Halaman

PERJUANGAN UNTUNG SUROPATI

OLEH BELLA JENISKA/SI 3
            Untung Suropati semula bernama Untung, menurut ceritanya ia berasal dari Bali yang lahir pada tahun 1660 yang kemudian di beli sebagai budak oleh seorang pedagang Belanda. Karena menjalin hubungan cinta dengan putri tuannya Untung akhirnya masuk penjara. Pada suatu saat ia berhasil dengan teman-temannya mendobrak pintu penjara dan ia memimpin perampasan dan pereampokan terhadap orang-orang Belanda. Upaya VOC untuk menangkap Untung dan teman-temannya gagal. Pada waktu itu, Voc sedang terlibat dalam perang Banten. Dengan siasat liciknya VOC kemudian berhasil menarik kelompok Untung ke pihaknya dan digunakan untuk menangkap Pangeran Purbaya, putra Sultan Agung Tirtayasa yang meloloskan diri. Ketika upaya untuk membawa Pangeran Purbaya ke Batavia hampir berhasil, Untung mendapat penghinaan dan ia memutuskan untuk melanjutkan perlawanan dengan kompeni. Kembali ia melancarkan perang griliya melawan kompeni di wilayah Periangan. Ketika ia melanjutkan perjalanan ke Cirebon, ia terlibat dalam perkelahian dengan seorang Pangeran Cirebon bernama Surapati. Untung diajukan untuk diadili oleh Sultan Cirebon. Namun saat ia ingin di adili, Untung ternyata dapat melepaskan diri dari tuduhan bahwa ia telah ebrani membangkang terhadap kekuasaan Sultan, bahkan Suropati dipersalahkan. Pangeran Suropati dihukum mati dan Untung dianugerahi nama baru dengan nama Untung Suropati. Selanjutnya Untung Suropati melanjutkan perjuangannya diwilayah Mataram.
            Pada waktu itu yang menjadi Sunan di Mataram adalah Amangkurat II yang berhati leamh ini kemudian bermaksud merangkul pihak Untung Suropati untuk menentang kompeni. Sifat Sultan yang dahulunya pernah menjerumuskan Trunojoyo muncul kembali, yaitu sifat ragu-ragu. Untung menyadari sifat Sunan yang demikian itu. Setelah ia berhasil membunuh utusan kompeni ke Mataram yang bertugas menangkap Untung yaitu Kapiten Tack dengan anak buahnya, sealnjutnya Untung Surapati menyingkir ke Jawa Timur.
            Untung Surapati berhasil membangun pesat perlawanan terhadap VOC di Pasuruan. Dari sini ia membangkitkan semangat anti kompeni yang mendapat simpati dari seluruh rakyat Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Untung Surapati memerintah daerah pusat perjuangan itu dengan nama Wiranegara. Sementara di Mataram timbul konflik antara Pangeran Puger (adik Amangkurat II) dengan Amangkurat III (Sunan Mas). Amangkurat III mempunyai sifat anti Belanda, sedangkan Pangeran Pager memihak Belanda. Dalam menghadapi konflik ini, rupa-rupanya pihak kompeni memilih Pangeran Puger. Karena berani memberikan imbalan yang menguntungkan kompeni. Di Semarang VOC dan Pangeran Puger menandatangani perjanjian yang sangat merugikan pihak Mataram sendiri. Puger menjanjikan bahwa semua daerah sebelah Cilosari samapi Cilacap diserahkan kepada kompeni. Demikian juga dengan Madura timur. Setiap tahun Mataram sanggup membayar 800 koyan beras selama 25 tahun. Selanjutnya ditegaskan bahwa ibukota Kertasura kompeni berhak mendapatkan 200 orang tentaranya dalam benteng kompeni.
            Setelah dicapainya kata sepakat di antara keduanya, kompeni dan pasukan Pangeran Puger bergerak ke Kertasura. Pangeran Puger dan VOC berhasil memperoleh kemenangan. Pada tahun 1705 Pangeran Puger dinobatkan sebagai Susuhunan dengan nama Pakubuwono I.
            Sunan Mas selanjutnya meninggalkan Kertasura dan bergabung dengan Untung Suropati yang bertahan di Kediri, Bangil, Pasuruan, dan Belambangan. Pada pertempuran besar di Bangil, Untung Surapati gugur pada tahun 1706. Perlawanan dilanjutkan oleh putra-putranya dengan gagah berani disertai dengan semangat pantang menyerah.
            Setelah pertahanan Surapati dapat dilemahkan  Sunan Mas menghentikan perlawanan dan datang ke Batavia, meyerahkan diri kepada VOC, beliau di tangkap dan di asingkan ke Sailan (1807).
            Sementara itu perlawanan keturunan Untung Surapati terus berkobar. Panglima kompeni yang bernama Herman de Wilde berhasil menduduki Pasuruan, ia berhasil menemukan makam Untung Suropati, di bongkarnya makam tersebut dan dibakarnya sisa-sisa jenazah pahlawan perkasa itu dan abunya dibuang kelaut.
            Dalam sejarah nasional kita, nama Untung Suropati sungguh menepati kedudukan yang khusus. Ia pejuang yang berasal dari kalangan rakyat biasa, berjuang melawan Belanda tanpa mengeanl menyerah. Semangat juangnya dilanjutkan oleh putra-putranya serta keturunannya. Keturunan Untung Suropati ini gugur satu persatu dalam pertempuran melawan penjajahan Barat di Pulau Jawa atau ditangkap dan diasingkan ke Sailan.
            Perlawanan melawan Belanda tidak sampai disitu. Diberbagai tempat telah terjadi pula perlawanan terhadap VOC yang senantiasa berusaha meluaskan daerah jajahannya dan pengaruhnya dengan turut ikut campur tangan dalam urusan pemerintahan. VOC berusaha mendudukan kepercayaannya atau orang yang dianggap sanggup memberikan imbalan yang menguntungkan VOC atau orang yang bersedia mengakui pertuanan VOC diantaranya :
            Di Jawa VOC selalu ikut campur tangan dalam perselisihan mengenai pergantian raja. Dalam sengketa yang terjadi pada tahun 1719-1723 kompeni mendudukan Mangkunegara diatas tahta dengan nama Amangkurat IV. VOC berhasil memadamkan perlawanan terhadap Sunan yang baru diangkat. Dalam peristiwa ini sangat menonjol peranan Pangeran Dipenegoro, Purbaya dan putra-putra Untung Surapati. Perlawanan dapat ditundukkan, mereka diasingkan ke Tanjung Harapan dan Sailan.
            Pada pertengahan abad ke 18 kekuasaan VOC diatas Mataram semakin besar. Ketika Sunan Pakubuwono II sakit keras, VOC memaksa pengakuan Sunan menyerahkan Mataram kepada VOC (11 Desember 1749). Kejadian ini membakar perlawanan yang berkobar diseluruh daerah kekuasaan Mataram. Walaupun VOC segera mengangkat putra mahkota Sunan Pakubuwono III, perlawanan tidak dapat dihindarkan (1749-1757). Pihak yang anti kompeni dipimpin oleh Mangkubumi dan Mas Said berhasil memperoleh kemenangan-kemenangan dalam peperangan. Namun, ketika timbul permusuhan antara Pangeran Mangkubumi dengan Mas Said, kompeni berhasil menjalankan taktik memecah belah. Demikianlah Pangeran Mangkubumi bersedia berunding dengan VOC. Ditandatanganinyalah perjanjian Gianti (1755). Hasilnya Pengeran Mangkubumi menjadi Sultan di Yogyakarta, dengan nama Hamengkubuwono I berkedudukan di Yogyakarta dengan nama Adiningrat. Selanjutnya Mas Said, VOC berhasil memaksakan perjanjian di Salatiga (1757). Mas Said mendapat gelar Mangkunegara dengan nama Pangeran Adipati Mangkunegara.
            Akibat dari kerusuhan memperebutkan tahta ini, VOC mendapatkan daerah jajahan langsung yaitu Jawa Barat, seluruh utara Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Madura. Kebesaran Mataram lenyap, daerahnya hanya meliputi Yogyakarta (di bawah Hamengkubuwono I), daerah Surakarta (di bawah Pakubuwono III), dan daerah Mangkunegara dalam lingkungan Surakarta dibawah pimpinan Pangeran Adipati Mangkunegara.
            Perlawanan terhadap kompeni juga terjadi di Banten. Pada masa Ratu Fatimah, pecah pemberontakan yang dipimpin oleh Kyai Tapa dan Ratu Bagus Buang (1750). Perlawanan Kyai Tapa ini meluas dari Batavia sampai ke Jawa Barat. Pemberontakan Kyai Tapa berhasil membinasakan daerah kolonialisasi Belanda di daerah Cipanan, Cianjur, sehingga sejak itu orang-orang menetap didaerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia III, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka. 1993
Anthony Reid. Perjuangan Rakyat dan Hancurnya Kerajaan di Inonesia, Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 1987
Bernard H.M Vlekke, Nusantara(Sejarah Indonesia), Dewan Bahasa Dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia, Kuala Lumpur, 1967.

No comments:

Post a Comment