda. Bahkan pada tanggal 10 agustus 1945, setelah mendengar siaran radio yang kebetulan tidak disegel oleh pemerintah militer jepang,bahwa jepang sudah memutuskan dan Nagasaki pada tanggal 9 agustus 1945. Akibat peristiwa tersebut, kekuatan jepang makin untuk menyerah kepada sekutu menghadapkan para pemimpin Indonesia pada masalah yang cukup berat. Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan (vacuum of power). Jepang masih tetap berkuasa atas Indonesia meskipun telah menyerah, sementara pasukan sekutu yang akan menggantikan mereka belum dating. Gunseikan telah mendapat perintah-perintah khusus agar mempertahankan status quo sampai kedatangan pasukan sekutu. Adanya kekosongan kekuasaan menyebabkan munculnya konflik antara golongan muda dan golongan tua mengenai masalah kemerdekaaan Indonesia. Golongan muda menginginkan agar proklamasi kemerdekaan segera dikumandankan sedangkan golongan tua menginginkan proklamasi kemerdekaan harus dirapatkan dulu dengan anggota ppki. Kemudian golongan muda mengadakan rapat disalaah satu ruangan lembaga bakteriologi di pengangsaan timur, jakarta tanggal 15 agustus 1945 pukul 20.00 WIB. Kemudia rapat tersebut dipimpin oleh chaerul shaleh yang menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia sendiri, tidak dapat diigantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan harus diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan perundingan dengan ir,, soekarno dan mohammad hatta agar kelompok  pemuda diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.
            Langkah selanjutnya malam itu juga sekitar jam 22.00 WIB wikana dan darwis mewakili kelompok muda mendesak soekarno agar bersedia melaksanakan kemerdekaan Indonesia secepatnya lepas dari jepang. Ternyata usaha tersebut gagal, soekarnoo tetap tidak mau memproklamasikan kemerdekaan sebelum rapat ppki menyebabkan golongan muda berpikir bahwa golongan tua mendapat penngaruh dari jepang. Selanjutnnya golongan muda mengadakan rapat di jl. Cikini 71 jakarta pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal  16 agustus 1945. Mereka membawa soekarno dan hatta ke rengasdengklok. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa ir. Soekarno dan drs. Moh. Hatta harus diamankan dari pengaruh jepang. Tujuan para pemuda mengamankan soekarno hatta ke rengasdengklok antara lain :
1.      Agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh jepang, dan
2.      Mendesak kkeduanya supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan jepang.
salah satu tokoh pemimpin gerakan bawah tanah yang juga seorang sosialis,sutan sjahrir segera mendesak hatta agar bersama soekarno segera memproklamasikan kemerdekkaan Indonesia lepas dari campur tangan jepang. Tetapi pada waktu itu baik soekarno maupun hatta belum yakin betul dalam bahwa jepang telah menyerah. Disamping  itu mereka merasa khawatir bila proklamasi dilakukan pada waktu itu juga, maka akan mengkibatkan terjadinya pertumpahan darah. Sjahrir sendiri bersama dengan pemimpin gerakan bawah tanah lainnya sudah melakukan konsolidasi bersama dengan membuat berbagai macam selebaran,  tulisan yang berisi kata-kata anti jepang. Selain itu sjahrir juga telah mengorganisir para gerilyawan dan pelajar Jakarta dan daerah untuk mengadakan demontrasi dan deklarasi kemerdekaan secara besar-besaran pada tanggal 15 agustus 1945. Tanggal 15 agustus diyakini oleh sjahrir sebagai tanggal dimana soekarno dan hatta akan memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Setelah semua persiapan mulai dilakukan, menjadi jelas bahwa soekarno dan hatta tidak bersedia memproklamasikan kemerdekaan tangggal 15 agustus 1945. Mereka masih berharap untuk menghindari pertumpahan darah sambil menunggu keputusan dari pemerintahan jepang. Akibat, ketidak sediaan soekarno dan hatta tersebut  pada tanggal itu juga di Cirebon terjadi suatu revolusi yang dipimpin oleh Dr Sudarsono.[2]
            Pada tanggal 16 agustus 1945 pagi, soekarno dan hatta tidak dapat ditemukan di jakrta. Mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda, diantaranya sukarni, yusus kanto, dan sydanco singgih, pada malam harinya ke garnesium PETA ( PEMBELA TANAH AIR)  di rengasdengklok , sebuah kota kecil yang terletak sebelah utara karawang. Pemilihan rengasdengklok sebagai tempat pengamanan soekkarno hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota PETA daidan purwakarta dan daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan bersama. Secara geografis , rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi dengan mudah setiap gerakan tentara jepang yang menuju rengasdengklok, baik dari arah Jakarta, bandung atau jawa tengah.
            Revolusi ini berhasil dipadamkan oleh militer jepang. Sementara itu, gerakan bawah tanah pimpinan soekarni yang didukung oleh sejumlah organisasi persatuan mahasiswa pada tanggal 16 agustus 1945, jam 04.00 dini hari WIB meculik soekarno dan hatta untuk dibawa ke garnisium peta (pembela tanah air) di rengasdengklok. Disana mereka menyakinkan kedua tokoh nasional itu dan kembali mendesak pada keduanya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Untuk menekan keduanya, soekarni mengatakan bahwa ada 15.000 pemuda bersenjata dipinggiran kota Jakarta yang siap masuk kekota begitu proklamasikan dibacakan untuk menghadapi militer jepang.
            Menghadapi situasi demikian, soekarno dan hatta menyakinkan pada mereka bahwa masih ada kemungkinan pihak jepang secara sukarela akan memberikan kemerdekaan pada Indonesia. Demi pertumpahan darah yang tidak perlu, setidaknya soekarno dan hatta ingin memastikan terlebih dulu sikap para petinngi militer jepang, tentang kemerdekaan Indonesia. Terlebih kedua tokoh tersebut yakin bahwa setiap dekklarasi kemerdekaan harus dilakukan melalui  suatu panitia persiapan kemerdekaan yang mewakili seluruh rakyat Indonesia, dijawa maupun diluar jawa. Dengan demikian deklarasi pproklamasi akan mendapat dukungan dari semua rakyat.
            Sementara itu, golongan tua yang ada dijakarta segera mengetahui perihal penculikan itu. Akhirnya ahmad subarjo dan yusuf konto menuju ke rengasdengklok. Rombongan tersebut tiba direngasdengklok pukul 17.30 WIB. Ahmad Subarjo yang memiliki hubungan dekat dengan sukarni segera menuju ke rengasdengklok untuk membujuk sukarni dan para pemimpin pemuda mahasiswa lain untuk membawa kembali sukarno dan hatta kejakarta. Atas jaminan dari Ahmad Subarjo bahwa proklamasi akan segera dideklarasikan, maka golongan pemuda membawa kembali soekano dan hatta kejakarta. Peranan ahmad subarjo sangat penting dalam pperistiwa kembalinya soekarno dan hatta ke Jakarta, sebab mampu menyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesekon harinya paling lambat pukul 12.00 WIB, nyawanya sebagai hjaminan. Akhinya  soebeno sebagai komandan kompi peta setempat bersedia melepaskan soekarno dan hatta kejakarta. Begitu tiba kembali dijakarta pada tanggal 16 agustus 1945 pukkul  23.000 wib, tengah malam, ir. Sooekarno  dan hatta segera menghubungi pemimpin angkatan  perang jepang dijawa bernama nishimmura  dan minta pendapat mereka perihal rencana kemerdekaan Indonesia. Para pemimpin militer jepang diindonesia memberikan penegasan bahwa pihak jepang tidak akan menyetujui suattu deklarasi  kemerdekaan penegasan   bahwa pihak jepang tidak akan menyetujui suatu deklarasi kemerdekaan oleh orang Indonesia. peenolakan perminttaan tersebut dengan alasan bahwa indonesia masih dalam statud  quo, arrtinya belum ada penyerahan  kekuasaan dari jepang kepada sekutu.karena ditolak, maka usaha mempersiapkan proklamasi dilakukan di rumah Laksmana Muda Maeda, seorang perwira angkatan laut jepang. [3]
            Setelah kemudian dikonfirmasikan dengan soekarno, maka jelas bagi kedua tokoh itu bahwa cara yang disarankan sjahrir, soekarni, wikana, chairul saleh dan pemimpin gerakan bahwa tanah dan pemimpin pemuda mahasiswa lainnya adalah satu-satunya cara untuk mencapai kemerdekaan. Melaksanakan deklarasi kemerdekaan yang lepas dari campur tangan jepang. Pada malam itu juga, hatta menghubungi marsekal muda maeda (salah satu pemimpin militer jepang diindonesia yang mendukung bagi terlaksananya kemerdekaan Indonesia) untuk minta kesediannya agar diijinkan menggunakan rumahnya sebagai tempat perumusan naskah proklamasi. Maeda pun menyetujui keinginan tersebut. Mengapa dirumah laksmana muda maeda?  ada dua alasan  :
1.      Laksmana muda maeda mendukung perjuangan bangsa Indonesia.
2.      Factor keamanan : hak prerogratif kekuasaan wilayah militer angkatan laut yang tidak dapat diganggu gugat oleh angkatann darat.
Selain soekarno dan hatta, dalam pertemuan itu hadir antara lain ahmad subarjo, wikana dan soekarni. Setelah berdiskusi lama, teks proklamasi akhirnya berhasil dirumuskan.
B . Peristiwa Seputar Perumusan Naskah Proklamasi
            Perumusan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia mengambil ditempat dirumah seorang perwira tinggi Angkatan Laut Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jl. Imam Bonjol 1 Jakarta. Di rumah Maeda hadir para anggota PPKI, tokoh-tokoh pemuda seperti Chairul saleh, Soekarni, B.M. Diah, soediro, Sayuti Melik, dan orang-orang Jepang dari Angkatan Darat, seperti Nishijima, Yshizumi dan Myoshi.
            Perumusan naskah proklamasi dilakukan oleh Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebarjo, yang disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah dan Soediro. Soekarno menuliskan naskah proklamasi itu pada secarik kertas bergaris. Setelah mendapat kesepakatan bersama, maka naskah proklamasi tulisan tangan ituu dibawa keruang tengah rumah Laksmana Muda Maeda. Naskah proklamasi itu kemudian diperdebatkan untuk mendapat kesempurnaan. Hal ini terbukti dari adanya tiga coretan, yaitu kata "pemindahan", "penyerahan", dan "diusahakan". Disepakati pula yang mendatangani naskah proklamasi kemerdekaan itu ialah soekarno dan hatta.
            Penggetikan naskah proklamasi dilakukan oleh sayuti melik atas permintaan soekarni. Sayuti melik yang mengetik naskah proklamasi itu mengadakan tiga perubahan yaitu kata 'tempoh" diganti dengan "tempo" , sedangkan bagian akhir "wakil-wakil bangsa Indonesia" diganti dengan "atas nama bangsa Indonesia". Cara menulis tanggal diubah sedikit menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05". Naskah yang sudah diketik itu kemudian ditanda tangani oleh Soekarno dan Hatta dengan disaksikan oleh semua yang hadir di rumah Laksmana Muda Maeda.[4]
            Pembacaan naskah proklamasi itu disepakati pula akan dilakukan dirumah pribadi Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi 56) Jakarta, pada jam 10 WIB. Pemilihan tempat itu dengan maksud atau dasar pertimbangan keamanan dan supaya tidak menyinggung perasaan Saiko Sisiskan (Panglima Angkatan Darat ke-16 di Jawa) Jendral Yuichiro Nagano dan Gunseikan (kepala pemerintahan) Jendral Yamamoto,  sebagai penguasa yang berkewajiban memelihara status quo di seluruh wilayah yang diduduki dengan melarang semua kegiatan politik sejak tanggal  16 Agustus 1945 jam 12.00.
Notes:
Hapsari, Ratna. 2010. Sejarah.Pekanbaru: Amara.
Arifin suryo nugroho dan iponk jazima, 2011, detik-detik proklamasi, narasi (anggota IKAPI), yogjakarta


[1] Ahmad subarjo, lahirnya Republik Indonesia: suatu Tinjauan dan kisah pengalaman,(tanpa kota: PT. kinta, 1972), hlm 89.
[2] Cindi Adam, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Terjemahan oleh Abdul Bar Salim, (Jakarta:gunung Agung, 1966) hlm.320
[3] Mohamad Roem, penculikan, proklamasi, dan penilaian sejarah, (Jakarta:yayasan proklamasi/ CSIS, 1986) hlm. 37
[4] Menurut Hatta, Admiral Maeda lebih dahulu pulang dengan diam-diam tanpa sepengetahuan Soekarno maupun Hatta Ibid, hlm. 454.

No comments:

Post a Comment