Ayuandira
Keritang adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, Indonesia. Pada abad ke XIII Keritang pernah menjadi pusat Kerajaan yang akhirnya diganti menjadi Kerajaan Indragiri. Mengenai Keritang tidak banyak diketahui awal berdirinya, namun diperkirakan semasa dengan Kandis dan Kuantan. Tempat Kerajaan Keritang ini berpusat pada sekitar desa desa Keritang yaitu di tepi Sungai Gangsal di Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir. [1]
Kerajaan Keritang merupakan kerajaan yang menjadi pondasi dasar asal mula berdirinya kerajaan Indragiri. Nama Keritang berasal dari kata “akar itang” yaitu sejenis tumbuh-tumbuhan yang banyak terdapat dipinggiran anak sungai batang Gangsal. Akar-akar ini sangat banyak didaerah sungai ini menyulitkan bagi kapal-kapal yang melewati yang lewat di daerah tersebut. Sehingga akhirnya terkenal dengan nama sungai Keritang. Dari kata akar dan itang inilah terbentuk kata akaritang yang
lama kelamaan karena kebiasaan orang Melayu suka menyingkat atau mempermudah ucapan maka kata tersebut berubah menjadi karitang dan akhirnya berubah menjadi keritang. Kemudian nama Kerajaan Keritang ini diabadikan dengan nama sebuah kerajaan yang pernah berdiri di daerah tersebut yaitu kerajaan Keritang.Kerajaan Keritang pertama kali dipimpin oleh Raja Kecik Mambang. Beliau juga dikenal dengan nama Raja Merlang yang berkuasa pada tahun 1298-1337. Selama sistem pemerintahnya berlangsung di Kerajaan Keritang ini, pernah dikalahkan oleh kerajaan Majapahit. Setelah ditaklukannya, Kerajaan Majapahit malah memberikan kerajaan ini kepada kesultanan Melaka. Hal itu dilakukan sebagai hadiah untuk pernikahan Sultan Syah yang menikahi seorang putri Kerajaan Majapahit. Setelah itu islam mulai dikenal di kalangan Nusantara dan kesultanan Melaka lah yang mengendalikan Kerajaan Keritang.
Raja Merlang yang telah menduduki tahta di bawah kekuasaan Majapahit diperkenankan menetap di kerajaan Keritang. Namun, tidak lama setelah Kerajaan Melaka menguasai Kerajaan Keritang, Raja Merlang tidak diizinkan lagi berada di tengah-tengah rakyatnya. Beliau dibawa ke Melaka, agar tidak bisa berinteraksi dengan rakyatnya. Karena kebijakan itu, Melaka menjadi lebih mudah untuk mengontrol Keritang dan mengambil banyak keuntungan untuk diri mereka sendiri. Kerajaan Keritang semakin tak berdaya lagi ketika Raja Merlang dinikahkan dengan seorang putri dari pemipin Kesultanan Melaka yaitu Sultan Mansyur Syah. Karena pernikahan itulah yang menjadikan kekuatan Sultan Melaka semakin kuat atas wilayah jajahannya. Selain itu, pernikahan adalah rencana yang mereka buat agar Raja Merlang betah di Melaka. Setelah pernikahan tersebut, Raja Merlang mempunyai seorang anak yang bernama Nara Singa yang tumbuh dan berkembang di Kesultanan Melaka. Nara Singa tumbuh dengan baik sehingga dijadikan menantu oleh Sultan Melaka yang pada saat itu dipimpin oleh Mahmud Syah I.
Mengenai masa hidup Kerajaan Keritang ini diperkirakan semasa dengan Kerajaan Kunatan. Pada waktu hilangnya Kerajaan Keritang ini tidak dapat dipastikan tetapi ada beberapa yang mengarahkan ke Kerajaan Keritang yang disebabkan karena hilangnya Raja Kerajaan Keritang. Raja ditawan oleh kerajaan Melaka. Raja Merlang meninggal di dalam pengasingan. Pada saat dalam penahanan, Raja Merlang dinikahkan dengan putri Sultan Mansyur Syah dikarunia keturunan yaitu seorang putra mahkota Kerajaan Keritang.
Nara Singa pun dinobatkan menjadi raja Keritang menggantikan ayahnya yang bernama Raja Merlang. Namun, menetap di Keritang merupakan larangan yang ditetapkan sehingga penerus-penerus berikutnya. Pemerintahan di Kerajaan Keritang tetap berlangsung sebagimana mestinya meskipun keluarga Kerajaan berada di Melaka. Orang yang bertanggung jawab adalah Datuk Patih dan Datuk Temenggung Kuning yang dibantu oleh pejabat kerajaan lainnya. Selama mereka menjalankan pemerintahan, banyak terjadinya konflik terutama oleh Datuk Patih dan Datuk Temenggung Kuning. Perselisihan yang paling parah yaitu tentang agama yang dianut mereka karena tidak sama. Dengan berlangsungnya konflik tersebut dikarenakan apabila ada bawahan Datuk Patih yang beragama Islam, maka ia diperbolehkan pindah ke dalam wilayah kekuasaan Datuk Temenggung Kuning.
Oleh karena itu, Datuk Patih semakin banyak kehilangan anak buahnya karena semakin banyak pemeluk islam di sana. Tidak berhenti disitu saja, permasalahan internal terjadi di Keritang. Rakyat banyak yang tersiksa dan tidak mendapat keadilan dari orang-orang Melaka. Hal ini yang menimbulkan keresahan dalam diri Raja Narasinga II yang saat itu memegang tahta.
Salah seorang keturunan kerajaan, sebelum dipimpin oleh Raja Narasinga II, tahta kerajaan Indragiri yang dipimpin oleh Raja Indragiri I yang bernama Raja Kecik Mambang yang bergelar Raja Merlang. Dari Raja Merlang, tahta Kerajaan Indragiri II yang bernama Raja Iskandar dengan gelar Raja Narasinga I. kemudian yang menggantikan Raja Narasinga I yaitu puncak pemerintahan Kerajaan Indragiri dijalankan oleh Raja Merlang II yang bergelar Sultan Jamaluddin Inayatsya.[2]
Kerajaan Keritang di bawah kekuasaan Sriwijaya pada akhir abad ke-13 yang diperkirakan mulai melepaskan diri dari kerajaan maritim itu. Pada saat itulah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya kian memudar, inilah yang menjadi kesempatan bagi kerajaan-kerajaan kecil yang selama ini selama ini dibawah pengaruh Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan-kerajaan kecil itu, satu persatu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya. Karena tidak mungkin lagi bagi Kerajaan Sriwijaya untuk dapat kembali menguasai dan memaksakan kemauannya dikarenakan permasalahan dalam negeri tidak bisa teratasi lagi dan juga, semakin banyak serangan dari luar yang harus dihadapi. Lambat laun nama Kerajaan Sriwijaya semakin hilang dari peredaran Bandar dagang yang dulunya ramai dikunjungi, tetapi secara berangsur-angsur sepi dan ditinggalkan pedagang. Di karenakan sumber-sumber perdagangan yang diperjual belikan semakin menipis serta kualitas yang dinginkan pedagang tidak terpenuhi lagi. Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya tidak hanya disebabkan oleh masalah dari dalam kerajaan saja, tetapi juga ada serangan dari Kerajaan Majapahit. Sementara banyak faktor-faktor penyebab keruntuhannya yaitu pada penyebaran agama isalm ke nusantara sebagai penyebab eksternal dari runtuhnya Kerajaan Maritim Sriwijaya.
Kerajaan Keritang ini juga merupakan suatu kerajaan Hindu-Budha, karena kerajaan ini telah melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Majapahit yang menganut agama Budha, selanjutnya pada Kerajaan Keritang menjadi sebuah kerajaan yang berdiri sendiri. Tetapi, Kerajaan Keritang tidak berlangsung lama pada massa kedaulatanya, dikarenakan Kerajaan Keritang itu ditundukkan oleh Kerajaan Majapahit yang menganut agama Hindu.
Awal berdirinya Kerajaan Keritang (Indragiri) yang raja pertamanya adalah Raja Kecik Mambang yang memerintah dari tahun 1298-1337, dalam perjalanan sejarahnya Kerajaan Keritang mulai dari tahun 1298-1337 tetap merdeka dan berkuasa. Pada tahun 1275 Raja Kertanegara dari Singosari mengirim pasukan untuk melakukan ekspedisi pemalayu. Tujuan dari ekspedisi yaitu untuk merebut daerah penghasil lada terbesar dikawasan ini. Singosari pada saat itu sedang mengalami koflik dengan Kerajaan Mongol. Pertikaian antara Kerajaan Singosari dan Mongol dimanfaatkan oleh Kerajaan Melaka untuk menguasai Kerajaan Keritang. Hal ini dilakukan karena Melaka melihat potensi hasil bumi yang dimiliki oleh Kerajaan Keritang akan sangat membantu Melaka dalam meningkatkan perdagangannya agar semakin besar.
Untuk menguasai Kerajaan Keritang, maka Melaka harus membuat hubungan yang baik dengan Kerajaan Majapahit. Kerajaan yang berkembang pesat setelah Kerajaan Singosari. Hal ini dapat dicapai setelah Raja Melaka yaitu Sultan Mansyur Syah menikahi seorang putri Majapahit, sejak itulah penguasaan Kerajaan Keritang dari Majapahit diberikan kepada Kerajaan Melaka. Majapahit memberikan Kerajaan Keritang kepada Kerajaan Melaka, selain karena hubungan pernikahan tersebut, juga krena pada saat itu kekuasaan Majapahit sedang dalam keadaan menurun pada saat meninggalnya patih gajah mada. Untuk dapat memperkuat ikatan Kerajaan Melaka terhadap Kerajaan Keritang, karena itulah Sultan Mansyur Syah menikahkan salah satu putrinya dengan Raja Keritang yang bernama Raja Merlang II, setelah perkawinan itu Raja Merlang menetap di Melaka.[3]
Raja pertama Keritang adalah Raja Kecik Mambang atau Raja Merlang 1298-1337, yang berturut-turut dilanjutkan oleh raja lainnya yang bernama Narasinga I 1337-1400 sebagai Raja Keritang ke-2, kemudian Raja Merlang II 1400-1473. Pada kekuasaan berikutnya dipengaruhi islam sudah mulai masuk ke wilayah Kerajaan Keritang ini. Kemudian Raja selanjutnya, yaitu Raja Nara singa II 1473-1508 yang diketahui telah memeluk agama islam. Raja Nara Singa II, Raja Keritang yang ke-4 sebagaii Sultan pertama Indragiri dengan nama Maulana Paduka Sri Alauddin Iskandar Syah Johan pada tahun 1508-1532.
Seiring masuknya islam ke Nusantara, pemerintahan Kerjaan Keritang dikendalikan oleh kesultanan Melaka. Ketika dibawah pengaruh Majapahit, Raja Merlang masih diperkenankan untuk tetap berada di Keritang dan berinteraksi dengan rakyatnya. Akan tetapi, setelah Kerajaan Keritang dikuasai oleh kesultanan Melaka, Raja Merlang dilarang untuk menetap di Keritang dan dibawa ke Melaka. Kebijakan ini membawa keuntungan bagi Melaka, dengan kebijakan ini Kerajaan Keritang lebih mudah dikontrol. Dominasi Melaka terhadap Kerajaan Keritang semakin kuat, ketika Raja Merlang dinikahkan dengan putri bakal, anak perempuan Sultan Mansyur Syah, Pemimpin kesultanan Melaka. Karena ikatan pernikahan tersebutlah membuat kekuatan Sultan Melaka semakin kuat atas daerah jajahannya dan dilakukan juga dengan alasan agar Raja Merlang betah di Melaka.[4]
Kesimpulan
Keritang adalah sebuah Kecamatan yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, Indonesia. Pada abad ke XIII Keritang pernah menjadi pusat Kerajaan yang akhirnya diganti menjadi Kerajaan Indragiri. Mengenai Kerajaan Keritang tidak banyak diketahui dikalangan masyarakat, tetapi kebanyakan masyarakat hanya mengetahui awal berdirinya, namun kerajaan keritang diperkirakan semasa dengan Kerajaan Kandis dan Kuantan. Tempat Kerajaan Keritang ini berpusat pada sekitar pedesaan yaitu ditepi Sungai Gangsal di Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir.
Kerajaan Keritang pertama kali dipimpin oleh Raja Kecik Mambang, beliau juga dikenal dengan nama Raja Merlang yang berkuasa pada tahun 1298-1337. Selama sistem pemerintahannya berlangsung di Kerajaan Keritang dan pernah dikalahkan dengan Kerajaan Majapahit. Setelah ditaklukannya, Kerajaan Majapahit memberikan Kerajaan ini kepada Kerajaan Melaka. Hal ini dilakukan sebagai hadiah untuk pernikahan Sultan Syah yang menikahi seoarng putri Kerajaan Majapahit. Setelah itulah islam mulai dikenal dikalangan Nusantara dan pada akhirnya Kesultanan Melaka lah yang mengendalikan Kerajaan Keritang.
[1] Hari Sulistiawati. “Kerajaan Indragiri Pada Masa Pemerintahan Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Isakandar Syah Johan Zirullah Fil Alam (Narasinga Ii) Tahun 1473-1532”. Jom Fkip-Ur.Vol.4,No 2. 2017.Hal. 4.
[2] Goriau.Com.“Rengat Kota Bersejarah”, Sebelum Bernama Inhu, Rengat Merupakan Daerah Kerajaan Dengan Penduduk Asli Suku Melayu.14 Desember 2016, Https://Www.Goriau.Com/Berita/Baca/Rengat-Kota-Bersejarah-Sebelum-Bernama-Inhu-Rengat-Merupakan-Daerah-Kerajaan-Dengan-Penduduk-Asli-Suku-Melayu.Html. Di Akses 05 Desember 2020.
[3] Nanda Selly. “Sejarah Tentang Kerajaan Indragiri Dari Masa Ke Masa”.Https://Www.Academia.Edu/36779764/Sejarah_Tentang_Kerajaan_Indragiri_Dari_Masa_Ke_Masa_Cikal_Bakal_Kesultanan_Indragiri. Di Akses 05 Desember 2020.
[4] Hasan Junus. “Kerajaan Indragiri”. Unri Press. 2002.Hal. 83.
DAFTAR PUSTAKA
Goriau.Com.“Rengat Kota Bersejarah”, Sebelum Bernama Inhu, Rengat Merupakan Daerah Kerajaan Dengan Penduduk Asli Suku Melayu. Https://Www.Goriau.Com/Berita/Baca/Rengat-Kota-Bersejarah-Sebelum-Bernama-Inhu-Rengat-Merupakan-Daerah-Kerajaan-Dengan-Penduduk-Asli-Suku-Melayu.Html
Junus, Hasan. 2002. “Kerajaan Indragiri”. Unri Press:Pekanbaru.
Nanda Selly. “Sejarah Tentang Kerajaan Indragiri Dari Masa Ke Masa”. Https://Www.Academia.Edu/36779764/Sejarah_Tentang_Kerajaan_Indragiri_Dari_Masa_Ke_Masa_Cikal_Bakal_Kesultanan_Indragiri.
Sulistiawati, Hari. 2017.“Kerajaan Indragiri Pada Masa Pemerintahan Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Isakandar Syah Johan Zirullah Fil Alam (Narasinga Ii) Tahun 1473-1532”.Jom Fkip-Ur. Vol 4. No 2.
No comments:
Post a Comment