Halaman

PERGURUAN MUHAMMADIYAH


ELFIDAYATI / SIV/ KELAS A
            Muhammadiyah berdiri disuatu kota di Indonesia yaitu Yokjakarata tepatnya pada tanggal 18 November 1912. Nah, pada masa itu banyak orang yang mempercayai hal hal yang gaib atau mistis. Dan kepercayaan tersebut telah tersebar hingga pada akhirnya seseorang yang bernama Muhammad Darwis tergerak hatinya untuk memperbaiki atau bisa dikatakan mengajak kembali orang orang yang tersesat tersebut kembali ke jalan Islam. Beliau pada saat itu bekerja sebagai pegagwai Kesultanan Keraton Yogjakarta, serang khatib, dan juga seorang pedagang. Muhammad Darwis ini juga dikenal dengan nama K.H. Ahmad Dahlan. Beliau sangat ingin mengambalikan orang orang yang tersesat yaitu mempercayai hal hal mstik tadi agar kembali ke jalan Islam. Nah, tentu kita bertanya-tanya bagaimana cara Beliau atau realisasi dari niatnya yang ingin mengembalikan orang orang yang mempercayai hal hal mistik tadi bukan. Realisasinya adalah ia melakukan atau memberikan pengertian-pengertian tentang keagaamaan dirumahnya. Walaupun ia sibuk berdagang dan menjalankan pekerjaannya yang lain, beliau mampu menjalankan itu semua dan menyempatkan waktu untuk memberikan pengertian-pengertian tentang pemahaman Islam tersebut.
Mula-mula kebaikan K.H. Ahmad Dahlan ditolak. Namun, ketekunan dan kesabarannya menemukan hasil. [1]
Lama kelamaan ketekunan dan kesabarannya tersebut membuahkan hasil yang sangat sangat bagus yaitu ajakannya tersebut menyebar keseluruh tempat itu pada waktu itu bahkan sampai keluar daerah, tidak hanya itu, ajakannya juga melampau perkiraannya yaitu sampai keluar pulau Jawa. Kemudian didirikanlah sekolah yang bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah. Nah sekolah ini lagi lagi adalah hasil dari ketekuna  dan kesabaran seorang Ahmad Dahlan. Awal mula berdirinya sekolah itu hanya sedikit murid yang terdaftar disana hingga akhirnya semakin lama semakin bertambah jumlahnya yang pada awalnya berkisar 29 siswa hingga enam bulan kemudian mencapai 62 orang. Kemudian ia mengorganisasikan lagi kegiatan
[1] Praptanto, Eko. 2010. Sejarah Indonesia 5. Jakarta : PT Bina Sumber Daya MIPA. Hal : 52
tersebut dengan membentuk Persyarikatan Muhammadiyah dan Muhammadiyah tersebut terbentuk pada 18 November 1912.
            Pada masa itu yang berkuasa adalah pemerintahan Hindia Belanda. Ahmad Dahlan pada mada itu mencoba mengajukan suatu permohonan agar ia mendapatkan badan hukum. Namun pengajuan tersebut juga tidak langsung tampak hasilnya. Pemerintahan Hindia Belanda tidak langsung mengabulkan pengajuan permohonan untuk badan hukum tersebut. Hingga pada akhirnya yaitu pada tahun1914 permohonan tersebut baru dikabulkan oleh pemerintahan Hindia Belanda.
Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan surat ketetapanpemerintah No.81 tanggal 22 Agustus1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Jogjakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogjakarta. [2]
Nah tujuan pihak Belanda itu sendiri membatasi pergerakan mereka agar tidak sampai keluar yaitu hanya bergerak didaerah Yogjakarta saja adalah pihak Belanda khawatir akan perkembangan organisasi tersebut. Pihak Belanda tidak menginginkan organisasi tersebut menyebar luas karena Belanda tidak mau tersaingi olehnya. Nah dengan keterbatasan yang dituntut oleh pihak Belanda, namun Muhammdiyah tetap  berdiri diberbagai daerah seperti Srandakan, Wonosari, dan Imogiri. Ditempat-tempat tersebut telah didirikan Muhammadiyah. Dengan demikian dapat kita persepsikan bahwa perjanjian atau keinginan pihak Belanda tidak diikuti oleh mereka dan sangat sangat bertentangan dengan apa yang Belanda inginkan.
Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan  menyiasatinya dengan menganjurkanagar cabang Muhammdiyah diluar Yogjakarta memakai nama lain. [3] Disini jelas sekali terlihat bahwa Ahmad Dahlan mendirikan cabang-cabang Muhammdiyah secara diam diam agar pihak Belanda tidak mengetahui bahwa Ahmad Dahlan telah melanggar apa yang telah menjadi perjanjian sebelumnya diantara mereka. Itu adalah taktik agar pendirian cabang-cabang Muhammdiyah tetap berjalan tanpa ada halangan dari pihak Belanda. Namun tidak hanya itu usaha ia untuk menyadarkan orang-orang yang bannyak percaya akan suatu yang dianggap
[2] Praptanto, Eko. 2010. Sejarah Indonesia 5. Jakarta : PT Bina Sumber Daya MIPA. Hal : 53
[3] Praptanto, Eko. 2010. Sejarah Indonesia 5. Jakarta : PT Bina Sumber Daya MIPA. Hal : 53
mistis. Pada awalnya telah  disebutkan bahwa misi utama Ahmad Dahlan agar menyadarkan orang-orang seperti itu bukan. Nah usaha lainnya lagi seperti ia menyarankan agar adanya jama'ah untuk melakukan pengajian-pengajian dan perkumpulan-perkumpulan yang semacamnya dan tujuannya juga sama. Nah, selanjutnya jika sudah terbentuk jama'ah jama'ah dan perkumpulan pengajian maka akan dibimbing langsung dari pihak Muhammdiyah.
            Orang-orang yang dibimbing langsung tidak hanya para laki-laki yaitu diberikan pelajaran tentang islam tadi. Namun ibu-ibu muda juga akan berkesempatan yang sama untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tentang Islam pada suatu forum pengajian yang telah dibentuk. Nah forum pengajian tersebut memiliki julukan pula, julukannya yaitu Sidratul Muntaha. Untuk prosesnya itu sendiri, pengajian yangdilaksanakan tidaklah menggabungkan kaum laki-laki dan perempuan dengan anak-anak yang telah dewasa untuk bergabung belajar tentang islam tadi. Namun, waktunya dibagi berbeda dimana para laki-laki dan perempuan seperti ibu ibu muda tadi, akan mendapatkan atau mgikuti forum pengajian tersebut pada siang hari. Dan untuk anak-anak yang telah dewasa diadakan pada malam hari.
            Kegiatan yang diadakan Ahmad Dahlan juga tidak hanya sampai disitu, banyak sekolah-sekolah yang didirikan oleh Ahmad Dahlan pada tahun berikutnya yaitu berkisar tahun 1913 sampai 1918. Yang telah didirikannya seperti sekolah dasar sebanyak 5 sekolah dasar. Kemudian pada tahun 1919 kegiatan tersebut lebih berprogress lagi, bentuk dari progress yang Nampak dari pendirian sekolah tersebut adalah seperti Ahmad Dahlan meminta agar Muhammadiyah ini lebih dikembangkan lagi dan banyak didirikan cabang cabang lagi. Beliau memperjuangkan hal tersebut dan pada akhirnya hal tersebut dikabulkna oleh pihak Hindia Belanda. Pendirian Muhammdiyah tersebut diharapkan  tersebar keseluruh Indonesia. Dan untuk pengkabulan permohonan tersebut dikabulkan tepatnya pada tanggal 25 September 1921.
            Pada tahun 1923, sekolah dipecah menjadi dua, untuk laki-laki dan untuk anak perempuan. Dikemudian hari, pada tahun 1930 namanya diubah menjadi Mu'allimin dan Mu'allimat. [4]
Banyak terjadi perubahan nama pada Muhammdiyah tersebut. Namun perubahannya tidak hanya dari nama, ada pula seperti didirikannya Rumah sakit, didirikannya FondsDachlan.
[4] Praptanto, Eko. 2010. Sejarah Indonesia 5. Jakarta : PT Bina Sumber Daya MIPA. Hal : 54
Nah untuk Fonds Dachlan tersebut didirikan untuk membantu orang yang miskin yang ingin bersekolah tetapi tidak memiliki biaya untuk menggapai cita-cita mereka. Maka Fonds Dachlanlah yang membantunya, juga didirikan panti asuhan pada tahun yang sama. Sangat banyak progress yang terjadi pada tahun terakhir yang telah disebutkan tersebut.

Daftar Pustaka
Praptanto, Eko. 2010. Sejarah Indonesia 5. Jakarta : PT Bina Sumber Daya MIPA.
Vhttp://ahnku.files.wordpress.com/2011/02/sejarah-perkembangan-dan-filosofi-muhammadiyah.pdf

No comments:

Post a Comment