JEPANG MENCARI PERAN DALAM ABAD KE -20


Dina Uli Arta Sinaga/PIS/15

            Dalam abad ke-20, paduan segala unsur dalam zaman Meji yang dilambangkan kelompok kecil yang kompak pemuka masyarakat itu telah digantikan oleh keadaan dimana birokrat sejati dan kelompok kepentingan menguasai apa yang kelihatannya, dari permukaan, suatu perkembangan tertib menuju pandangan dan lembaga yang lebih liberal. Namun sebenarnya pada dasarnya tekanan lebih sering diletakkan pada memelihara dari pada membaharui. Dalam puluh tahun pertama setelah Perang Dunia 1, ketika aliran sosialis dan aliran komunis saling mendekat, dan ketika ekonomi Jepang mengalami depresi setelah masa kejayaan ditahun-tahun perang, pemerintah mengambil tindakan dalam bentuk usaha menetapkan aturan prilaku dan mengendalikan pikiran.

            Dalam proses lembaga kerajaan, yang selama ini merupakan alat untuk menciptakan kesatuan nasional ketika Jepang tengah muncul dari perpecahan feodal, sekarang merupakan lambang kepatuhan, dan kebangsaan dan aturan perilaku yang ketat. Memang, lembaga kerajaan dapat digunakan untuk segala tujuan, karena lembaga ini merupakan bagian penting dari tiap-tiap pandangan. Kelompok radikal dikalangan militer mengusulkan agar kerajaan "Showa" dipulihkan, yang bertugas menyelesaikan apa yang telah dimulai meji, dengan cara membuang jauh-jauh unsur-unsur Barat dan kapitalis negara modern.    Gambaran Yoshino yang idealistik mengenai perkembangan pemerintahan berdasar perwakilan sering kali tidak sesuai dengan kenyataan. Golongan militer, sebagai bagian dari masyarakat yang lebih besar, seperti dapat diperkirakan menggunakan perpecahan dalam masyarakat sebagai dasar untuk mengeluarkan peringatan mengenai kerusuhan sosial dan ancaman dari luar. Akibatnya, perwira-perwira muda, dengan dalil bahwa mereka pewaris semangat samurai yang memulihkan kembali kekuasaan Meji, menjadi kekuatan utama yang menimbulkan keadaan tidak stabil dalam kehidupan politik. Dalam zaman Meji urutan prioritas bukan tidak ada, tetapi perbedaan dalam pandangan mengenai dunia luar dikalangan bangsa Jepang berhasil dijinakkan karena dunia luar itu memiliki tata susun.
            Ada dua perkembangan yang sangat penting. Pertama, nasionalisme Jepang dan nasionalisme Cina pengaruh mempengaruhi dalam tahun-tahun setelah perang dunia 1 dan proses ini berpengaruh merusak stabilitas politik. Kedua, munculnya pemerintah totaliter di Eropa perkembangan yang menyebabkan unsur-unsur elite Jepang mengubah susunan kedudukan negara-negara didunia menurut kehormatan dan kekuatan dalam tata tingkat mereka. Tahun 1920-an Jepang memutuskan hubungannya yang sudah lama dengan Inggris. Dan tahun 1930-an berangsur-angsur meninggalkan dan menjalin persekutuan dengan Jerman dan Italia.
ANTARA DUA PEPERANGAN
            Perpecahan besar yang timbul dalam pertiga pertama abad ke-20 ialah perpecahan antara generasi Meji dan mereka yang mencelanya karena dianggap sudah usang. Salah satu ungkapan yang paling kena mengenai pandangan ini dapat kita temukan dalam buku riwayat hidup Perdana Menteri Yoshida, seorang pemuda inggris gigih yang beranggapan tugasnya memulihkan kerja sama erat Inggris dan Amerika dalam perang dunia ke-2. Salah satu masalah ialah Jepang membatasi pilihan yang terbuka, dari segi kesempatan baru yang terbuka karena runtuhnya kekaisaran Cina. Para pemimpim Meji juga semakin risau melihat kebijaksanaan mengenai suku-suku bangsa dalam tahun-tahun awal abad ke-20. Dalam perang Rusia-Jepang, Jepang berusaha sekuat tenaga jangan sampai timbul kesan bahwa Jepang mempermainkan peran Asia, dan sebelum ini usaha-uasaha untuk menghindarkan arti buruk kata " Asia". Pengalaman perang dunia 1, yang diamati Jepang dari jarak yang aman, juga menyakinkan sebagian besar perencana dari angkatan darat bahwa dalam persaingan internasional berikutnya Jepang akan dihadapkan pada kebutuhan-kebutuhan baru. Bila sumber dunia dikuasai negeri-negeri imperialis Barat, yang tidak akan membiarkan Jepang memperolehnya, maka Jepang harus bersiap-siap untuk mengambil tindakan sendiri.
            Tindakan pertama ialah merebut Manchuria, diikuti dengan penaklukan Cina Utara dan Siberia Timur, kemudian dibangun kekuatan industri yang diperlukan untuk pertarungan terakhir melawan Amerika Serikat. Tahun 1931 Ishiwara, berhasil melaksanakan langkah pertama teorinya dengan membantu menciptakan Peristiwa Manchuria. Tahun 1937 Ishiwara, menduduki jabatan tinggi di staf umum, berusaha sekuat tenaga jangan sampai peristiwa Cina meluas menjdai perang karena ia yakin perencaaan dan pembinaan  Jepang masih pada tahap-tahap permulaan yang mennggung resiko pertarungan yang lebih besar. Tentu saja antara pandangan Yoshida dan pandangan Ishiwara yang meramalkan pertarungan itu, ada berbagai pandangan lain, tetapi kedua pandangan ini merupakan dua kutub untuk menilai pandangan-pandangan itu.
            Jepang memiliki sistem kekeluargaan yang diperkuat oleh undang-undang yang memberikan kuasa penuh ppada kepala keluarga atas anggota-anggota keluarganya. Piramid kecil ini hendaknya tercermin pula dalam tata tingkat nasional yang dikepalai oleh tokoh Ayah Raja keturunan dewa. Tekanan atas suku bangsa dan negara yan datang dari Eropa yang jauh karena itu mendorong usaha memberikan prioritas kepada susunan masyarakat Jepang yan lebih unggul. Kepemimpinan Asia berarti kepemimpinan Jepang, karena tidak banyak yang dapat diharapkan dari tetangganya yang lebih besar itu.
            Ketika melihat kembali kemasa ini sebelum ia meninggal, Yoshida membandingkan masa penuh gejolak yang dialaminya selama hidupnya. Ketika ada kesepakatan mengenai susunan masyarakat internasional dan apa yang harus dipenuhi Jepang agar dapat menjadi anggotanya. Persekutuan Jepang-Inggris disambut baik oleh oemerintah dan rakyat dan tidak seorang pun memandang naskah ini tanda Jepang mengekor imperialisme Inggris atau tanda bahwa Jepang mungkin akan menjadi jajahan Inggris. Tahun 1960, ketika kata-kata ini ditulis, rekan-rekan sebangsa Yoshida berselisih pendapat mengenai baik buruk bersekutu dengan Amerika Serikat, tetapi kejadian dalam tahun 1970-an, membuktikan kebenaran kata orang tua bahwa negrinya memadu kemerdekaan dengan persekutuan.
KEPUTUSAN-KEPUTUSAN PERANG
            Kegagalan dengan Cina menyebabkan Jepang berselisih dengan Amerika Serikat, karena upaya Amerika memaksa Jepang menahan diri justru mendorong Jepang untuk menyerang. Upaya yang sedang dijalankan mungkin tidak akan berhasil, tetapi kesempatan untuk mencobanya tidak datang untuk kedua kalinya, dan pilihan yang terbuka hanyalah kedudukan kelas dua abadi diantara negeri-negeri di dunia. Jika ada perang sebuah negeri tidak bersedia bertempur walau dihadapkan pada keadaan buruk, keadaan buruk yang disinggung disini yaitu makin susutnya persediaan minyak yang dapat ditambah jika persediaan tambahan dapat direbut ketika Jepang masih mampu menyediakan bahan bakar untuk angkatan perangnya.
            Tetapi ada hal lain lagi yang banyak pula disinggung dalam rapat-rapat dimasa itu dan turut menyebabkan pengambil keputusan mengambil langkah-langkah yang luar biasa. Pandangan makin banyak dilontarkan beberapa orang fanatik yang mencoba melakukan sesuatu mengenai itu. Pemimpin-pemimpin Jepang umunnya memberikan reaksi pada arus kejadian yang pada dasarnya diluar kendali mereka. Ada ungkapan yang bijak mengenai pandangan ini, dari Pangeran Saionji, negarawan berpengalaman yang terakhir dari jaman Meji yaitu "pemerintah hanya  mengikuti saja apa kata pihak militer, dan keadaan memang mencemaskan, tetapi tidak ada gunanya berkata , alangkah buruknya ini. Barang kali salah satu gejala dari suatu masa peralihan".
JEPANG PULIH
            Perjanjian perdamaian; 1954-1955,ketika ekonomi Jepang untuk pertama kalinya mencari hasil yang jauh diatas hasil jaman sebelum perang ; 1958, Ketika Rencana Pertahanan Pertama disusun para perencana Jepang ; pertumbuhan ekonomi tahun 1960-an atau 1972, ketika Perdana Menteri Sato menyatakan, dengan dikembalikannya Okinawa, bahwa jaman sesudah perang sudah berakhir. Pemimpin Jepang jelas sekali mengambil keputusan sesadar-sadarnya menegnai soal angkatan pertahanan minimal dan soal mengandalkan diri pada persekutuan dengan Amerika. Tahap-tahap keputusan mereka sering kali sukar dicari bukti dokumennya, dan baru sekarang saja pemerintah mulai terbuka untuk umum mengenai dokumen resminya.
            Dalam dunia sesudah perang yang dikuasai oleh dua kekuatan besar, Jepang beruntung hanya diduduki satu kekuatan besar. Jepang sangat penting untuk kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Korea, dan tetap penting untuk pertahanan Amerika di Asia. Jepang turut mewujudkan stabilitas di Pasifik Barat dan pertumbuhannya yang muncul sebagai rekan sejati yang semula tidak sangat seimbang. Teknologi Amerika yang dibeli Jepang turut menghidupkan api revolusi industri baru yang membawa Jepang pada pertumbuhan ekonominya. Dukungan Amerika atas usaha Jepang menjadi anggota berbagai organisasi internasional turut memudahkan jalan bagi Jepang untuk memasuki pasar internasional.  Jepang adalah pasar terbesar untuk hasil pertanian Amerika, yang menyerap hampir seperlima dari ekspor total hasl pertanian Amerika Serikat.
Masyarakat Jepang sama tertibnya, atau  lebih tertib kehidupannya, barang-barangnya lebih baik dibandingkan masyarakat lain. Salah satu akibat ialah kesadaran akan hidup modern yang ada diatas politik. Pada waktunya perubahan ini  akan membawa Jepang mempengaruhi nada suara politik mereka yang mengharpkan sebelumnya dapat memperalat kemiskinan dan rasa putus asa merenggut kekuasaan. Jepang yang baru itu juga lebih berpengalaman dalam bidang internasional dibandingkan dengna sebelumnya.
            Sekarang ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah, juga banyak orang Jepang yang hidup sendiri diluar negeri; bahkan aliran radikal Jepang juga sudah bertaraf internasional. Seranganya tidak lagi terbatas pada pengusaha dan orang politik Jepang. Jepang menjadi negara maju dalam waktu singkat adalah mujizat yang luar biasa. Hancur lebur akibat dibombardir sekutu, Jepang bangkit dan kini menjadi raksasa baru ekonomi dunia. Kini, Jepang juga merasa dirinya untuk berhak ikut berperan dalam percaturan politik dunia termasuk ambisinya menjadi anggota dewan PBB. Jepang sangat sadar dengan kendala yang harus dihadapi dari dalam maupun luar negeri, akibat kondisi alam dan letak geografisnya yang sangat rawan. Kelemahan dn kendala yang harus dihadapi diimbangi dengan semangat dan budaya politik yang kuat.
Kepentingan politik Jepang tidak sama dari waktu ke waktu karena bergantung dari situasi yang berkembang cepat dn ancaman yang harus dihadapi. Budaya dan perilaku politik bangsa Jepang dapat disaksikan sepanjang perjalanan yang dilaluinya. Baik yang tercermin dalam pelaksanaan kebijakan dipercaturan politik dalam negeri maupun ketika mereka melaksankaan hubungan internasional sejak periode renovasi Meji sampai pecahnya perang dunia dua. Jepang dalam memlaksanakan kebijaka poliitknya selalu dilandasi dengan perpaduan antara kemampuan ekonomi dan militer sebagai dari kekuatan nasional.
Sebelum terjadinya krisis minyak, ada suara-suara bahwa pemakaian minyak Jepang akan naik tiga kali lipat setiap lima atau enam tahun, dan beberapa peramal membayangkan deretan kapal minyak raksasa dalam jarak beberapa mil laut antra kapal dari Teluk Persia sampai ke Teluk Tokyo. Tidak mengherankan  jika Jepang lebih banyak melihat keluar dibandingkan dengan masa lalu, ddan pandangan yang menganjurkan asas berdiri diatas kaki sendiri atau menjadi kekuatan terbesar. Tata dunia juga telah banyak berubah, dan apa bentuk akhir, perubahan itu belum jelas. Zaman penjajahan sudah digantikan dengan zaman kekuatan besar. Karena golongna konserfatif mungkin akan terdorong kemampuan pertahan Jepang dipertinggi sebaliknya lawan-lawan akan memperbesar usahanya memperjuangkan kebiaksanaan yang bersifat damai dan netral. Orang Jepang dan ahli-ahli mengenai Jepang menulis usaha Jepang mencari sebuah peranan, dengan anggapan bahwa Jepang tidak memiliki peran. Sebenarnya bangsa Jepang sudah lama memiliki peranan tetapi  hal itu baru disadari Jepang.
             Apa yang sangat khas dalam hal Jepang, ialah kenyataan bahwa suatu kekuatan penting, bersenjata ringan, bersedia menyampaikan bentuk-bentuk kekuatan luar yang dapat dengan mudah dan cepat dikembangkannya, dan memilih berjalan melalui padang penuh ranjau dari pada mencoba mengembangkan pertahanan yang pada akhirnya akan ternyata semua dan mahal. Jepang satu-satunya kekuatan penting yang tidak mampu bermusuh.


DAFTAR PUSTAKA
Jansen. B marius, Obor, 1983, Jepang Selama Dua Abad Perubahan
Irsan Abdul, Grafindo, 1983, Budaya dan Perilaku Politik Jepang
Subarka Imam, Ombak, Dasyat Dari Kesuksesan Bangsa Jepang

No comments:

Post a Comment