Halaman

ILMU PENGETAHUAN BERKEMBANG PESAT DI DALAM NEGARA ISLAM SERTA KEMUNDURANNYA

YOSDALIFA KATRIN/ SP

Pernyataan bahwa agama bertentangan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, sama sekali tidak ada dan dikenal dalam Islam. Sejarah menunjukkan bahwa hampir semua kemajuan ilmu pengetahuan diraih kaum muslim pada saat mereka berada dalam naungan hukum Islam, bukan pada saat hokum Islam dipisahkan dari kehidupan mereka. Bahkan buku-buku sejarah karangan para penulis non-Muslim pun mengakui kenyataan. Bukti yang lain adalah adanya berbagai kata yang biasa digunakan di Barat, seperti alcohol, cipher, sugar, algebra, admiral, alchemy, atlas, coffee, cotton, dan sebagainya, yang berasal dari istilah-istilah Bahasa Arab. Banyak di Antara kata-kata tersebut yang biasa digunakan dalam khazanah ilmu pengetahuan berasal dari Negara Islam. Inilah indikasi bahwa budaya ilmiah sudah berkembang dengan baik di sana.[1]
Ilmu pengetahuan berkembang pesat dalam naungan Islam. Tidak ada penindasan sebagaimana yang dilakukan otoritas gereja di Eropa, yang mengakibatkan “era kegelapan” sampai akhirnya masyarakat menghapuskan pengaruh Gereja di tengah-tengah masyarakat. Para pemikir Islam mendefenisikan dengan jelas dua jenis pengetahuan. Ibnu Khaldun dalam kitabnya, al-muqaddimah, mengatakan bahwa pengetahuan (‘uluum) itu ada dua macam, yaitu ilmu thabi’i (alamiah) dimana manusia mendapatkannya melalui pemikirannya, dan ilmu naqliy (pemberitaan) yang diperoleh manusia yang membuatnya. Yang pertama adalah pengetahuan-pengetahuan yang bersifat rasional dan filsafat yang diperoleh manusia dari pemikirannya sendiri. Dengan pemikirannya, ia dapat memperoleh topic-topiknya, masalah-masalahnya, dan seluruh bukti-buktinya, maupun juga aspek pengajarannya, sehingga melalui pembahasan dan pengamatannya, ia mengetahui yang benar dari yang keliru dengan potensi akalnya. Yang kedua adalah pengetahuan-pengetahuan naqliyah (informatif), juga seluruhnya didasarkan pada berita-berita dari sumber syara’, pada yang kedua ini akal tidak ikut berperan serta kecuali mengaitkan masalah-masalah yang bersifat cabang (furu’) ke masalah pokoknya (‘ushul).
Ibnu Khaldun juga mengatakan ”pengetahuan-pengetahuan yang bersifat rasional dan alamiah dimiliki oleh seluruh umat manusia, karena manusia memperoleh pengetahuan tersebut melalui tabiat pemikirannya.
Sedangkan dalam penentuan hokum Islam, kaum Muslim dilarang mengambil sumber-sumber lain dari nash-nash syara’. Allah Swt memerintahkan dan mewajibkan kaum Muslim untuk merujuk pada petunjuk wahyu dalam mengatur urusan kehidupan.
Kaum Muslim memahami bahwa pengetahuan yang bersifat rasional dan alamiah terbuka bagi siapa saja yang yang ingin mempelajarinya. Dalam ilmu murni, kita boleh menggunakan akal kita atau mengambil pendapat-pendapat yang bersifat teknis dan alamiah dari pemikiran orang lain. Contohnya bila seorang hendak merancang mesin mobil, ia boleh merujuk pada rancangan mesin yang sudah ada tanpa perlu mempertimbangkan lagi siapa yang membuatnya, Muslim atau non-Muslim. Ilmu-ilmu murni tidak melibatkan sudut pandang seseorang tentang kehidupan, baik kapitalisme, budhisme, atau Islam. Ilmu murni memberikan pemahaman yang sama bagi semua orang.
Kontribusi kaum Muslim dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dimaksudkan untuk menunjukkan beberapa contoh dari sekian banyak sumbangan ilmuwan Muslimin pada keseluruhan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebelum kedatangan Islam, bangsa Arab hanya menguasai pengetahuan yang minim dalam bidang sejarah dan geografi. Pengetahuan sejarah yang dimiliki sangat terbatas pada suku-suku local dan wilayahnya masing-masing. Islam sebagai ideologi mendorong manusia untuk berfikir dan memperoleh pendidikan. Kaum Muslimin diwajibkan berinteraksi dengan umat lain dalam rangka menyampaikan dakwah. Dalam upayanya menyampaikan tugas ini, kaum Muslim diupayakan untuk membangun kekuatan material. Khalifah bertanggung jawab untuk menggunakan segala cara yang diperbolehkan hukum syara’ untuk memelihara urusan umat. Ini semua merupakan factor yang mendorong kaum Muslimin untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Era Keemasan Dunia Keilmuan Islam
            Ketika kita sebagai umat Islam menyebut zaman keemasan Islam, umumnya merujuk kepada kekhilafahan Abbasiayah. Dikala itu segala aspek kehidupan terlihat sangat maju, baik dari aspek ekonomi, pilitik, dan juga dari segi keilmuan. Aktivitas dan kualitas intelektual pada abad ke-8 di bawah kekhilafahan Abbasiyah dapat dikatakan telah mencapai titik kulminasinya setelah sebelumnya demulai oleh kekhilafahan Umayyah.[2]
Abad X masehi disebut sebagi abad pembanguanan daulah Islamiyah dimana dunia Islam mulai dan cordove di Spanyol dampai ke Multan di Pakistan, mengalami pembangunan di segala bidang, terutama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dunia Islam pada saat itu dalam kondisi maju, jaya, makmur, sebaliknya dunia barat masih dalam keadaan gelap, dan primitif. Dunia Islam sudah sibuk dengan penelitian, penyelidikan di laboratorium, dan observatorium, di barat masih sibuk dengan jampi-jampi dan hal-hal mistis.
Setelah masa Rasulullah dan Khulafa’u Ar-Rasyidin usai, dunia Islam berlanjut dibawah pimpinan Daulah Umawiyyah. Kalau tadinya perhatian dalam dunia keilmuan Islam banyak mengarah kepada ilmu-ilmu agama, memehami Al-qur’an dan hadist. Maka pada masa Umayyah tertuju pada ilmu-ilmu yang diwariskan bangsa sebelum datangnya Islam dengan tidak menafikan ilmu-ilmu agama. Khalifah Khalid bin Yazid, cucu Muawiyah sangat tertarik pada ilmu-ilmu kimia dan kedokteran. Ia menyediakan sejumlah harta dan memerintahkan para sarjana Yunani yang bermukim di Mesir untuk menerjemahkan buku-buku kimia dan kedokteran kedalam Bahasa Arab. Begitu juga dengan Kholifa Al-Walid bin Abdul Malik yang memeberikan perhatian pada Birmaristan, yaitu rumah sakit sebagai tempat berobat dan perawatan orang-orang sakit serta sebagai tempat studi kedokteran. Dan Kholifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan para ulama ssecara resmi untuk membukukan hadist Nabi Saw.
Tokoh-tokoh saintis Muslim
Pada bidang ilmu Agama muncul nama ibn Jarir At-thobary, ibn Athiyah AL-andalusy dengan tafsir bil-ma’tsur nya. Sedangkan Abu Bakar Asma’, dan  Abu Muslim Muhammad bin Nashr Al-isfahany dengan tafsir Bir-ra’yun nya.
Di bidang Filsafat tokoh yang terkenal adalah Al-Kindi, yang bernama Abu Yusuf bin Ishaq terkenal dengan sebutan “filosuf Arab” yang merupakan keturunan Arab asli berasal dari Kindah di Yaman, lahir di Kufah pada tahun 796 M, ia telah menulis buku kurang lebih berjumlah 238 karangan pendek yang terdiri dari berbagai macam ilmu pengetahuan.
Selain Al-kindi juga terdapai filisuf hebat, yaitu Al-Farabi, yang lahir dikota Farab pada tahun 870 M, selain menguasai dalam bidang filsafat ia juga menguasai ilmu dalam bidang kebahasaan, agama, kedokteran, musik, kemiliteran, dan sebagainya.

Dalam bindang Ilmu optic yang terkenal namanya adalah Abu Ali Al-Hasan bin Al-Haytam (965 M) yang oleh orang-orang Eropa disebut Alhazen. Ia ahli bidang optic (ilmu mata), cahaya, dan warna. Ia memiliki buku yang terkenal dengan judul “kitab al-manazir” yang membahas tentang ilmu cahaya.
Dalam ilmu kedokteran yaitu Al-Razi (865-925 M) yang terkenal di dunia barat dengan sebutan Rozes. Ia adalah murid Hunain bin Ishaq dan telah menyusun karangan tidak kurang dari 200 jilid yang kebanyakan berisi tentang ilmu kedokteran dan salah satu kitab yang fenomenal berjudul “campak dan cacar”. Dan begitu juga dengan Ibn Sina (980-1037 M) yang terkenal di dunia barat adalah dengan sebutan Avecena. Ia lahir di Afsyana degan nama lengkapnya Abu Ali Husein bin Abdullah bin Sina. Adapun ensiklopedi kedokteran dengan judul “al-qanun fi al-thib”, Ibn Sina dijuluki sebagai “bapak dokter”.
Ilmu astronomi yaitu Al-Fazari, ia adalah seorang penerjemah buku Sidhanta dari Bahasa India kebahasa Arab di Bagdad pada tahun 771 M, dan dikenal dengan karangannya yang fenomenal adalah “al-mudkhi ila ilmi hayai al-aflal, juga dikenal dengan Al-Battani. Ia adalah seorang ahli perbandingan yang besar dan penyelidikan  yang tekun. Ia melakukan perhitungan terhadap orbit bulan dan planet-planet tertentu, dan juga membuktikan kemungkinan gerhana matahari yang membentuk cincin serta berhasil menemukan dengan tepat garis edar matahari. Dan yang tak kalah terkenalnya adalah Al-Biruni (973-1050) ia adalah seorang sarjana yang paling terkemuka di bidang ilmu pasti, dan menyusun buku soal-jawab singkat tentang geometri, aritmatika, dan astronomi.
Dalam ilmu hitung yang terkenal adalah Al-Khawarizmi, yang menciptakan angka 6, 7, 8, 9 dan selanjutnya angka 0 (nol) dan juga mengenalkan ilmu aljabar ke dunia barat yang diberi nama Al-Qarism, dari kata Al-Khawarizmi.

Kemunduran Dunia Keilmuan Islam
            Keilmuan Islam yang dipimpin oleh penguasa yang peduli dengan ilmu, dan memusatkan infak kedalam bindang ilmu, bagdad menjadi kota yang beradap yang didalamnya terdapat Khalifah. Namun takdir Allah membalikkan situasi, Ghengis Khan yang berasal dari Mongolia tiba-tiba menyerang Bagdag, namun sebelum keinginan itu terlaksana ia meninggal. Kemudian tekadnya diteruskan oleh anaknya Hulagu Khan dengan pasukan berkuda, ian menyerang kota Bagdad dan menghancurkan apa saja yang ditemukan, ratusan bahkan ribuan warga tak bersalah tewas. Kemudian bangsa Mongol yang buta huruf itu menghancurkan dan membakar istana dan rumah penduduk, membunuh Khalifah dan memporak-porandakan perpustakaan. Semua koleksi hancur hanya dalam sekejap mata. Dan sungai Tigris memerah karena cucuran darah para penduduk dan menghitam karena lelehan tinta dari  buku-buku manuskrib yang dibuang ke sungai itu
            Sebab-sebab umum kemunduran dan kematian keilmuan Islam dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1.      Faktor internal, diantaranya adalah krisis ekonomi, krisis militer, instabilitas politik, konflik perang saudara, kehidupan hedonis, dll.
2.      Factor eksternal, diantaranya serangan kaum salib (1099 M), pembantaian riconquista di Spanyol (1065-1248) dan invasi pasukan Mongol yang berhasil menduduki Bagdad (1256 M), yang tidak hanya memakan korban jiwa, juga perpustakaan dan fasilitas riset dan pendidikan di hancurkan.

Notes :
[1] Al Kutb, Shahib. 2002. Warisan Peradaban Islam dan Saintis Muslim. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah

No comments:

Post a Comment