PERTEMPURAN BANDUNG LAUTAN API


NANIK VERAWATI E/S

A.  SEJARAH PERISTIWA BANDUNG LAUTAN API
Mengenal sejarah Indonesia, salah satunya ada peristiwa Bandung Lautan Api. Peristiwa yang terjadi di tanah Pasundan itu berawal dari pertempuran antara para pemuda dan TKR melawan tentara Jepang pada bulan September dan Oktober 1945.Pada tanggal 9 Oktober 1945, pertempuran yang terjadi antara rakyat Bandung dan TKR melawan tentara Jepang dapat diselesaikan dengan damai. Rakyat Bandung dan TKR berhasil mendapatkan senjata dari pabrik senjata dan mesiu di Kiaracondong.Akan tetapi, bersamaan dengan itu datanglah tentara sekutu memasuki Kota Bandung pada tanggal 21 Oktober 1945.Kedatangan pasukan sekutu itu membuat suasana Kota Bandung menjadi tegang.Pertempuran-pertempuran kecil pun tak terhindarkan.
Ketika pasukan sekutu merasa terdesak, sekutu memberika ultimatum agar seluruh rakyat Bandung paling lambat tanggal 29 November 1945, pukul 12 untuk meninggalkan Bandung Utara. Namun, sampai batas waktu yang ditentukan, rakyat Bandung tidak mematuhinya.Pada tanggal 24 Maret 1946, sekutu mengeluarkan ultimatum lagi agar rakyat Bandung meninggalkan Kota Bandung.Namun, lagi-lagi ultimatum
itu tidak digubris.Akibatnya, pertempuran pun tak dapat dihindarkan.Ribuan orang mulai meninggalkan Kota Bandung.Tentara Republik Indonesia sengaja membakar gedung-gedung pemerintahan yang terdapat di Kota Bandung.Maksudnya, agar sekutu tidak dapat menggunakannya lagi.Asap membumbung tinggi. Kota Bandung menjadi lautan api.

B. PROSES TERJADINYA PERTEMPURAN BANDUNG LAUTAN API
Suatu peristiwa di bulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk mengukir sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota Bandung menuju pegunungan di selatan. Peristiwa itu di kenal sebagai Bandung Lautan Api.Sebuah memorabilia sejarah Bandung. Pada awal tahun 1946, Inggris menjanjikan penarikan pasukannya dari Jawa Barat dan menyerahkan kepada Belanda, untuk selanjutnya digunakan sebagai basis militer.Kesepakatan sekutu, Inggris dan NICA (Nederlands Indie Civil Administration) memunculkan perlawanan heroic dari masyarakat dan pemuda pejuang di Bandung, ketika tentara Inggris dan NICA melakukan serangan militer ke Bandung. Tentara sekutu berusaha untuk menguasai Bandung, meskipun harus melanggar hasil perundingan dengan RI.Agresi militer Inggris dan NICA Belanda  pun memicu tindakan pembumihangusan kota oleh para pejuang dan masyarakat Bandung. Bumi hangus adalah memusnahkan dengan pembakaran semua barang, bangunan, gedung yang mungkin akan dipakai oleh musuh.
Sekutu dan NICA Belanda, yang menguasai wilayah Bandung Utara (wilayah di utara jalan kereta api yang membelah kota Bandung dari timur ke barat), memberikan ultimatum (23 Maret 1946) supaya Tentara Republik Indonesia (TRI) mundur sejauh 11 km dari pusat kota (wilayah di selatan jalan kereta api dikuasai TRI) paling lambat pada tengah malam tanggal 24 Maret 1946. Akibatnya pertempuran pun kembali menghebat. Pada saat itu datang dua buah surat perintah yang isinya membingungkan, yaitu:
1.      Dari perdana Menteri Amir SyarifudinBahwa para pejuang / pasukan RI harus mundur  dari kota Bandung sesuai dengan perjanjian antara pemerintah RI dengan Sekutu yanag saat itu sedang berlangsung di Jakarta.
2.      Dari Panglima TKR (Jenderal Sudirman)
Bahwa para pejuang/pasukan RI harus mempertahankan Kota bandung sampai titik darah penghabisan.
Menghadapi dua perintah yang berbeda ini, akhirnya pada 24 Maret 1946 pukul 10.00 WIB, para petinggi TRI mengadakan rapat untuk menyikapi perintah PM Sjahril di Markas Divisi III TKR. Rapat ini dihadiri para pemimpin pasukan Komandan Divisi III Kolonel Nasution, Komandan Resimen 8 Letkol Omon Abdurrahman, Komandan Batalyon I Mayor Abdurrahman, Komandan Batalyon II Mayor Sumarsono, Komandan Batalyon III Mayor Ahmad Wiranatakusumah, Ketua MP3 Letkol Soetoko, Komandan Polisi Tentara Rukana, dan perwakilan tokoh masyarakat dan pejuang Bandung. Dalam menyikapi ultimatum Inggris, sikap para pejuang terbelah.Ada yang menginginkan bertahan di Bandung sambil melakukan perlawanan hingga titik darah penghabisan, ada juga yang memilih meninggalkan Bandung sambil mengatur strategi gerilya ketika berada di luar Bandung. Meski begitu, tujuan mereka sama yakni menolak keras upaya penjajahan kembali oleh Belanda.
Rapat pun berlangsung alot dan panas.Berbagai usulan perlawanan disampaikan peserta rapat, salah satu usul adalah meledakkan terowongan Sungai Citarum di Rajamandala sehingga airnya merendam Bandung.Usul ini disampaikan Rukana. Namun saking emosinya, Rukana menyebut usulnya agar Bandung menjadi "lautan api", padahal maksudnya "lautan air". Diduga, dari rapat inilah muncul istilah Bandung Lautan Api. Usul lain muncul dari tokoh Angkatan Muda Pos Telegrap dan Telepon (AMPTT), Soetoko,  yang tidak setuju jika hanya TRI saja yang meninggalkan Bandung. Menurutnya, rakyat harus bersama TKR mengosongkan kota Bandung.
Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam militer di Bandung, Nasution akhirnya memutuskan untuk mentaati keputusan pemerintah RI. Keputusan ini berisi beberapa poin, di antaranya TRI akan mundur sambil melakukan melakukan infiltrasi atau bumi hangus, hingga Bandung diserahkan dalam keadaan tidak utuh. Lalu rakyat akan diajak mengungsi bersama TRI. Selama pengungsian, TRI dan pejuang akan melakukan perlawanan dengan taktik gerilya ke Bandung Utara dan Selatan yang dikuasai musuh. Melalui siaran RRI pada pukul 14.00, Nasution mengumumkan:  bahwa semua pegawai dan rakyat harus keluar sebelum pukul 24.00, tentara melakukan bumi hangus terhadap objek vital di Bandung agar tidak dipakai Inggris dan NICA.
Saat malam tiba, TRI akan menyerang Bandung. TRI juga mempersiapkan sejumlah titik pengungsian bagi Keresidenan Priangan, Walikota Bandung, Bupati Bandung, Jawatan KA, Jawatan PTT, rumah sakit, dan lain-lain. Rakyat sebagian ada yang menerima informasi tersebut, sebagian lagi hanya mendengar desas-desus bahwa Bandung akan dibakar dan penduduknya harus ngungsi segera menyebar, tetapi banyak juga yang tidak mengetahui sama sekali. Namun situasi umum waktu itu mencekam, kepanikan di mana-mana. Meski panik, secara umum rakyat mematuhi keputusan pemerintah.Banyak rakyat yang mengungsi, Meski berat hati harus meninggalkan rumah yang sudah mereka ditinggali sejak kecil. Tempat tujuan pengungsi menyebar, mulai dari Cililin, Ciparay dan Majalaya, Tasikmalaya, Cianjur, Ciwidey, Garut, Sukabumi, bahkan adaya yang mengikuti hingga Jogjakarta. TRI menjadwalkan peledakan pertama dimulai pukul 24.00 WIB di Gedung Regentsweg, selatan Alun-alun Bandung yaitu Gedung Indische Restaurant (sekarang Gedung BRI), sebagai aba-aba untuk meledakan semua gedung.
Di tengah persiapan itu tiba-tiba terjadi ledakkan.Seorang pejuang, Endang Karmas, mengaku heran dengan adanya ledakan, padahal baru pukul 20.00 WIB. Ledakkan pertama itu terlanjut dianggap aba-aba, sehingga pejuang lain pun tergesa-gesa melakukan pembakaran dan peledakkan gedung. Karena persiapan yang minim, banyak gedung vital yang tidak bisa diledakkan, kalaupun meledak, tidak sanggup merusak bangunan yang terlalu kokoh. Beberapa kemungkinan menjadi pemicu melesetnya jadwal ledakkan dari jadwal semula,  yakni faktor teknis atau keterampilan menguasi bahan peledak yang minim, alat peledak yang kurang, atau ada sabotase oleh musuh untuk menggagalkan sekenario Bandung Lautan Api. Terlebih saat persiapan pengungsian pasukan Gurkha dan NICA terus melakukan provokasi hingga penembakan terhadap para pejuang.Hal itulah yang membuat rencana pembakaran dan penghancuran objek vital tidak berjalan seperti rencana. Kebakaran hebat justru timbul dari rumah-rumah warga yang sengaja dibakar, baik oleh pejuang maupun oleh pemilik rumah yang sukarela membakar rumahnya sebelum berangkat ngungsi.Rumah-rumah warga yang dibakar membentang dari Jalan Buah Batu, Cicadas, Cimindi, Cibadak, Pagarsih, Cigereleng, Jalan Sudirman, Jalan Kopo. Kobaran api terbesar ada di daerah Cicadas dan Tegalega, di sekitar Ciroyom, Jalan Pangeran Sumedang (Oto Iskandar Dinata), Cikudapateuh, dan lain-lain. Semua listrik mati.Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi.Pertempuran yang paling seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat pabrik mesiu yang besar milik Sekutu.TRI bermaksud menghancurkan gudang mesiu tersebut.Untuk itu diutuslah Muhammad Toha dan Ramdan.Kedua pemuda itu berhasil meledakkan gudang tersebut dengan granat tangan.Gudang besar itu meledak dan terbakar, tetapi kedua pemuda itu pun ikut gugur sebagai pahlawan bangsa.
Sejarah heroic itu tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia sebagai peristiwa Bandung Lautan Api (BLA). Lagu Halo-halo Bandung ciptaan Ismail Marzuki menjadi lagi perjuangan pada saat itu.NICA Belanda berhasil menguasai Jawa Barat melalui Perjanjian Renville (17 Januari 1948). Beberapa tahun kemudian, lagu "Halo-Halo Bandung" ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta, yang telah menjadi lautan api. Perlambang emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta, yang telah menjadi lautan api.Suatu hari di Bulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk mengukir sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di selatan. Beberapa tahun kemudian, lagu "Halo Halo Bandung" ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta, yang sekarang telah menjadi lautan api.

C. TOKOH YANG IKUT BERPERAN
1. Mohammed Toha
2. Kolonel Abdul Haris Nasution
3. Mac Donald

D. DAMPAK PERISTIWA BANDUNG LAUTAN API
1. Dampak terhadap Rakyat Indonesia :
Peristiwa Bandung Lautan Api ini memberikan kerugian yang sangat besar bagi masyarakat Bandung, karena kerusakan infrastruktur yang terjadi akibat peristiwa itu.Oleh karena rumah rakyat sipil juga terbakar sehingga menyebabkan kerugian bagi rakyat.
2. Dampak terhadap Sekutu :
Dampak yang ditimbulkan oleh aksi bumi hangus dari para "pahlawan" itu terhadap gerak ofensif sekutu sama sekali bukanlah rintangan. Gerak ofensif sekutu yang membangun basis disekitar Bandung Utara tidaklah mendapat hambatan dari bangunan-bangunan yang dibakar.Karena sudah sejak sebelumnya sekutu memang berencana menggempur daerah Bandung sebelah selatan yang merupakan basis Tentara Republik Indonesia.Dan sekutu tidak banyak dirugikan atas aksi pembakaran tersebut.Selain itu pula, bangunan-bangunan besar buatan masa kolonial dengan tembok dan struktur bangunannnya yang kokoh yang dicoba untuk diledakan dengan peledak buatan lokal oleh pihak TRI ternyata tidak menghasilkan kerusakan yang berarti.Dalam beberapa pekan kemudian bangunan-bangunan itu sudah bisa dipergunakan kembali.
Selain itu, NICA Belanda berhasil menguasai Jawa Barat sepenuhnya melalui Perjanjian Renville (17 Januari 1948) yang menekan Pemerintah Republik Indonesia untuk mengosongkan Jawa barat dari seluruh pasukan tentara Indonesia, menyusul kegagalan agresi militer 20 Juli – 4 Agustus 1947.NICA melanggar`gencatan senjata dan terus menggempur basis pertahanan tentara Indonesia hingga Januari 1948.Pasukan Indonesia (Divisi Sliwangi) terpaksa hijrah ke Jawa Tengah pada`tanggal 1 – 22 Pebruari 1948.

E. ASAL ISTILAH BANDUNG LAUTAN API
Istilah Bandung Lautan Api menjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa pembumihangusan tersebut. Jenderal A.H Nasution adalah Jenderal TRI yang dalam pertemuan diRegentsweg (sekarang Jalan Dewi Sartika), setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan Sjahrir di Jakarta, memutuskan strategi yang akan dilakukan terhadap Kota Bandung setelah menerima ultimatum Inggris tersebut. "Jadi saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu.Memang dalam pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang.Nah, disitu timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat, "Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api." Yang dia sebut lautan api, tetapi sebenarnya lautan air."-A.H Nasution, 1 Mei 1997
Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi.
Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman dengan bersemangat segera menulis berita dan memberi judul "Bandoeng Djadi Laoetan Api".Namun karena kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi "Bandoeng Laoetan Api".

F. AKHIR PERTEMPURAN BANDUNG LAUTAN API
            Tentara ingris tidak jadi mengambil kota bandung, karena kota bandung telah dibakar pejuang indonesia yang dikomandani oleh M.tohha. Kota bandung tidak jadi diambil alih oleh penjajah sebab bangunannya sudah dibakar.

DAFTAR PUSTAKA

No comments:

Post a Comment