SUKU HUTAN ATAU SUKU ASLI

Abdurrahman / SR 3A

Riwayat suku hutan
Suku hutan merupakan pecahan dari puak melayu rakyat kerajaan gasib. Raja gasib pertama yang diislamkan  oleh kerajaan malaka Sultan Mansyur Syah bernama Megat Kudu kemudian bergelar sultan Ibrahim. Sejak itu gasib menjadi pusat agama islam dibelahan pantai timur sumatera. Kemudian gasib mundur karena serangan aceh, lalu digantikan oleh kerajaan siak yang mulai sejak 1723 dengan rajanya raja kecil dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rahmatsyah. Dalam masa awal kerjaan siak inilah suku hutan mengasingkan diri kehutan, karena mungkin sekali tidak suka mengikuti agama islam yang makin kuat dalam kerajaan itu. Atau oleh kehadiran belanda yang mulai memperlakukan blasting (pajak) atas rakyat Siak.
Dalam perjalanan mengasingkan diri itu mereka sampai ke pulau bengkalis dan pulau rangsang. Karena  mereka membuat kampong didalam hutan, maka mereka terkenallah dengan nama suku hutan. Padahal mereka lebih suka menyebutnya suku asli.
Dewasa ini disamping mereka mendiami selat baru dan jangkang dibengkalis, juga membuat desa sokop pulau rangsang kecamatan tebing tinggi, disamping mendiami Merbau, sungai apit dan kuala Kampar.
Masyarakat suku hutan
Suku hutan atau suku asli sebagaimana masyarakat terasing lainya suka mendiami belantara, dan memilih tempat-tempat yang dekat dengan sungai dan laut. Di pulau rangsang mereka telah mendiami aliran sungai sodor, ongkoi dan mering.
Para tokoh yang memainkan peranan dalam memegang teraju kehidupan masyarakat suku hutan ialah batin dengan para pembantunnya  yang disebut dengan antan (sama dengan pengulu pada talang mamak) tongkat (sama dengan Dubalang) dan  monti.
Batin adalah pemimpin formal dalam tiap desa. Dia mengemudikan kehidupan masyarakat dengn adat dibantu oleh beberapa pembantunya. Tongkat membantu batin dalam melaksanakan hukuman atau denda adat, monti membantu dalam mengambil keputusan adat, sedangkan antan akan membantu dalam pelaksanaan segala ketentuan adat terhadap semua rakyat atau warga.
Sebagai kepala desa batin telah menjadi pelaksana beberapa peraturan pemerintah dan ikut dalam melakukan berbagai program pembagunan didesanya. Sebagai ulama (meskipun belum begitu berpengaruh seperti Kholifah sakai dan bonai) dia memimpin upacara pernikahan, sebagai wali dan sebagainya. Kemudian perlu diketahui, bahwa pada masa dahulu sultan siak, merupakan pucuk pemerintahan pula oleh suku hutan, hal ini karena perkampungan mereka menjadi daerah kerajaan siak, meskipun mereka mempunyai semacam otonomi dalam adat dan hutan tanahnya.
Mata pencaharian
Suku hutan atau suku asli telah mempunyai 5 macam mata pencaharian yang penting yaitu, bertani, meramu (mengambil hasil hutan) nelayan, berburu dan menjadi buruh. Suku hutan yang mendiami kuala Kampar telah bertani kelapa dan membuat kebun rumbia. Hasil kelapa dan sagu dijual kepada cina.
Tetapi ditempat lain pekerjaan bertani kurang disukai oleh Suku Hutan, seperi yang mendiami puau Bengkalis dan pulau Rangsang. Pada kedua tempat itu suku ini memandang lapangan pertanian terlalu labat medatangkan hasil. Mereka lebih suka mncari hasil hutan berupa mengumpulkan kayu bakau, yang hasilnya memang cukup lumayan. Jika segala sesuatu berjalan lancar, maka dalam taun 1990, menurut menurut hasil penelitian Tubari, seorang pencari kay bakau dapat memperoleh penghasilan kotor kira-kira 6 – 7 ribu rupiah sehari.
Pekerjaaan lain juga dilakukan sebagai pencaharian lengkap. Mencari ikan dan berburu masih dilakukan, mekipun hasilnya sudah jauh berkurang mereka menangkap ikan mengunakan jarring, rakit, pukat, rawai, belat, gombang, dan pancing. Sebagian hasil dijual dan untuk di makan. Babi merupakan binatang buruan yang hampir dilakukan suku ini setiap hari. Babi diburu dengan senjata kojor (tombak) dan juga dijerat. Hasilnya dimakan dan juga dijual.
Warga suku hutan disukai menjadi buruh karena mereka rajin, kuat patuh pada majikan dan bisa menerima upah yang relative murah. Bagaimanapun juga, sifat mereka yang patuh dan bisa menerima upah yang murah, tenting ada hubungannnya dengan tingkat kualitas mereka yang masih rendah dalam pendidikan. Dengan keadaan buta huruf dn terbatas bergaul dengan pihak luar, maka mereka cenderung menerima keadaan apa adanya. Pada tahun 1987 dicatat oleh Abbas pendapatan yang mereka terima saat bekerja di perusahaan cina anatara Rp 1.200,- sampai Rp 1.750,- / hari.
Meskipun tingkat pendapatan mereka tampak memadai, tetapi karena rendahnya tingkat berpikir dan agama islam yang dangkal, mereka jatuh hidup boros. Begitu ada uang langsung dihabiskan dipakai untuk berjudi, minum-minum serta barbagai upacara.
Agama dan kepercayaan
Tak diragukan lagi bahwa suku hutan telah pernah memeluk agama islam, paling kurang semenjak nenek moyang mereka menjadi rakyat kerajaan Gasib dan Siak. Agama ini amat nyata telah jauh meresap kedalam adat dan tradisi mereka. Tetapi karena telah mendiami hutan belantara sebagai tempat terpencil, maka perkembangan dan pendalaman ajaran islam menjadi kandas. Sementara itu pengaruh alam dan lingkungan hidup memberi peluang yang besar bagi suburnya kembali kepercayaan nenek moyang dahulu kala dalam bentuk kepercayaan animisme. Maka bertemulah kembali gelombang agama islam yang kandas dengan arus kepercayaan animisme, sehingga ujudlah semacam kepercayaan sinkretik yang memadukan islam dengan animisme.
Meskipun agama islam memang mempercayai yang gaib seperti Malaikat, Iblis, dan Setan serta Tuhan sendiri yang Maha Gaib, tetapi suku hutan telah tergelincir, karena makhluk halus seperti berbagai roh orang mati serta beberapa jenis lagi yang mereka sebut Awang Putih dan Awang Hitam telah mendapat pujaan karena peranannya dipandang dapat memberikan perlindungan atau mendatangkan bencana. 
Kepercayaan akan kekuatan roh itu amat berpengaruh sekali. Roh yang baik yang dapat memberikan perlindungan mereka sebut sebagai Awang Putih dan roh yang jahat yang diyakini mendatangkan bencana dinamakan sebagai Awang Hitam.
Mereka telah meyakini bahwa Tuhan yang bernama Allah menciptakan 99 jenis makhluk. Hanya 9 jenis yang menjadi manusia, selebihnya menjadi jin dan setan. Pada hari jum'at mereka telah tidak bekerja, tetapi alasannya karena roh-roh berkeliaran sampai tengah hari. Hari raya idul fitri telah mereka rayakan, meskipun syariat menjalankan puasa masih diabaikan. Itulah sebabnya mereka tiap 27 ramadhan yang mereka rebut 7 likur, kampung dihiasi dengan colok (obor bambu).
Al-quran dipandang sebagai benda keramat dan suci. Hanya orang tertentu seperti guru ngaji, batin, dukun dan bidan yang boleh memegangnya. Orang lain harus minta izin dahulu kepada mereka itu baru dapat menyintuh kitab tersebut. Adanya al-quran dalam rumah diyakini menjaga rumah dari roh jahat serta ilmu jahat dari orang lain. Inilah yang menyebabkan ayat quran dapat dijadikan tangkal.
Dengan gambaran kepercayaan serupa itu dapatlah dikesan kualitas ajaran islam dalam kehidupan masyarakat suku hutan. Paling kurang terdapat 3 tingkat kualitas suku hutan dalam kadar agama islam yang diyakininya.
-          Pertama yang harus sekedar mampu mengucapkan syahadat yang mereka amalkan dalam berbagi upacara khitan dan nikah-kawin. Inilah jumlah terbesar daripada masyarakat suku hutan. Syariat islam hampir tidak dijalankan sama sekali, tetapi kebudayaan islam telah mereka amalkan dengan kokoh, seperti tampak dalam adat dan tradisi.
-          Kedua peringkat yang sudah mampu mengerjakan sholat, tetapi belum dilaksanakan sebagaimana mestinya menurut tuntunan islam.
-          Ketiga peringkat yang sudah mengerjakan sholat dan juga sudah bisa baca al-quran. Kualitas ini mulai Nampak terhadap anak-anak yang mendapat  pelajaran mengaji disurau-surau dan mesjid.
Palal mencatat dalam tahun 1988 dari kantor urusan agama kecamatan bengkalis, ada 2.060 orang suku hutan (yang disebutnya sebagai masyarakat terasing). Sementara Tubari dalam tahun 1989 mencatat dari departemen Sosial kecamatan Bengkalis ada 3.438 jiwa suku hutan. Kedua catatan ini jauh bedanya dengan catatan Kanwil Depsos Propinsi Riau yang hanya mencatat 1.445 orang suku hutan dikecamatan bengkalis, tapi bagaimana pun jua hasil pencatatan iru, pala mencatat dari KUA kecamatan bengkalis mengenai keadaan agama Suku Hutan sebagai berikut:
-          Animisme + Islam dianut oleh 1.779 orang
-          Telah memeluk agama islam dengan sadar 57 orang
-          Telah memeluk agama Kristen 224 orang
Suku hutan yang masih islam-animisme kembali memeluk agama islam dengan sadar, banyak terjadi melalui perkawinan, terutama perempuan suku tersebut diambil isteri oleh orang melayu. Dalam tahun 1987 Marhum melakukan penelitian terhadap Suku Hutan yang berada di sokop kecamatan Tebing Tinggi. Di desa itu dicatatnya ada 747 orang suku hutan beragama islam, dan hanya 80 orang yang sudah menganut konghucu.
Sebagai sandinganya baik juga diperhatikan hasil penelitian Murazal tahun 1987 di kecamatan Tebing Tinggi, meliputi desa sesap, sokop, dan sondei. Jumlah mereka yang termasuk suku hutan menurut kantor kecamatan Tebing Tinggi tahun itu ialah 1.968 orang. Dri jumlah ini terhitung beragama islam (meskipun belum bersih akidahnya) ada sebanyak 1.878 orang. Selebihnya memeluk budha 18 orang sedangkan konghucu sebanyak 72 orang.
Didaerah ini sudah ada 3 buah SD dengan 339 murid, tapi masih banyak suku hutan yang enggan menyekolahkan anak nya. Sayangnya guru agama islam belum ada disekolah itu. Padahal daerah suku hutan ini sudah mempunyai 2 buah mesjid atau surau.  Itulah sebabnya kemajuan agama islam dearah ini agak lambat. Pernah ada guru ngaji dari desa Bungur (orang melayu) mengajar anak-anak di desa sokop. Karena minat anak-anak situ rendah sekali, akhirnya surau itu ditinggalkan lagi. Akibatnya anak-anak suku hutan kembali hanya belajar agama islam dari orang tuanya semata. Hal ini niscaya tidak akan bisa memperbaiki kualitas mereka sebagai seorang muslim.
DAFTAR PUSTAKA
UU hamidy. Masyarakat Terasing di Daerah Riau di Gerbang Abad XXI. Pekanbaru 1991
Lubis. Mochatar. 1997. sakai di riau masyarakat terasing dalam masyarakat indonesia. UR Pekan baru : Yayasan obor Indonesia

BIOGRAFI RAJA ALI HAJI

SRI WAHYUNINGSIH SR/3B
Data Diri
            Nama lengkap Raja Ali Haji adalah Raja Ali al-hajj Fisabillillah bin Opu Daeng Celak alias Engku Haji Ali ibni Engku Haji Ahmad Riau. Dia dilahirkan pada tahun 1808 M dipusat kesultanan Riau-Lingga di pulau Penyengat. Catatan tentang hari dan bulan kelahiran Raja Ali Haji berbeda dengan ayahnya. Catatan mengenai kelahiran ayahnya begitu rinci, yaitu pada hari kamis waktu asyar bulan rajab tahun 1193 M di istana yang dipertuan Muda Riau-Raja Haji Ibni Daeng Celak. Sedangkan catatan mengenai Raja Ali Haji justru singkat sekali. Bahkan, catatan kelahiran Raja Ali Haji lebih banyak di dasarkan pada perkiraan saja. Menurut hasan junut, masa yang berbeda, waktu yang berbeda, mengantar pada semangat zaman yang berbeda. Semangat zaaman yang berbeda berkembang pada saat itu menyebabkan orang-orang memanggil nama Raja Ali Haji dengan sebutan "Raja".
            Orang-orang melayu pada saat itu sering mengingat waktu kelahiran sianak dengan mendasarinya dengan peristiwa-peristiwa penting. Raja Ali Haji lahir setelah lima tahun pulau penyengat dibika sebagai tempat kediaman Engku Putri. Atau dia lahir setelah dua tahun benteng portugis di makala diruntuhkan. Orang-orang melayu juga sering memberikan nama anak-anaknya dengan mengambil nama datuk (kakek) apabila datuknya itu sudah meninggal. Hal inilah yang menyebabkan banyak terjadi kemiripan nama dalam masyarakat melayu.
            Tahun kapan meninggalnya Raja Ali Haji sempat terjadi perdebatan. Banyak sumber yang menyebutkan  bahwa ia meninggal pada tahun 1872. Namun, ternyata ada fakta lain yang membalikkan pandangan umum tersebut. Pada tanggal 31 Desember 1871  Raja Ali Haji pernah menulis surat kepada Hermann Von de Wall, sarjana kebudayaan belanda yang kemudian menjadi sahabat terdekatnya. Yang meninggal di tanjung pinang pada tahun 1873. Dari fakta ini dapat dikatakan bahwa Raja Ali Haji meninggal pada tahun yang sama1873 di pulau penyengat.
            Makam Raja Ali Haji berada di komplek pemakaman Engku Putri Raja Hamidah. Persisnya di luar bangunan utama makam Engku Putri. Karya Raja Ali Haji iyalah Gurindam dua belas yang diabadikan di sepanjang bangunan dinding makamnya. Sehingga setiap pengunjung yang datang  dapat membaca serta mencatat karya maha agung tersebut.
Silsilah dan Latar Belakang Keluarga
            Raja Ali Haji adalah putra Raja Ahmad, yang setelah berhaji ke mekah dengan gelar Engku Haji Tua. Cucu Raja Haji Fisabilillah. Ibunya bernama Encik Hamidah binti Panglima Malik Selangoratau Putri Raja Selangor yang meninggal pada tanggal 5 Agustus 1844.
            Datuk RAH bernama Raja Haji Fisabilillah, merupakan yang dipertuan muda Riau IV. Ia dikenal sebagai YDM  yang berhasil mendirikan kesultanan Riau-Lingga sebagai pusat perdagangan yang sangat pentingdi kawasan ini. Ia juga dikenak sebagai pahlawan yang terkenal berani melawan penjajah belanda, sehingga meninggal di medan perang di teluk ketapang (18 juni 1784). Ia meninggalkan dua putra yaitu Raja Ahmad ( ayah RAH) dan Raja Ja'far.
            Raja Ahmad dikenal sebagai intelektual muslim yang produktif  menulis karya-karya besar, seperti syair perjalanan Engku Putri Ke Lingga 1835, syair reaksi 1841, dan syair perang johor 1843. Ia juga dikenal sebagai pemerhati sejarah terutama sejarah masa lalu. Dalam karyanya, perang johor, ia menguraikan fakta perang kesultanan johor dan kesultanan aceh yaitu pada masa keemasan johor. Ia dikenal sebagai penulis pertama yang melahirkan sebuah epic yang menghubungkan sejarah bugis di bawah melayu dan hubungannya dengan sultan-sultan melayu.
            Keluarga Raja Ahmad terdiri dari orang-orang terpelajar dan suka dengan dunia tulis-menulis, anggota keluarganya yang pernah menghasilkan karya adalah Raja Ahmad  Engku Haji Tua, RAH, Raja Haji Daut, Raja Salehah, Raja Abdul Mutallib, Raja Kalsum, Raja Safiah, Raja Sulaiman, Raja hasan dll.
            RAH sebenarnya berasal dari keturunan bugis. Garis keturunan ini berasal neneknya yang berasal dari tanah bugis namun kemudian menetap di Riau dan memperoleh jabatan yang dipertuan agung. Cerita ini bermula ketika raja bugis yang pertama kali masuk islam, ternyata yang salah satunya memiliki keturunan yang salah satunya bernama Daeng Rilaka.
            Daeng Rilaka memiliki lima orang anak, daeng rilaka meninggalkan tanah bugis dan mengembara ke wilayah kesultanan Riau-Johor. Keturunan ini mendapat kedudukan di istana kesultanan. Anak ke empat Daeng Rilaka yang merupakan nenek RAH yang menjadi di pertuan muda riau II menggantikan saudaranya YDM Riau muda I.
            Jabatan tersebut merupakan realisasi dari hasil perjanjian kesultanan Riau-Lingga dengan raja bugis yang telah berhasil menahlukkan minangkabau. Ketika itu memang terjadi perang antara kerajaan minangkabau dan kesultanan melayu. Berdasarkan garis keturunan itu, maka RAH merupakan kesultanan Riau-Lingga yang dikenal memiliki tradisi keagamaan dan keilmuan yang sangat kuat. RAH memiliki 17 orang putra putri, anak RAH yang pertama mempunyai 12 orang putra putri, kemudian cucu-cucu dari RAH menjadi ulama-ulama dan tokoh-tokoh masyarakat.
Pendidikan
            RAH memperoleh pendidikan dasarnya dari ayahnya sendiri. Di samping itu, dia juga mendapatkan pendidikan dari lingkungan kesultanan Riau-Lingga di pulau Penyengat. Di lingkungan kesultanan ini, secara langsung ia mendapatkan pendidikan dari tokoh-tokoh terkemuka yang pernah datang. Ketika itu banyak tokoh ulama yang datang dan merantau ke pulau penyengat dengan tujuan mengajar dan sekaligus belajar. Di antara ulama-ulama yang dimaksud adalah Habib syeih as-saqaf, syeih Ahmad Jabarti, syeih Ismail Bin Abdullah dan masih banyak yang lainnya.
            Pada saat itu kesultanan Riau-Lingga dikenal sebagai pusat kebudayaan melayu yang giat mengembangkan agama, bahasa dan sastra. Oleh karena RAH merupakan bagian dari keluarga besar kesultanan, maka ia termasuk orang pertama yang dapat bersentuhan dengan model pendidikan ini, yaitu bertemu langsung dengan tokoh-tokoh ulama yang datang ke pulau penyengat. Ia belajar Al-Quran, hadist dan ilmu-ilmu agama lainnya. Pendidikan dasar yang diperoleh RAH adalah sama dengan anak-anak yang seusianya. Hanya saja, memang RAH memiliki kecerdasan yang diatas rata-rata.
            RAH juga mendapatkan pendidikan di luar lingkungan kesultanan. Ketika ia dan rombongan ayahnya pergi ke betawi pada tahun 1822 RAH memanfaatkan momentum ini sebagai wahana untuk belajar. Ai juga pernah belajar bahasa arab, dan ilmu adama di mekah. Yaitu ketika ia dan ayahnya dan sebelas kerabat lainnya mengunjungi tanah suci mekah untuk berhaji. Mereka merupakan bangsawan Riau yang pertama kali mengunjungi mekah. RAH beserta rombongan dan ayahnya sempat ke mesir, setelah berkelana di mekah beberapa bulan, ketika itu rah massih berusia muda.
            Selama berkelana di mekkah, RAH memanfaatkan banyak waktunya untuk menambah pengetahuannyatentang keagamaan. Di tanah suci inilah, pendidikannya seakan akan mengalami peningkatan yang sangat tajam. Disana ia sempat berhubungan dengan syeikh daud bin Abdullah al-fhatani. Ia belajar kepadanya seputar pengetahuan bahasa arab dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Ulama ini merupakan sosok ulama yang terpandang di kalangan masyarakat melayu yang ada di mekkah.
Pengalaman Jabatan
            Ketika masih dalam usia muda, RAH sudah diamanahi tugas-tugas kenegaraan yang penting. Dalam usia 30 tahun, RAH mengikuti saudara sepupunya, Raja Ali bin Ja'far, pergi ke seluruh wilayah kesultanan Riau-Lingga hingga ke pulau-pulau terpencil. Keperluan mereka adalah untuk memeriksa kawasan tersebut. Ketika Raja Ali bin Ja'far di percaya menjadi wakil yang di pertuan muda di kesultanan Riau-Lingga, RAH juga ikut membantu pekerjaan saudara sepupunya itu.
            Ketika usia RAH telah mencapai 32 tahun, ia dan saudara sepupunya itu dipercaya memerintah wilayah Lingga untuk mewakili sultan Mahmud Muzaffar Syah yang pada saat itu masih berumur sangat muda. Ketika itu sultan Mahmud Muzaffar Syah belum mau menunjuk yang di pertuan muda pengganti Marhum Kampung Bulanyang telah meninggal dunia. Pada tanggal 26 juni 1844 RAH membuat petisi yang isinya mendukung Raja Ali menjadi wakil yang di pertuan muda kerajaan Riau-Lingga. Petisi itu di tandatangani oleh pendukung Raja Ali.
            Ketika Raja Ali bin Jaffar diangkat menjadi yang di pertuan muda Riau VIII pada tahun 1845, RAH diaangkat sebagai penasehat keagamaan kesultanan. Meski diserahi tanggung jawab kenegaraan yang begitu berat kerena menguras tenaga dan pikirannya. Namun RAH tetap menunjukkan propesionalitasnya sebagai penulis yang sangat produktif.
            Bersama dengan Raja Abdullah Musyid dan Raja Ali bin Jaffar, RAH berdagang ke pulau karimun dan kundur. Mereka juga mengelola pertambangan timah. Ketika yang dipertuan muda Riau Raja Ali bib Jaffar digantikan adeknya Raja Haji Abdullah Musyid, RAH dan Raja Ali bin Jaffar kemudian membangun lembaga ahlul halli wa aqdi yang membantu jalannya roda pemerintahan kesultanan.
            Menjelang wafatnya pada tahun 1858, yang di pertuan muda Raja Haji Abdullah Musyid menulis surat wasiat yang isinya mengangkat RAH sebagai pemegang semua kekuasaan hukum, yaitu menyangkut semua jurisprodensi islam. Disela-sela tugasnya sebagai abdi Negara, pada tanggal 7 mei 1968, RAH mengetuai rombongan kesultanan Riau-LIngga menuju teluk belanga untuk menghadiri penobatan temenggung Johor Abu Bakar sebagai Maharaja Johor. Pekerjaan sebagai penanggung jawab bidang hukum islam di kesultanan Riau-Lingga diemban oleh RAH hingga meninggal pada tahun 1873.
Aktivitas Nasional dan Internasional
·         Perjalanan ke Batawi
RAH dikenal sangat dekat dengan ayahnya, pada tahun 1822. RAH ikut ayahnya ke batawi selama tiga bulan. Ayahnya membawa rombongan kesultanan Riau-Lingga, termasuk istri dna dua orang anaknya, yaitu RAH sendiri dan Raja Muhammad. Kepergian ayahnya beserta rombongan itu adalah dalam suatu urusan kesultanan Riau-Lingga dengan pemerintah hindia-belanda, tepatnya dalam urusan perdagangan dan penilitaian. Perjalanan ini dimulai dengan singgah sebentar di lingga dan kemudian memeruskan pelayaran melalui selat Bangka.
Sesampainya di betawi, RAH memanfaatkan sebaik-baiknya apa yang bakal di lihat atau pun ditemuinya disana. Ia sempat bertemu dengan gubernur jendral Hindia-Belanda yang menjamu rombongan Raja Ahmad di istana gubernur hindia belanda. Ia juga dapat mengunjungi bogor dan menonton berbagai pertunjukan kesenian disana, separti opera. Ia juga sempat mengunjungi para ulama terkenal betawi yang bernama Saiyid Adbur Rahman al-masyhri.
Pekaman peristiwa dan pengalaman RAH selama di betawi di tuangkan di dalam karyanya. Ada dua peristiwa penting yang dialaminya di berawi yang kelak mempengaruhi pekiran RAH. Pertama, kesempatan RAH menonton opera. Bangunan ini bentuknya seperti rumah yang lekuk ke dalam tanah.
Pada tahun 1826 RAH juga ikut ayahnya pergi ke pesisir utara pulau jawa selain batawi. Ayahnya melakukan perjalanan kesana dengan tujuan berniaga agar dapat menghasilkan dana untuk pergi haji. Menurut cerita, RAH pernah sakit di kota juana, bahkan dalam keadaan koma. Ayahnya sempat membelikan karanda karena mengira anaknya akan meninggal. Namun atas kuasa Allah RAH akhirnya dapat sembuh kembali.
·         Perjalanan ke mekkah
Pada tahun 1828 RAH mengikuti sejumlah rombongan lesultanan Riau-Lingga untuk menunaikan ibadah Haji yang dipimpin oleh ayahnya sendiri. Pada tanggal 5 maret 1828 rombongan ini sampai di Jeddah. Sejak menunaikan ibadah haji itu Raja Ahmad dikenal dengan gelar Engku Haji Tua dan anaknya RAH dikenal dengan nama Raja Ali Haji.
Sekembalinya dari tanah suci, RAH menjadi ulama terkemuka di masanya, ketika saaudara sepupunya yang bernama raja ali bin raja jaffar menjadi yang di pertuan muda Riau VIII, RAH diminta oleh sepupunya itu untuk mengajar agama islam di lungkungan kesultanan Riau-Lingga. Bahkan, Raja Jaffar juga ikut balajar kapada RAH.
RAH menjadi tumpuan banyak orang yang bertanya masalah-masalah keislaman. Dengan penuh kesabaran ia menuntun dan membimbing masyarakat dengan segala keahliannya.
·         Aktivitas Kepenulisan
Usia 40 tahun adalah masa dimana RAH banyak mencurahkan perhatiannya pada penulisan karya-karya sastra. Ia tercatat sebagai penulis yang produktif dimasanya. Kesultanan Riau-Lingga, johor dan Pahang ketika itu menjadi terkenal berkat karya-karya RAH yang banyak dibicarakan pakar bahasa dan sastra di seluruh nusantara dan juga di luar negeri.
 
Sumber
Anwar Syair, et. al., Sejarah Daerah Riau, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1882.
Junus, Hasan. 2002. Raja Ali Haji: Budayawan di Gerbang Abad XX, cet. II. Pekanbaru: Unri Press.

REVOLUSI IRAN


Andi aminah riski/PIS
Revolusi yang merubah Iran dari Monarki (kerajaan) di bawah Shah Mohammad Reza Pahlavi, menjadi Republik Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini pemimpin revolusi dan pendiri Republik Islam Iran. Sering disebut pula "revolusi besar ketiga dalam sejarah," setelah Revolusi Perancis dan Revolusi Bolshevik. Berbagai peristiwa 1953 merupakan momenmomen fundamental dalam konstruksi hubungan AS-Iran menggeser kecurigaan rakyat Iran dari poros Anglo – Russia kea rah Amerika. Peristiwa – peristiwa 1979 Mengkristalisasi tradisi ini. Revolusi 1979 mengikat Iran dan AS dalam sebuah hubungan ideologis yang intim, yang ditentukan oleh sebuah pengalaman kolektif bersama yang traumatis. Histeria politik yang menandai berbagai reaksi Britania terhadap Iran pada 1951. Persentuhan Amerika dengan revolusi Iran dan implikasi yang ditimbulkan media massa memastikan kedua belah pihak sama – sama mempertahankan mitologi revolusi masing – masing. Bagi mereka yang menganut ideologi revolusioner iran, Revolusi Islam mengindikasikan pelepasan diri dari masa lalu, yang didefinisikan oleh pemutusan hubungan dengan Amerika serikat. Pemutusan hubungan ini didefinisikan dengan pengambilalihan kedutaan AS pada November 1979. Dan pengambilalihan kekuasaan diinterpretasikan dalam konteks campur tangan asingsepanjang lebih dari 150 tahun dinegara itu, terutama keterlibatan AS dalam penggulingan Moshaddeq pada 1953. Walau pengabil alihan kedutaan itu merupakan sebuah momen menentukan, peristiwa itu tetaplah menjadi sebuah bagian dari proses yang lebih luas dan tidak dianggap sebagai sebuah bagian sebuah bagian penting oleh kaum revolusi Iran. Oleh karenanya, dalam pandangan  revolusioner populer, pemutusan hubungan diploatik antara Iran dan AS dipisahkan dari realitas penyanderaan, dan malah diterjemahkan sebagai sebuah konsekuensi alami darikenyataan bahwa Amerika serikat tidak memahami Revolusi Islam Iran. Oleh karenanya ada sebuah logika revolusioner yang dibangun secara structural dan menjadi letak peristiwa pengambilalihan kedutaan namun dianggap bukan faktor penyebab .Pada 1975 Shah memulai sebuah periodisasi liberalisasi gradual, bereksperimen dengan diskusi dan debat bebas didalam parameter ketat partai rastakhiz. Ini sebuah aksi basa – basi, lebih merupakan symbol daripada substansi, yang tidak banyak meyakinkan banyak orang dan kemudian dikalahkan oleh keinginan shah untuk mengubah Iran sesuai dengan bayangannya sendiri. Yang paling mengkhawatirkan bagi kaum tradisional adalah keputusannya yang secara tiba –tiba menetapkan kalender kekaisara , dimana rakyat Iran dalam sekejap menemukan diri mereka dalam sebuah penanggalan yang dimulai dimasa kekaisaran Persia (berarti saat itu tahun 2535). Peristiwa ini menegaskan kekhawatiran semakin berkembangnya sifat megalomania shah sebagaimana disebutkan dalam laporan terdahulu. Namun, membiarkan ego sang raja masih lebih baik daripada menentangnya.Shah pernah diundang ke Washington pada November 1977 (di mana gas air mata yang digunakan untuk membubarkan demonstran membuat Presiden terhina dan para tamu dari Iran menyeka air mata mereka dalam sorotan Televisi), dan kini Carter membalas keramahan itu dengan menghabiskan malam tahun baru di Teheran. Shah terus memusatkan kekuasaan di tangannya sendiri dan menutup segala peluang untuk perbedaan pendapat, Khomeini yang bicara blak –blakan menjadi kaum oposisi yang mencari arahan dan kepemimpinan setelah dikecewakan oleh kelas politik di dalm negeri. Kemampuan Khomeini menarik kaum tradisionalis dan kaum muda progresif diabaikan oleh Shah, yang tidak mengerti mengapa anakronisme nyata semacam itu dapat menarik kaum muda idealis. Berbagai laporan diplomatic mengindikasikan bahwa sebagian pengamat Barat tidak yakin tentang cap "reaksioner" yang diberikan kepada Khomeini oleh Savak. Namun, Shah memutuskan pada Januari 1978 bahwa sudah waktunya untuk menangani Khomeini. Sebagai balasan atas khotbah terakhir Khoemini, Shah membuat tulisan opini penuh caci maki di surat kabar Persia Etelaat di mana sang Ayatullah yang mulai berumur digambarkan sebagai boneka Britania yang memiliki asal-usul India. Terlepas dari cacian itu, sebagian besar dari tulisan tersebut merupakan sebuah pengulangan kosong mengenai visi imperialnya, yang menbuat banyak orang tidak meragukan sumbernya. Dilihat secara parsial, artikel opini itu merupakan sebuah tindakan tiada guna. Artikel ini menyinggung banyak isu Iran tahun 1970-an sehingga memicu gelombang kemarahan dan kemurkaan di kalangan pengikut Ayatullah Khomeini. Sebagian sudah siap untuk momen seperti ini, dan para pengamat mengatakan bahwa kedisiplinan di kalangan "kerumunan" tetap terjaga, dengan sedikit penjarahan secara acak dan pembidikan bangunan-bangunan pemerintah yang spesifik. Demonstrasi dan huru-hara meledak di Qom dan Tabriz, dimana pemerintah tidak siap menghadapinya, dengan mengirim deretan tank bukannya pengendali huru-hara. Konsul Amerika di menceritakan bahwa huru-hara tersebut sebgian besar bermotif religious dengan nyanyian anti monarki dan serangan terhadap para wanita yang berpakaian kurang layak namun tanpa indikasi sentiment anti Barat selain upaya sesaat massa untuk menyerang beberapa hunian Barat. Namun pada awal musim panas, sikap anti-Amerika menjadi bagian esensial dalam strategi oposisi, dengan tujuan menakut-nakuti para pekerja Amerika dan melemahkan apa yang dianggap banyak pihak sebagai tonggak utama rezim monarki.Walaupun beberapa orang berpendapat bahwa revolusi masih berlangsung, rentang-waktu terjadinya revolusi terjadi pada Januari 1978 dengan demonstrasi besar pertama, dan ditutup dengan disetujuinya konstitusi teokrasi baru – dimana Khomeini menjadi Pemimpin Tertinggi negara – pada Desember 1979. Sebelumnya, Mohammad Reza Pahlavi meninggalkan Iran dan menjalani pengasingan pada Januari 1979 setelah pemogokan dan demonstrasi melumpuhkan negara, dan pada 1 Februari 1979 Ayatullah Khomeini kembali ke Teheran dari pengasingannya yang disambut oleh beberapa juta orang Iran. Kejatuhan terakhir Dinasti Pahlavi segera terjadi setelah1 Februari 1979 dimana Angkatan Bersenjata Iran menyatakan dirinya netral setelah gerilyawan dan pasukan pemberontak mengalahkan tentara yang loyal kepada Shah dalam pertempuran jalanan. Iran secara resmi menjadi Republik Islam pada 1 April 1979 ketika sebagian besar Bangsa Iran menyetujuinya melalui referendum nasional. Revolusi Iran ini memiliki keunikan tersendiri karena mengejutkan seluruh dunia. Revolusi Iran menghasilan perubahan yang sangat besar dengan kecepatan tinggi ; mengalahkan sebuah rejim, walaupun rejim tersebut dilindungi oleh angkatan bersenjata yang dibiayai besar-besaran dan pasukan keamanan; dan mengganti monarki kuno dengan ajaran teokrasi yang didasarkan atas "Guardianship of the Islamic Jurist" (atau velayat-e faqih). Hasilnya adalah sebuah Republik Islam "yang dibimbing oleh ulama berumur 80 tahun yang diasingkan ke luar negeri dari Qom". Revolusi ini terjadi 2 tahap. Tahap pertama bermula pada pertengahan 1977 hingga tahun 1979 yaitu pemberontakan menentang Shah Iran yang dipimpin oleh pihak liberal, golongan haluan kiri dan kaum agama. Tahap kedua kembalinya Ayatollah Khomeini ke Iran dari pengasingannya di Perancis dan menjadi pemimpin Revolusi Iran pada 1 Pebruari 1979
Penyebab terjadinya Revolusi Iran akibat kesalahan-kesalahan Shah Iran
Kebijakan Shah Iran yang kuat untuk melakukan westernisasi dan kedekatan dengan negara barat (Amerika Serikat) berbenturan dengan identitas Muslim Syi'ah Iran. Hal ini termasuk pengangkatannya oleh Kekuatan Sekutu dan bantuan dari CIA pada 1953 untuk mengembalikannya ke kekuasaan, menggunakan banyak penasihat dan teknisi militer dari Militer Amerika Serikat dan pemberian kekebalan diplomatik kepada mereka, semua hal tersebut membangkitkan nasionalisme Iran, baik dari pihak kaum agama dan maupun sekuler menganggap Shah Iran sebagai boneka barat.Pendukung utama revolusi iran ini adalah kaum agamawan muslim terutama mereka yang berasal dari golongan Syi'ah. Kota-kota basis pendukung revolusi ini adalah Teheran, Qom dan Masyhad. Dampak revolusi iran dalam bidang politik adalah bergantinya bentuk kerrajaan menjadi republik islam dimana terdapat presiden dan jajaranya sebagai kepala pemerintahan, namun juga terdapat dewan ulama yang menjadi semacam atasan badan eksekutif, legislatif, yudikatif maupun angkatan bersenjata. Pada awal revolusi islam dewan ini dipimpin oleh ayatollah rphollah khomeini, sepeninggal beliau, kedudukanya digantikan olerh ayatollah ali khameni. Bentuk pemerintahan seperti ini juga bisa disebut sebagai teokrasi, yaitu dimana tuhan lah yang menjadi pemimpin negara, hanya saja ia diwakili oleh pemuka agama atau pejabat yang memperoleh petunjuk illahi.Ayatollah adalah gelar peringkat tinggi yang diberikan kepada Dua Belas Ulama Syiah Usuli. Mereka yang membawa gelar tersebut adalah ahli dalam studi Islam seperti hokum, etika, dan filsafat dan biasanya mengajar di seminari Islam. Para ulama peringkat yang lebih rendah berikutnya adalah Hojatoleslam wal-muslemin. Ayatollah adalah sama di peringkat Uskup atau Kardinal dalam Katolik, dan Rabbi Kepala dalam Yudaisme.
Daftar pustaka
Ansari, Ali . 2008 Supremasi Iran : Poros Setan atau Super Power Baru. Jakarta : Zahra
Cahyo, Agus. 2011. Tokoh-Tokoh Dunia yang Paling dimusuhi Amerika dan Sekutunya. Jogjakarta : Diva Press

KEBIJAKAN EKONOMI LUAR NEGERI KOREA SELATAN TAHUN 1970-AN

Roselma br Panjaitan/pis

          Setelah memasuki tahun 1970-an, negara-negara Barat mulai mempercayai keberhasilan Korea Selatan dalam bidang ekonomi. Berdasarkan kepercayaan itu, selama 7 tahun, antara 1970-1977, AS, Jepang dan negara-negara Eropa Barat memberikan pinjaman kepada Korea Selatan, masing-masing sebesar 1,07milyar, 5,7 juta dan 210,1 juta dolar AS. Seiring dengan pemberian bantuan itu, Korea Selatan mulai menandatangani berbagai macam persetujuan dengan negera-negara Barat untuk meningkatkan hubungan kerjasama bidang ekonomi, seperti misalnya persetujuan jaminan penanaman modal.
            Selain itu, sejak awal 1970-an pemerintah Korea Selatan berusaha memperluas pasar internasionalnya ke negara-negara non-komunis dan negara-negara netral di benua Afrika dan Eropa Timur. Dalam menghadapi krisis minyak mentah dunia pada akhir 1973, Korea Selatan sejak awal tahun 1974 meningkatkan kebijakan luar negerinya terhadap dunia Timur Tengah. Keberhasilan usaha politik yang sangat aktif itu menyebabkan Korea Selatan dapat menjalin hubungan kerjasama ekonomi, khususnya kerjasama bidang konstuksi. Selama 3 tahun, antara tahun 1976-1978, Korea Selatan berhasil memperoleh kontrak konstuksi sebesar 14 milyar dolar AS.
            Sementara itu, sejak tahun 1970-an, komoditi yang dihasilkan oleh industri Korea mulai berubah. Indusrti berat dan industri kimia dikembangkan dan produknya mulai mencakup 40% dari seluruh produksi industri. Hal ini menggambarkan pergeseran keunggulan komparatif Korea, yaitu dari industri manufaktur ringan dengan tenaga kerja terampil menjadi industri manufaktur berat dengan tenaga kerja yang terdidik.
            Ekspor komoditi industri berat dan industri kimia seperti semen, besi dan baja, pupuk dan industri petro kimia yang lain mulai dapat dilaksanakan dengan adanya peningkatan kapasitas produksi sampai melebihi permintaan pasar dalam negeri. Ekspor mesin dan komponen-komponennya menunjukkan peningkatan mulai akhir tahin 1970-an. Namun mesin dan komponen tersebut masih menggunakan bahan-bahan menengah yang diimpor dari negara-negara maju, khususnya dari Jepang, karena bahan-bahan menengah yang dihasilakan Korea Selatan tidak tersedia atau belum memenuhi standar yang dibutuhkan untuk dapat bersaing di pasaran internasional. Hal ini menyebabkan neraca perdagangan Korea dengan Jepang menunjukkan angka defisit meskipun Korea telah dapat mengekspor produk mesinnya.
            Kebijakan nilai tukar juga diterapkan untuk mendukung kebijakan peningkatan ekspor pemerintah. Devaluasi mata uang won terus dilakukan karena tingkat inflasi Korea Selatan masih jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara rekan dagangnya. Sejak akhir tahun 1970-an, pemerintah Korea memutuskan untuk mengembangkan nilai tukar won terhadap mata uang negara-negara dagang Korea.
            Sebagai negara yang mengalami defisit perdagangan, Korea Selatan menggunakan pembatasan jumlah impor sebagai alat utama pengendalian impor meskipun beberapa usaha untuk meliberalisasikan pengawasan impor dan nilai tukar juga dilakukan oleh pemerintah Korea. Saat neraca perdagangan Korea menunjukkan angka yang hampir seimbang dan perdagangan luar negerinya meningkat pada tahun 1977-1978, pemerintah Korea meningkatkan kebijakan liberalisasi impornya dengan mengurangi jimlah komoditi impor yang dikenai ijin impor.
            Di samping berusaha meningkatkan jumlah ekspornya, Korea Selatan juga berusaha mencari pinjaman luar negeri untuk membiayai impor dan defisit perdagangannya. UU Peningkatan Kapital Asing (Foreign Capital Inducement Law) ditetapkan pada tahun 1960 untuk menarik hutang luar negeri. Pemerintah Korea juga menjamin perdagangan dan hutang publik serta membebaskan pajak bagi investor asing. Dengan langkah-langkah tersebut, pinjaman luar negeri dan kapital asing berkembang dengan pesat, terutama setelah tahun 1966 saat perbedaan antara tingkat bunga asing dan domestik semakin melebar sebagai hasil dari kenaikan tingkat bunga domestik.
            Hasilnya, jumlah investasi asing langsung meningkat pesat dari awal tahun 1970-an meskipun masih jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan aliran kapital Korea secara keseluruhan. Kecilnya jumlah investasi lansung oleh perusahaan-perusahaan asing itu disebabkan oleh dua faktor utama yaitu sempitnya pasar domestik Korea dan adanya beberapa kebijakan pemerintah yang membatasi gerak perusahaan asing. Perusahaan asing yang bergerak di Korea hanya diperbolehkan memiliki saham minoritas. Hal itu menyebabkan hanya sedikit perusahaan asing yang mau bergerak di Korea, khususnya perusahaan Jepang.
Daftar Pustaka
Yang Seung-Yoon & Mohtar Mas'oed.2004.Politik Luar Negeri Korea Selatan:Gadjah Mada Univercity Press