sariyanti/ SI5
Indonesia akhirnya merdeka tanggal 17 Agustus 1945,setidaknya hal ini menurut hukum internasional dan kini Indonesia menentukan masa depannya sendiri artinya adalah Indonesia masih menunjukkan adanya kemiskinan,rendahnya tingkat pendidikan,dan tradisi-tradisi yang otoriter,artinya Indonesia bergantung kepada kearifan dan nasib baik kepemimpinan Indonesia.Namun,sejarah bangsa Indonesia sejak tahun 1950 sebagiannya merupakan cerita kegagalan kelompok-kelompok pimpinan secara berturut-berturut dimana tahun ini kaum nasionalis perkotaan dari generasi yang lebih tua dari partai-partai kaum nasinalis perkotaan dari generasi yang tua dari partai-partai "sekuler" dan islam yang terkemuka yang mana merekalah yang mengendalikan pemerintahan.Akan tetapi sampai 1957 percobaan demokrasi tersebut telah mengalami kegagalan,korupsi tersebar luas, kesatuan wilayah negara terancam,keadilan sosial belum tercapai,masalah-masalah ekonomi belum terpecahkan dan banyak harapan-harapan yang ditimbulkan akibat revolusi ini digagalkan.
Mengingat kegagalan-kegagalan yang terjadi diatas pada kurun waktu 1950 sampai 1957,maka tidak mengherankan untuk gagal dikarenakan tidak ada dasar untuk membangun demokrasi itu sendiri.Dari Belanda dan Jepang, Indonesia mewarisi tradisi-tradisi,pengiraan-pengiraan dan struktur hukum yang tidak jelas yang mana dari semua warisan yang di berikan oleh kedua negara ini hanya untuk membodoh-bodohi orang Indonesia.yang mana pada saat itu rakyat Indonesia banyak yang buta huruf, miskin, dan terbiasa akan kekuasaan yang otoriter .Dan orang yang tahu tentang politik hanya sedikit yang mana mereka banyak dari kaum elit.Mereka bersikap paternalistis terhadap orang-orang yang kurang beruntung. Dan mereka kurang bertanggung jawab terhadap demokrasi perwakilan, sehingga mereka mampu menunda pemilihan selama lima tahun.
Masalah ekonomi dan sosial rakyat Indonesia pada masa setelah pendudukan Jepang dan Revolusi sangatlah besar.Perkebunan dan instalasi-instalasi industry diseluruh penjuru Indonesia rusak berat. Dan yang lagi ialah laju pertumbuhan penduduk yang semakin pesat saat itu,dengan bertambahnya jumlah penduduk maka produksi beras harus banyak pula.Produksi beras tahun 1956 adalah 26 persen lebih tinggi dari tahun 1955,namun beras impor masih tetap diperlukan. Pertanian banyak membutuhkan tenaga kerja sehingga berbondong-bondonglah orang pergi kekota untuk mencari pekerjaan. sehingga dengan banyaknya orang yang bertransmigrasi ke kota sehingga wilayah pedesaan terabaikan, mesipun memang wajar bahwa kota-kota dan kota praja dijadikan sebagai pusat kegiatan politik.
Karena di jawa terdapat ibukota negara, sebagian kota-kota besar lainnya adalah mayoritas kaum politisi sipil, dan mayoritas penduduk negara maka, daerah luar jawa pada umumnya cenderung dilupakan oleh pemerintah pusat. Dalam pensubsidian perekonomian Jawa , Maka Rupiah Indonesia (mata uang yang diperkenalkan setelah Revolusi) dipertahankan pada nilai tukar yang di buat tinggi.Hal ini menyebabkan kesulitan bagi daerah daerah diluar pulau Jawa, sehungga banyak terjadi penyeludupan dan perdagangan gelap. Namun pada pendidikan meningkat secara drastis. Antara tahun 1953 dan 1960 jumlah anak yang masuk sekolah dasar menigkat dari 1,7 juta menjadi 2,5 juta namun, sekitar 60 persen dari jumlahnya itu pada umumnya keluar sebelum menyelesaikan sekolahnya. Sekolah lanjutan negeri dan swasta (kebanyakan sekolah agama) dan universitas bermunculan dimana-mana terutama di Jawa. Dan Untuk rakyat Indonesia yang awalnya buta huruf sudah mulai berkurang. Surat kabar sudah mulai berkembang dari yang awalnya hanya dalam produksi kecil menjadi produksi lebih besar.
Sejak saat itu banyak orang mencari pekerjaan,termasuk mereka yang berasal dari lembaga pendidikan yang semakin banyak, para mantan pejuang geriliya dan mantan pejabat federal dan republik.Pemerintah-pemerintah dari tahun tahun 1950-an semakin banyak sehingga jumlahnya membengkak dengan menjadikan pekerjaan-pekerjaan pemerintahan sebagai salah satu rebutan utama dari kekuasaan utama dari kekuasaan politik. Sehingga gajinya rendah dan sangat dipengaruhi inflasi.Ketidakefisienan, salah urus, dan korupsi kecil-kecilan menjadi biasa dan birokrasi yang tidak praktis ini menjadi semakin tidak mampu melaksanakan apa-apa. Pemulihan ekspor berlangsung lambat. Minyak, penghasil devisa terbesar kedua adalah karet,adalah harapan untuk jangka panjang. Dari tahun 1940 sampai 1957 produksi minyak meningkat menjadi dua kali lipat. Dan di bidang ekonomi umumnya kepentingan non ekonomi tetap mempunyaai arti penting. Shell dan perusahaan-perusahaan Amerika,Stanvac dan Caltex mempunyai peranan yang kuat dalam industry minyak. Perbankan dikuasai Belanda,Inggris dan China. Dan Hal oni tampak jelas bahwa bangsa Indonesia secara ekonomi tidak merdeka. Dengan lambannya pemulihan ekonomi dan perluasan pengeluaran pemerintah maka, tidaklah mengherankan bahwa inflasi dari masa perang sampai revolusi terus berlanjut.Biaya hidup umum meningkat sekitar 100 persen dari tahun 1950 sampai 1957.
Diantara masalah- masalah yang dihadapi negara baru ini ialah apa yang harus dilakukan dengan tentara. Dan inilah persoalan-persoalan yang mendominasi sebagian besar sejarah Indonesia setelah tahun 1950, tahun ini politisi beranggapan bahwa mereka berhak untuk mengatur tentang urusan militer. Mulai dari tahun kemerdekaan sampai tahun 1950 tentara sudah berkurang dari yang awalnya 250.000 sampai 300.000 orang menjadi 200.000 orang saja. Panglima terpecah-pecah diantara mereka ini, hl ini terjadi karena tidak adanya peran pasti mereka. Perpecahan di tubuh tentara masi mencerminkan asal usul pada mas belanda,Jepang dan Revolusi.
Para politisi sipil membentuk banyak partai politik seperti, tetapi hanya beberapa partai saja yang mempunyai arti penting di Jakarta seperti partai PSI, Masyumi, PNI bahkan PKI. Penting untuk di ingat bahwa politisi sipil yang mendominasi Indonesia pada masa itu sebagian besar masih berasal dari kelas priyayi bawah, kelompok yang telah mengambil pimpinan didalam gerakan nasionalis.Fakta yang penting adalah bahwa dari segelumit kepahitan yang ada menyebabakan kehilangan kekuasaan dan kehilangan penghasilan status.
Tahun 1950 para politisi Jakarta membentuk suatu sistem parlementer, seperti yang paling baik diketahuinya : demokrasi banyak partai dari Belanda. Kabinet bertanggung jawab kepada suatu parlemen satu majelis DPR.Sedangkan Soekarno selaku presiden tidak memiliki kekuasaan kecuali membentuk kabinet-kabinet baru melalui formatir yang ditunjuknya.
Kabinet pertama (September 1950 - Maret 1951) dibentuk oleh Natsir dan berintikan Masyumi dengan dukungan PSI.Kebijakan luar negeri Natsir adalah bebas dan netral namun tetap bersimpati kepada negara-negara Barat. Pada bulan September 1950 Indonesia diterima menjadi anggota PBB. Kabinet Natsir megalami keuntunagn karena selama masa demokrasi kenaikan harga komoditi karena akibat dari perang korea.
Kabinet Kedua adalah kabinet Sukiman,diman cabinet ini terkenal karena untuk menumpas PKI. Pada bulan Juni- Agustus terjadi pemogokan, sebuah granat tangan dilemparkan di kerumunan di Bogor dan terjadi penyerangan di kantor polisi. Pemerintah memutuskan PKI lah yang bersalah tanpa berkonsultasi dengan pemerintah. Dari peristiwa itu pemimpin PKI menyimpulkan bahwa para politisi Jakarta tidak akan membiarkan mereka memainkan politik atas dasar yang sama dengan partai-partai lainnya. Oleh Sebab itu mereka memilih strategi panjang untuk membentuk basis walauoun tidak ada pemimpinnya.
Karena tidak pasti terhadap PNI sebagai sekutu,Maka PKI Juga mulai mencari dukungan Soekarno.Meskipun kebencian pribadi terhadap presiden. Saat masalah keamanan muncul kembali setelah tercapai banyak keberhasilan dibeberapa daerah tahun 1950-1951. Saat masalah Letnan Kolonel Kahar Muzzakkar (1921-1965) Kabinet Sukiman gagal maka melemahkan kekuasaanya. Akhirnya Kabinet tersebut jatuh karena terjadi suatu krisis kebijakan luar negeri.
Kabinet Wilopo yakni gabungan dari PNI dan Masyumi. Kedua partai ini merupakan mitra yang tidak semangant untuk kerja sama, keduanya saling mencurigai. Dalam hal ini PKI membantu PNI yang partai-partainya berasal dari golongan orang jawa. Hatta dan Sjahril tahun 1931 telah dikeluarkan dari perhimpunan Indonesia oleh kaum komunis, menganggap Pki suatu ancaman yang muncul kembali. Para pengikut Masyumi dan PSI menjadi benar-benar anti PKI. Disisi lain, kedua partai PKI dan PRI semakin erat hubungannya. Sementara itu, terjadi perpecahan kaum muslimin modern dan tradisional didalam Masyumi. Banyak alasan yang menyebabkan perpecahan ini yang mana perpecahan ini meningalkan kepahitan yang amat. Dipihak lain PNI dan PKI merasa senang atas perpecahan ini.
Keadaan ini semakin memburuk dengan berlalunya perang Korea antar bulan februari 1951 sampai September 1952. Harga karet ekspor nasional yang terpenting turun sampai 71%, tentu saja penghasilan pemerintah menurun yang berdampak pada PKI dan Masyumi. Sultan Hamangkubuana IX menjadi mentri Kabinet Wolopo terjadilah adu domba antara kelompok pusat dengan panglima tentara daerah yang bersimpati pada PNI dan Suekarno. Kritik tersebut menyatakan bahwa PSI bermaksud untuk mengurangi jumlah tentara sampai menjadi suatu organisasi dan kemudian melancarkan kudeta militer. Kudeta militer terjadi di Muangtai November 1951 dam Mesir juli 1952 dan kapan giliran Indonesia. 17 oktober 1952 terjadi demontrasi untuk menuntuk dibubarkan DPR, namun bubar atas perintah Suekarno. Bulan januari 1953 Hamangkubuono IX mengundurkan diri sebagai menteri. Maret sekretaris kementrian pertahanan diganti, tentara kini dibiarkan dalam keadaan terdesentralisasi karena dikomandoi oleh pemerintah pusat.
Pembubaran DPR telah menjasi suatu masalah dalam peristiwa 17 oktober tersebut, lalu pada bulan april 1953 UU pemelihan umum disahkan dan bulan September 1955 pelaksaan pemelihan anggota majelis konstituante yang akan merancang UU yang tetap. Ditetapkan pada bulan desember 1955. Kabinet wilopo tidak berjalan dengan baik pada bulan-bulan pertama tahun 1953.
Kabinet Ali Sastroamidjojo, juli 1953-1955. Masyumi dan Pki tidak dimasukkan kedalam Kabinet, namun Nyamin dan Ali dimasukkan, yang kedua tokoh ini empunyai rasa simpati pada PKI. Kabinet Ali birokrasi, menekankn pengIndonesianisasikan terhadap ekonomi dan usaha pribumi. Tahun 1953 inflasi melonjak dan persediaan uang meningkat 75%. Kaum muslimin militant aceh telah cukup merasakan politik Jakarta yang berkehidupan menyenangkan, tidak beriman dan tidak cakap. Tahun 1949 aceh telah dijadikan propinsi republic yang otonom namun 1950 digabungkan dengan Sumatra utara, 19 september.
1953 Daud dan ulama secara terang-terangan memberontak Jakarta. Tahun 1955 perhatian rakyat sementara dialihkan masalah dalam negeri suatu peristiwa diplomatik yang besar. Upaya diplomatic untuk mendapatkan Irian jaya mendapat kemacetan namun 1955 koverensi bandung di laksanakan yang menunjukan satu kemenangan bagi pemerintah Ali di bantu 29 negara. Selama cabinet Ali, PKI bebas dari penindasan. PKI banyak dibantu oleh barisan tani Indonesia serta pedagang-pedagang Cina, saat PKI meluas kewilayah jawa tengah dan jawa timur. PKI memperbaiki fasilitas yang membuat orang-orang yang bersimpati terhadap PKI bahkan banyak kaum yang masuk dalam PKI. Dengan perkembangan tersebut PKI memungkinkan untuk menekankan kekuatan kekuatan politiknya.
Kabinet BUrhanudin Harahap agustus 1955 sampai maret 1956 yang mana mendapat dukungan dari masyumi dan NU, nammun tentara tidak senang karena menyakini bahwa cabinet ini korop sama seperti yang pendahulunya. Saat pemilihan umum September 1955 menimbulkan beberapa kecewaan dan kejutan jumlah partai lebih banyak dari pada berkurang. Saat itu penampilan PKI sangat mengejutkan dan membuat PNI semakin cemas akan ancaman potensial. Pola yang tidak menyenangkan adalah perpecahan partai yang jelas antara pulau jawa dan luar jawa. Pemelihan umun tidak menyelesaikan masalah politik tetapi hanya membantu menarik garis-garis perjuangan secara lebih jelas cabinet burhanudin bertahan selama mungkin melawan tekanan untuk melapangkan jalan bagi DPR yang terpilih suatu pemerintahan baru.
Kabinet Ali Sastroamidjojo II maret 1966 - maret 1957. Tekatnya adalah membentuk kualisi PNI, Masyumi dan NU, sehingga tidak tergantung pada PKI. Dia berhasil tetapi mengakibatkan terpecah belah kabinetnya. Hubungan belanda dengan Indonesia terus memburuk, saat koverensi meja bundar pembatalan uni belanda secara sepihak di ingkari. 14 maret Kabinet Ali mengundurkan diri. Demokrasi parlementer seperti yang telah berjalan di Indonesia tumbang.
Meskipun sistem politik sampai 1957 tersebut mempunyai kelemahan, namun rakyat Indonesia telah mendapatkan suatu kmenangan. Indonesia merupak sebuah Negara tunggal. Ironi terbesar selam waktu 1950-1957 ialah bahwa ketika negara inonesia terpecah-pecah negara itu juga tetap bersatu padu jarang sekali. Moto nasional bineka tunggal ika lebih cocok dengan keadaan polotik yang mana banyak terjadi perpecahan dan konflik didalam negara Indonesia.
SUMBER
Ricklefs,M.C.2007.Sejarah Indonesia Modern.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Syamsudin,Haris.2007.Dilema Transisi Demokrasi di Indonesia.Jakarta : Pusat Penelitian Politik
No comments:
Post a Comment